Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Adaptasi Adalah Kunci dari Eksistensi dan Prestasi
9 Oktober 2017 19:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Daniel Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah pesan untuk Marco Reus yang malang
Cedera adalah hal yang wajar dalam sepak bola. Permainan fisik yang mendominasi olahraga ini dan juga latihan yang kadang melampau batas-batas ketahanan fisik seorang manusia adalah sisi lain dari olahraga yang mampu melejitkan nama-nama orang biasa menjadi beken.
ADVERTISEMENT
Seorang pemain yang cedera seyogyanya mampu beradaptasi demi kelangsungan hidupnya terkhusus karier dalam sepak bola. Van Basten dan Deisler adalah sosok pemain kelas dunia dan menjanjikan di masanya namun karier mereka habis sebelum waktunya karena cedera.
Namun jika kita merujuk pada kiprah-kiprah pemain sepak bola, ternyata cedera adalah salah satu aspek yang mampu membuat insting bertahan hidup manusia hidup dengan cara beradaptasi. Mahluk hidup dalam hal ini manusia sejak dahulu kala harus dituntut untuk mampu beradaptasi demi kelangsungannya bertahan dalam hal dunia sepak bola yang menjadikan dirinya nyaman secara finansial. Namun tidak jarang juga adaptasi itu mengarahkan si pemian melangkah jauh dari lingkaran-lingkaran yang berkaitan dalam sepak bola dan orang tersebut justru mampu mencatat capaian gemilang di luar lapangan hijau.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini cedera, usia, kolega, dan strategi pelatih adalah hal-hal yang memaksa seseorang beradaptasi demi menunjukkan eksistensi dan prestasi di lapangan sepak bola maupun di luar sepak bola.
Cedera
Reus adalah bentuk nyata dari pemain yang dilabeli kaki kaca. Ketika melihat apa yang terjadi dengan Reus, ingatan langsung tertuju kepada Sebastian Deisler. Kiprah gemilangnya hancur pada usia terbilang masih muda dan belum menunjukkan performa puncak saat cedera menghantam dan menamatkan kariernya. Fase yang dijalani oleh Reus tinggal selangkah lagi agar menyamai seorang Deisler. Depresi dan frustasi telah Reus lewati, saat ini adalah tinggal menuju persimpangan menyerah dan menutup karier menjadi seorang pesepakbola hingga melengkapi citranya sebagai seorang New Deisler atau tetap berjuang.
Jika merujuk pada konsep adaptasi, maka seorang Reus boleh melihat kiprah orang-orang berikut ini kala cedera memaksanya beradaptasi demi kiprah di lapangan sepak bola maupun di luar sepak bola demi kemapanan finansial.
ADVERTISEMENT
Julio Iqlesias adalah seorang pemain muda potensial dari klub muda Real Madrid. Julio berposisi sebagai seorang kiper. Kala ia akan promosi ke tim utama, cedera parah karena kecelakaan menghantam tangan dan punggungnya. Hal ini merenggut karier cemerlangnya di sepak bola. Nyawanya masih terselamatkan dan kecelakaan naas itu adalah awal dari kiprah fenomenalnya di dunia blantika musik terkhusus lagu-lagu bernauansa latin. Oh ya, Julio Iqlesias juga punya lagu Berbahasa Indonesia dan sempat berkolaborasi bersama Anggun C. Sasmi dan Andre Hehanusa.
Antonio Banderas muda adalah pemain potensial dari klub Malaga dan dia dibeli oleh Real Madrid. Sebelum menjalani debut profesionalnya, Antonio Banderas yang berposisi sebagai pemain depan mengalami cedera parah. Kaki dan angklenya mengalami permasalahan serius. Karier sepak bolanya pupus namun ia bersyukur dengan adanya kecelakaan itu. Fase itu harus ia alami karena mampu menjadi sebuah langkah awal untuk menjejakkan nama di industri hiburan. Sebuah persepsi bernilai positif yang hadir dari seorang pengisi suara "Puss in Boots" dalam animasi Sherk
ADVERTISEMENT
Lain hal dengan dua nama di atas yang justru sukses dalam industri hiburan, Ronaldo de Lima justru mampu bertahan dalam lingkungan sepak bola yang keras dengan beradaptasi. Cedera yang dialami oleh Ronaldo Lima sejak muda bersumber pada ketidakseimbangan antara tulang sebagai alat gerak pasif dengan otot. Badan dan psotur tubuh Ronaldo Lima yang ceking sejak dulu dianggap masalah tersendiri untuk sepak bola Eropa yang mengutamakan kekuatan fisik pada masa mudanya.
Oleh tim medis PSV pendekatan untuk memperkuat otot diutamaka namun hal ini menjadikan tulang dan aspek-aspek pendukungnya terabaikan (Socrates legenda Brasil pernah menjelasakannya). Gaya bermain Ronaldo yang eksplosif juga makin memperparah cidera yang dialami olehnya. Skill dan kemampuan luar biasa menjadikan Ronaldo sebagai sasaran para pemain lawan yang bermuara pada cedera dan hadirnya Ronaldo di ruang operasi dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Puncaknya adalah kala ia bermain untuk Inter Milan, masuk beberapa menit lalu dihajar bek lawan lalu beberapa saat kemudian ia limbung sendiri dan mengaduh kesakitan. Cedera ACL menghajar el phenomeno memaksa ia absen hampir 2 tahun dari lapangan sepak bola.
Namun pada Piala Dunia 2002 dia bermain begitu digjaya dan berhasil membawa Brasil menjuarai Piala Dunia kala itu. Membalaskan dendamnya kala menjadi pesakitan di Piala Dunia 1998. Pembalasan yang manis. Namun di luar itu masyarakat bertanya –tanya apa yang telah dia lakukan selama masa cedera sampai dengan pemulihan.
Oleh Ronaldo Lima, ia berujar rahasia bagaimana ia mampu kembali pada level permainan tertinggi kala itu adalah beradaptasi dengan kondisi tubuh dan mengkondisikan gaya bermain yang tepat untuk tubuhnya yang rentan. Hal ini ia sampaikan kala prihatin akan performa seorang Falcao.
ADVERTISEMENT
“Falcao harusnya mengubah cara bermainnya jika ingin menembus level permainan seperti dulu. Saya pernah mengalami situasi seperti dia, saya belajar bahwa menggiring bola dari tengah guna menciptakan gol, mengakodomasi kreasi serangan dengan kecepatan dan pergerakan saya, dan semua hal hal di masa lalu harus saya minimalisir. Hal-hal seperti itu saya ganti dengan kematangan di kotak enam belas dan membuat tubuh ini lebih tanggap akan kontak-kontak fisik yang dilakukan oleh lawan. Jika bisa dihindari kenapa harus dibalas dengan kontak fisik.”
Itulah yang membuat kita melihat kehebatan Ronaldo mulai pada tahun 2002 di kotak enam belas yang mana merupakan fase seorang Ronaldo Lima menjadi finisher jempolan di masanya. Mungkin Anda tidak percaya, Anda bisa melihat cuplikan videonya di youtube ketika masih bermain untuk Cruzeiro, PSV, Barcelona, dan Inter Milan. Gaya bermainnya sangat berbeda kala bermain ketika di Real Madrid, AC Milan, dan Corinthias. Gaya main berbeda itu adalah hasil adaptasi demi eksistensi dan prestasi.
Usia
ADVERTISEMENT
Usia juga merupakan sebuah alasan untuk beradaptasi demi eksistensi di lapangan sepak bola. Gullit yang pada masanya adalah gelandang serang menjadi seorang sweeper di masa tuanya. Lothar Matheus adalah seorang libero kelas dunia dan mempersembahkan gelar prestius bagi negeranya. Usia mereka memang tua namun visi permainan dan juga kecermatannya dilapangan lewat gerakan dan juga sentuhan masih dalam level tinggi. Bahkan Maradona mengatakan bawah Matheus adalah salah satu pemain yang paling susah ia hadapi. Tentu kita tidak bisa melupakan seorang Ryan Giggs.
Kolega
Keberadaan teman setim kadang memaksa pemian bola harus beradaptasi, Guti Hernandez yang belakangan mapan menjadi gelandang tengah karena ketidakmampuan bersaing di lini depan Real Madrid karena nama-nama Ronaldo Lima, Raul, Morientes, Owen, Cassano, Van Nistelroy . Guti menjadi rombongan yang menunjukkan kemampuan di lapangan dengan citra istimewa karena kolega yang memaksanya beradaptasi. Bahkan terkadang hal ini bersumber dari kisah-kisah unik dan menarik.
ADVERTISEMENT
Seperti Buffon pada awalnya datang ke Parma adalah seorang gelandang namun karena semua kiper klub itu cidera, Buffon didaulat menjadi kiper. Ternyata Anda lihat bagaimana Buffon menjadi salah satu kiper terbaik dunia dengan catatan gemilang dan puncaknya adalah gelar Piala Dunia. Oh ia minus trofi UCL .
Lain halnya dengan Pirlo. Awalnya ia adalah seorang gelandang serang, namun karena Roberto Baggio ada di posisi tersebut kala Baggio masih bermain untuk Brescia maka ia menjadi gelandang tengah. Performa impresif di Bresicia berhasil memikat Inter Milan karena public melabelinya the new Gianni Rivera (Gianni Rivera adalah salah satu legenda AC Milan). Namun belakangan oleh Inter Milan, Pirlo dianggap tidak mampu bermain secara standard tim. Semua serba tanggung, dijadikan gelandang serang tidak memiliki kecepatan, dijadikan gelandang bertahan tidak memiliki fisik mumpuni. Akhirnya Inter Milan meminjamkannya ke Reggina dan Brescia bergabung dengan Roberto Baggio dan Pep . Pada akhirnya AC Milan menyelamatkan karier Pirlo . Kemampuan Pirlo memiliki kelas tersendiri bahkan the new Gianni Rivera hilang dari dirinya karena Pirlo ditasbihkan sebagai salah satu deeplying midfielder terbaik di kolong langit ini. Kata kuncinya adalah adaptasi.
ADVERTISEMENT
Kalau dari Indonesia ada Hamka Hamzah & Jajang Mulyana yang kondisinya hampir sama dengan Guti Hernandez.
Stategi dan Faktor Pelatih
Adapatasi yang berfaktor dari hal ini merupakan hal yang paling banyak . Tidak jarang justru masukan pelatih menjadi suatu hal yang melejitkan karier seorang pemain.
Bale yang awalnya adalah bek sayap menjadi winger kelas dunia.
Henry yang kemampuannya di Juventus hilang karena dimainkan di sisi kiri, oleh kejelian Wenger diberikan ruang sebagai seorang striker. Kisah yang hampir mirip dialami oleh Robin Van Persie
Vincent Kompany dan Mascherano yang mapan menjadi seorang bek tengah meskipun awal kariernya adalah seorang gelandang bertahan.
Kemudiaan ada Bastian Schweisteger yang awalnya adalah seorang winger namun menjadi gelandang tengah flamboyant nan elegan. Sergio Ramos yang awalnya bek sayap namun menjadi luar biasa dengan catatan karier kala beroperasi sebagai bek tengah (kisah yang mirip seperti Thuram dan Puyol). Scholes yang awalnya adalah penyerang bayangan di belakang striker berubah menjadi gelandang tengah bervisi jempolan dan mampu mengejutkan lawan dengan goal-goal yang Scholes cetak dari lini kedua.
ADVERTISEMENT
Masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan adapatasi dan sepak bola. Tidak jarang proses adaptasi itu juga mengarahkan sang pemain pada sesuatu dunia baru yang jauh dari jangkauan kita, seperti yang terjadi pada seorang Francesco Coco yang memiliki pencapaian tersendiri kala pensiun muda dari dunia sepak bola yakni menjadi seorang pemain film bokep.
Nama-nama di atas adalah sekelumit kisah tentang adaptasi demi eksistensi yang bermuara pada prestasi. Layak menjadi pembelajaran, bukan begitu bung Reus.