Aksi Bullying Menewaskan Pelajar: Bukti Rendahnya Pemahaman Moral Pada Anak

Caesaria Nicky
Mahasiswa Telkom University
Konten dari Pengguna
27 Juni 2022 22:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Caesaria Nicky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: unplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: unplash.com
ADVERTISEMENT
Kasus bullying yang melibatkan pelajar hingga menyebabkan nyawa korbannya terenggut lagi-lagi kembali terjadi.
ADVERTISEMENT
Kali ini berita kasus bullying yang mencuat ke publik adalah kasus bullying di MTS Negeri 1 Kotamobagu Sulawesi Utara pada Rabu 8 Juni 2022.
Aksi bullying yang diduga dilakukan oleh sembilan orang pelajar ini bermula pada saat korban berinisial BT (13) hendak pergi ke masjid sekolahnya untuk melaksanakan salat Zuhur.
Saat akan mengambil air wudu, tiba-tiba pelaku menutup wajah korban menggunakan sajadah, mengikat kedua tangan korban, dan kemudian memukuli korban beramai-ramai.
Setibanya di rumah setelah pulang sekolah, korban mengeluh sakit di bagian perut kepada orang tuanya dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit.
Korban dinyatakan mengalami kelainan di bagian usus yang disebabkan karena adanya hantaman yang keras di perutnya sehingga mengharuskan dirinya untuk dioperasi.
ADVERTISEMENT
Namun sangat disayangkan, setelah tindakan operasi selesai dilakukan keadaan korban justru semakin memburuk hingga korban mengalami kritis dan dinyatakan meninggal dunia pada Minggu 12 Juni 2022 di rumah sakit terakhir tempatnya dirawat.
Bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu bully yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti menggertak atau mengganggu. Menurut American Psychiatric Association (APA) bullying adalah perilaku agresif yang dikarakteristikkan dengan tiga kondisi yaitu:
(a) Perilaku negatif yang bertujuan untuk merusak atau membahayakan
(b) Perilaku yang diulang selama jangka waktu tertentu
(c) Adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat.
Aksi bullying ini sering ditemukan di lingkungan sekolah yang disebabkan karena adanya isolasi yang dilakukan oleh teman-teman sebayanya atas dasar perbedaan tingkat sosial dan ekonomi pelajar.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya anak-anak memang tidak diajarkan untuk berperilaku bullying, bahkan tingkah laku tersebutpun juga tidak diajarkan secara langsung kepada mereka.
Kebanyakan para pelaku bullying ini tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kompleks.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi seorang anak hingga ia berperan sebagai pelaku bullying.
Faktor-faktor tersebut bisa datang dari adanya pengaruh keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.
Kasus tewasnya BT akibat aksi bullying yang dilakukan oleh teman-temannya ini hanyalah satu dari sekian banyaknya kasus serupa yang sayangnya tidak terungkap.
Dari banyaknya kasus bullying yang melibatkan pelajar dengan rentan usia anak-anak dan kerap ditemukan di lingkungan sekolah ini membuktikan bahwa pemahaman akan moral pada anak masih sangat rendah.
Anak dengan pemahaman moral yang rendah belum mampu memahami suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan norma moral.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak memikirkan setiap tindakan yang dilakukannya apakah mengandung nilai-nilai yang baik atau buruk.
Anak tersebut juga tidak mau tahu apakah perbuatannya akan melukai temannya atau tidak, dan akibatnya anak tersebut memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku bullying.
Sebagai pondasi pertama bagi anak, disinilah bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya sangat mempengaruhi perkembangan karakter anak kedepannya.
Apabila orang tua menerapkan pola asuh yang benar, maka nantinya anak akan membentuk kepribadian yang baik pula, begitu juga sebaliknya, jika orang tua menerapkan pola asuh yang tidak benar, maka anak akan mempunyai kepribadian yang buruk.
Sayangnya, sampai saat ini masih banyak orang tua yang kurang memahami tentang pemahaman moral terhadap anaknya sehingga para orang tua cenderung tidak benar dalam menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak.
ADVERTISEMENT
Menurut Kohlberg pembagian perkembangan moral ada tiga tingkatan, yang disetiap tingkatannya mempunyai masing-masing dua stadium dan setiap masing-masing stadiumnya membawa konsekuensi bagi anak.
Pada stadium pertama, anak cenderung patuh terhadap peraturan karena mereka menghindari hukuman yang berlaku.
Pada stadium kedua, anak cenderung bersikap benar untuk memperoleh imbalan berupa hadiah dan agar dipandang sebagai anak yang baik karena telah mematuhi peraturan.
Pada stadium ketiga, anak bersikap sesuai peraturan karena anak berpikir jika ia patuh terhadap aturan, maka ia akan terhindar dari celaan dan hinaan yang diberikan oleh teman-temannya atau dari lingkungan disekitarnya. Mereka juga berpikir bahwa mereka akan disenangi banyak orang disekitarnya jika mematuhi peraturan tersebut.
Pada stadium keempat, anak mematuhi peraturan hanya untuk tetap mempertahankan peraturan serta segala sistem peraturan yang berlaku disekitar lingkungan kehidupan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pada stadium kelima, anak sudah terbentuk. Ia sadar bahwa peraturan yang ada dalam masyarakat merupakan perjanjian antara suatu individu dengan masyarakat yang lain. Setiap individu harus memenuhi kewajibannya. Tapi masyarakat juga harus menjamin kesejahteraan setiap individu.
Pada stadium keenam, anak tidak melakukan sesuatu karena perintah, melainkan mereka mematuhinya sesuai dengan peraturan yang mereka yakini terhadap diri sendiri. Seseorang dipandang memiliki moral, apabila mereka "melakukan tugasnya" dengan baik dan benar, dapat melestarikan berbagai macam aturan dan sistem sosial yang ada disekitarnya.
Anak dengan pemahaman moralnya tinggi akan memikirkan terlebih dahulu perbuatan yang akan dilakukannya nanti merupakan perbuatan yang bernilai baik atau buruk.
Adanya pemahaman moral anak tersebut dapat mengakibatkan anak memiliki kemampuan untuk menilai tindakan bullying yang menyakiti orang lain sebagai perbuatan yang buruk dan sebenarnya tidak boleh dilakukan, sehingga anak dengan pemahaman moral yang tinggi tidak akan melakukan perilaku bullying.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itulah, anak perlu memiliki pemahaman moral yang tinggi agar perilaku bullying dapat ditekan.