Konten dari Pengguna

Edisi Legenda: Cinta, Penebusan, dan Rindu Itu Bernama Redondo

Daniel Simanullang
Pandit abal2 Sepak Bola , Tarot Reader, Madridista, Pemain DOTA 2 role Support :),
9 Juli 2017 20:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Edisi Legenda: Cinta, Penebusan, dan Rindu Itu Bernama Redondo
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Fernando Redondo kala membela Real Madrid
ADVERTISEMENT
Bagi publik sepak bola dunia, nama Fernando Redondo bukanlah nama asing terlebih bagi penggemar sepak bola medio 90-an sampai dengan 2000-an. Tongkrongan yang rapi dengan kaos dimasukkan ke dalam celana kemudian tidak lupa potongan rambut klimis yang ketika sudah panjang bagaikan terkena alat pelurus rambut atau di- rebounding.
Fernando Redondo adalah salah satu pemain sepak bola di zamannya dengan kemampuan unik dan istimewa. Berposisi sebagai gelandanng bertahan, daya jelajah Redondo sangat luar biasa ditambah lagi visi permainnannya termasuk jempolan.
Sebagai seorang geladang bertahan yang menghubungkan sektor belakang ke sektor depan, Redondo tidaklah dibekali stamina dan daya tahan fisik seistimewa Edgar Davids dalam bertarung memperebutkan bola. Bahkan dapat dikatakan meskipun tubuhnya jangkung dan perawakannya yang besar ada keseganan tersendiri bagi Redondo kala bertarung secara fisik memperebutkan dan mempertahankan boola.
ADVERTISEMENT
Long pass yang saat ini menjadi salah satu atribut andalan pemain tengah bahkan tidak dimiliki oleh pria yang mendarat di Eropa lewat klub Tenerife. Membayangkan seorang Redondo di masa lalu mempertontonkan long pass ala Ronald Koeman,Pirlo ,atau Xabi Alonso juga merupakan hal yang jarang bahkan mustahil untuk dilihat. Dia adalah pemain berstamina tinggi dengan daya jelajah luar biasa yang mengoper bola dengan kecenderungan gerak menyusur di atas lapangan.
Kemampuan dribel yang ia miliki secara dominan digunakan untuk melindungi bola dari penguasaan lawan yang dalam waktu bersamaan menunggu moment yang tepat agar kawannya menemukan dan membuka ruang untuk menciptakan peluang. Kemampuan ini dalam permainannya terkadang menjadi masalah dalam tim karena tidak semua pemain lain mampu membaca dan menelaah pergerakan seperti yang Redondo inginkan, sehingga pada suatu waktu dia terkadang mengoper bola ke belakang lagi padahal sejawatnya sudah membuka ruang dan mengambil posisi.
ADVERTISEMENT
Kemampuan dribel yang dimiliki oleh Redondo termasuk unik karena bukan secara dominan digunakan untuk melewati lawan namun seperti tadi yang disampaikan bertujuan untuk melindungi bola . Namun sejarah mencatat jika Redondo menggunakan skill dribelnya untuk melewati lawan, momen itu akan menjadi sebuah moment magis yang sepanjang masa akan dikenang dan tidak akan bosan jika memutarnya dalam tayangan video. Tanyakan saja kepada Sir Alex Ferguson dan Henning Berg bagaimana perasaan mereka kala disuguhkan dribel backhell berkelas di gelaran UCL.
Real Madrid (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Real Madrid (Foto: Pixabay)
Salah Satu Aktor Tragedy Tenerife yang Mendarat di Bernabeu
Tragedi Tenerife di lapangan sepak bola adalah salah satu aib Real Madrid yang paling membekas bahkan melebihi tragedi Alcorcorn. Dalam helatan kompetisi La Liga musim 1991/92, gelar Real Madrid yang sudah ada di tangan akhirnya kandas dan direlakan ke Barcelona karena pada pertandingan terakhir ini mereka kalah dan di sisi lain Barcelona menang melawan Bilbao.
ADVERTISEMENT
Kemudian di musim selanjutnya Real Madrid mengalami episode serupa kala melwan Tenerife lagi yang berkesudahan dengan hasil seri dan Barcelona menang melawan Sociedad . Musim 1992/93 Barcelona menutup gelaran La liga dengan keunggulan 1 point di atas Real Madrid.
Dua edisi itu adalah tragedi yg memalukan dan merupakan aib tersendiri bagi Real Madrid. Apabila jika dihadapakan pada perebutan gelar pada pekan-pekan terakhir dengan jumlah point yang tipis praktis publik akan menapaktilasi kisah masa lalu itu terlebih bagi para Madridista dan itu terjadi pada musim 2016/17.
Luis Milla, pelatih Timnas Indonesia saat ini, kala itu membela Real Madrid dan turut ambil bagian menjadi pesakitan pada pertandingan tersebut. Redondo yang ambil bagian dalam pertarungan tersebut begitu digdaya di kubu Tenerife.
ADVERTISEMENT
Butuh setahun bagi Real Madrid untuk memantau konsistensi Redondo dan pada tahun 1994 Real Madrid mendatangkan salah satu pemberi isak tangis bagi publik Bernabeu. Meskipun di musim sebelumnya menjadi salah satu aktor yang menorehkan legenda tragedi Tenerife, toh kedatangannya begitu ditunggu-tunggu Madridistas dan torehan yg dia berikan bersama Real Madrid menghapus dosanya yang merupakan salah satu aktor tragedi tersebut dan kelak ia berada dalam jajaran pemain paling dicintai publik Santiago Bernabeu bersama Raul cs.
Momen Luar Biasa dalam Balutan Kontroversi
Kiprah yang luar biasa mulus ditorehkan oleh Redondo di Real Madrid selalu dikenang oleh pecinta sepak bola. Tidak terkecuali duelnya dengan Zidane di UCL 1998 kala Madrid bertemu dengan Juventus. Gelandang bertahan terbaik dunia berkemampuan sebagai playmaker melawan gelandang serang terbaik dunia yang juga berkemampuan sebagai playmaker adalah label lain laga tersebut yang mana determinasi, visi, dan daya jelajah Redondo berhasil membonsai seorang zidane yang menjadi otak serangan Juventus dan laga tersebut dimenangi oleh Real Madrid lewat sebiji gol Pedrag Mijatovic.
ADVERTISEMENT
Namun tidak seperti di klub, kariernya di Timnas Argentina tidak berjalan dengan baik dan terkesan pasang surut. Pandangan politik dan juga idealisme bermain seorang Redondo tidak selalu diakomodasi oleh para pelatihnya apalagi yang beraliran Billardisme. Bahkan Daniel Pasarella mengatakan alasan konyol menolak Redondo adalah karena Redondo tidak mau memotong rambutnya yang gondrong, padahal Ortega dan Batistuta toh gondrong juga namun masuk skuad yang dilatih oleh Pasarella tersebut.
Pindahnya Redondo ke AC Milan memberikan kesan mendalam tersendiri bagi Madridistas, banyak dugaan jika dijualnya Redondo ke AC Milan karena kondisinya yang tidak fit lagi dan sedang mengalami cidera. Oleh AC Milan, risiko tersebut mereka ambil karena Milan lab mereka yang terkenal tersebut diyakini dapat mengembalikan kiprah dan kemampuan mantan kapten Real Madrid tersebut.
ADVERTISEMENT
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. dalam salah satu latihan yang Redondo ikuti, ia cidera dan itu sampai memakan waktu pemulihan sekitar 2, 5 tahun. Semasa masa operasi dan pemulihan, Redondo menolak digaji dan memakai fasiltas klub yang menjadi haknya dalam kontrak bahkan ia sampai ingin mengembalikan rumah dan juga mobil yang diberikan kepadanya.
Ketika dia kembali ingin menunjukkan kalau apa yang ada dalam dirinya lewat sepak bola belum habis, semua sudah berubah. Dia gamang dalam kiprah comeback-nya. Sekelilingnya hadir pemain muda nan bertenaga seperti Albertini dan Gatusso yang jadi saingannya di lini tengah. Pada tahun 2003 dia “kembali” ke Bernabeu dengan sambutan hangat dan luar biasa dalam pertandingan UCL musim tersebut.
ADVERTISEMENT
Dari waktu ke waktu cidera merundung Redondo dan akhirnya memutuskan pensiun dari dunia sepak bola dan melanjutkan studi di bidang hukum yang sempat tertunda sekian lama karena sepak bola. Banyak yang mengatakan pembelian Kaka dari AC Milan adalah sebuah penebusan dosa oleh Real Madrid atas apa yang mereka lakukan pada masa dulu ketika menjuali Redondo di masa lalu. Sebagai catatan, ketika Kaka dibeli penyakit hernia sedang melanda pria Brazil dan itu menjadi penyakit kambuhan yang menjadi masalah Kaka pada kemudian hari dan capaian performa Kaka di Real Madrid sangat mengecewakan.
Sebagai seorang yang selalu dikenang sebagai seorang Madridistas, Redondo terkadang memberi masukan terhadap klubnya. Pada suatu moment ia memberi komentar soal siapa yang layak ia rekomendasikan sebagai penerus kiprahnya di lini tengah untuk dibeli Real Madrid. Redondo mengatakan jika Xabi Alonso adalah nama paling ia rekomendasikan karena memiliki kualitas seperti dirinya bahkan dengan merendah ia mengatakan bahwa Xabi Alonso malah lebih baik daripada dirinya.
ADVERTISEMENT
Belakangan Xabi Alonso menciptakan legacy tersendiri sebagai seorang maestro lapangan tengah sepak bola kelas dunia. Pada kemudian hari muncul nama Fernando Gago didaulat dengan label embel- embel nama Redondo yakni Little Redondo karena kesamaan klub awal di Argentina, potongan rambut, dan gaya berjalan hampir sama dengan Redondo hanya postur tubuh Gago lebih kecil.
Sekarang pada masa tuanya Redondo terkadang ikut bertanding mengenang romansa masa muda dalam kegiatan amal yang diselenggarakan para legenda Real Madrid melawan legenda-legenda klub lainnya dibarengi dengan kesibukannya belajar hukum dan menjadi pembaca berita olahraga di salah satu stasiun radio di Argentina.