Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Makan Bergizi Gratis: Solusi Stunting dan Pembangunan SDM Indonesia
6 Januari 2025 15:56 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nicholas Rahardian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan visi Indonesia yang maju, mandiri, dan berkeadilan. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif melalui pemanfaatan bahan pangan lokal.
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo menegaskan, "Jadi, masalah makan ini bukan masalah untuk disenangi, mencari popularitas, tidak. Ini masalah strategis." Pernyataan ini menegaskan bahwa MBG tidak sekadar sebuah program sosial, melainkan bagian dari upaya sistematis pemerintah untuk menangani persoalan mendasar bangsa, seperti gizi buruk dan ketahanan ekonomi. Komitmen ini semakin dipertegas melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, dimana sektor pendidikan dan kesehatan mendapatkan perhatian besar sebagai prioritas pembangunan nasional.
Sebagai bagian dari visi Indonesia 2045, MBG memiliki tujuan strategis untuk menciptakan generasi emas yang sehat, produktif, dan kompetitif di tingkat global. Dengan memastikan kualitas gizi yang baik, program ini tidak hanya menjadi solusi jangka pendek untuk permasalahan yang ada di Indonesia, tetapi juga fondasi jangka panjang dalam membangun SDM unggul yang mampu menghadapi tantangan dan permasalahan di berbagai bidang, tak terkecuali masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT
Salah satu persoalan kesehatan yang menjadi fokus utama di Indonesia adalah stunting, sebuah kondisi kekurangan gizi kronis yang mengakibatkan anak memiliki tinggi badan di bawah standar usianya. Masalah ini masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2023, prevalensi stunting berhasil turun dari angka 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,5% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan angka prevalensi stunting sebesar 3,5% semenjak pelaksanaan Peraturan Presiden No.72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
Meskipun mengalami penurunan yang cukup signifikan, angka ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan. Target tersebut adalah pengurangan angka prevalensi stunting sebesar 3,4% per tahun, dengan tujuan menurunkan prevalensi stunting hingga mencapai angka 14% di tahun 2024, sebagaimana telah ditargetkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
ADVERTISEMENT
Penurunan angka stunting tersebut juga tercermin dalam peningkatan Indeks Khusus Penanganan Stunting (IKPS) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2023, IKPS meningkat dari 72,4 menjadi 73,5, mencerminkan terdapat perbaikan di berbagai dimensi seperti kesehatan, gizi, perumahan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Namun, meskipun terdapat peningkatan yang signifikan untuk sebagian besar indikator, indikator penerima bantuan pangan dalam dimensi perlindungan sosial justru mengalami penurunan sebesar 2,1. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap pelayanan gizi dan perlindungan sosial bagi kelompok rentan masih perlu ditingkatkan.
Membahas mengenai kelompok rentan, stunting tidak hanya menyerang balita, tetapi juga anak usia sekolah. Penelitian yang diterbitkan dalam Penelitian Gizi dan Makanan mengungkapkan bahwa prevalensi stunting pada kelompok usia 6-12 tahun mencapai angka 35,4%. Menurut penelitian Windi Putri Handina yang dipublikasikan dalam Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, stunting pada usia sekolah dapat memiliki efek jangka panjang pada perkembangan kognitif hingga performa akademik. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki daya konsentrasi rendah yang berpotensi menghambat pencapaian prestasi akademik mereka. Pada akhirnya, hal ini akan memengaruhi kualitas hidup mereka dan juga negara di masa depan, mengingat mereka merupakan generasi penerus bangsa.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditargetkan untuk anak-anak usia sekolah menjadi langkah penting dalam menanggulangi persoalan stunting. Program ini dirancang untuk memastikan anak-anak memperoleh asupan gizi seimbang melalui distribusi makanan bergizi di sekolah.
Indonesia sendiri bukan satu-satunya negara yang melakukan program makanan bergizi bagi anak sekolah. Pemberian asupan makanan bergizi bagi anak sekolah ini telah banyak diterapkan oleh negara-negara di dunia. Namun, pelaksanaan program makan siang bergizi di setiap negara berbeda-beda. Terdapat negara yang memberikan sepenuhnya gratis, bersubsidi dengan harga murah, hingga gratis untuk kalangan ekonomi tertentu. Salah satu negara yang telah melakukan program makan siang bergizi yakni Brazil.
Brazil memiliki program makan gratis yang telah diakui sebagai salah satu contoh sukses dalam mengatasi masalah gizi dan kemiskinan, terutama di kalangan anak-anak. Program ini dikenal sebagai Programa Nacional de Alimentação Escolar (PNAE) yang telah berjalan sejak 1954. PNAE bertujuan untuk memerangi kelaparan dan malnutrisi di kalangan anak-anak dengan memberikan makanan bergizi di sekolah-sekolah. Program ini juga mendukung ekonomi lokal dengan mewajibkan setidaknya 30% dari anggaran makanan dibeli dari petani lokal sehingga meningkatkan pendapatan mereka. Setiap hari, PNAE menyediakan makanan untuk lebih dari 40 juta anak di hampir 250.000 sekolah dengan menu yang bervariasi dan sehat.
ADVERTISEMENT
Negara lain yang juga telah melaksanakan program makan bergizi gratis yakni Finlandia, India, China, Jepang, dan Inggris. Pelaksanaan program makan bergizi gratis di negara-negara tersebut berhasil berkontribusi pada kesehatan dan pendidikan anak-anak yaitu meningkatkan status gizi, mengurangi malnutrisi, dan meningkatkan prestasi akademik siswa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan program makan bergizi dapat memberikan dampak yang positif baik di bidang kesehatan maupun dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia yang mulai dilaksanakan secara bertahap pada 6 Januari 2025, diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam penurunan prevalensi stunting, sekaligus meningkatkan status gizi anak-anak pada usia rentan. Program ini juga berpotensi besar untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting hingga di bawah angka 14%. Dengan distribusi yang merata, pengawasan yang ketat, serta bantuan dan kerjasama dari segala pihak, program MBG diharapkan dapat menjadi game changer dalam upaya menanggulangi stunting di tahun-tahun mendatang.
ADVERTISEMENT