Konten dari Pengguna

Tradisi vs Kesehatan : Implikasi Female Genital Mutilation (FGM) di Somalia

Nicole Fernandez
Mahasiswi Universitas Kristen Indonesia
28 Oktober 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nicole Fernandez tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Stop FGM. Foto: Edit Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stop FGM. Foto: Edit Pribadi
ADVERTISEMENT
Female Genital Mutilation (FGM) adalah prosedur yang melibatkan penghilangan sebagian atau seluruh alat kelamin luar perempuan atau cedera lain pada organ kelamin perempuan untuk alasan non-medis. Praktik ini umumnya dilakukan pada anak perempuan antara masa bayi hingga usia 15 tahun dan dianggap sebagai salah satu pelanggaran hak asasi manusia terburuk. FGM tidak memiliki manfaat kesehatan dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk pendarahan, infeksi, serta dampak jangka panjang yang mengancam kesehatan mental dan fisik perempuan. Dampak psikologis dapat mencakup hilangnya kepercayaan terhadap pengasuh, kecemasan, dan depresi. Secara global, diperkirakan sekitar 55 juta anak perempuan di bawah usia 15 tahun di 28 negara Afrika telah mengalami atau berisiko mengalami FGM, meskipun terdapat undang-undang yang melarang praktik ini di banyak negara.
ADVERTISEMENT
Di Somalia, FGM hampir dipraktekkan secara universal dan menjadi norma sosial yang kuat. Praktik ini dianggap sebagai syarat untuk menikah, dan banyak keluarga percaya bahwa FGM memiliki dasar agama yang kuat. Sebuah survei tahun 2020 menunjukkan bahwa 99% perempuan Somalia berusia 15-49 tahun telah mengalami FGM, dengan mayoritas disunat antara usia 5 hingga 9 tahun. Infibulasi, yang merupakan bentuk FGM yang paling parah, dialami oleh 64% perempuan yang disurvei. Meskipun Konstitusi Sementara Somalia tahun 2012 menyatakan bahwa praktik ini adalah praktik adat yang kejam, tidak ada undang-undang yang secara spesifik mengkriminalisasi FGM. Usaha untuk mengakhiri praktik ini masih terhambat oleh kurangnya dukungan hukum dan budaya, meskipun ada upaya legislatif yang telah diajukan.
ADVERTISEMENT
Praktik Female Genital Mutilation (FGM) di Somalia memiliki akar yang dalam dalam tradisi dan budaya masyarakat. FGM, yang sering disebut sebagai sunat perempuan, merupakan praktik yang telah ada selama berabad-abad dan dianggap sebagai bagian penting dari identitas budaya. Di Somalia, FGM biasanya dilakukan pada anak perempuan sebelum mereka mencapai usia remaja, sering kali dilakukan oleh praktisi tradisional tanpa pengawasan medis. Sebuah survei tahun 2020 menunjukkan bahwa 99% perempuan Somalia berusia 15-49 tahun telah menjalani FGM, dengan mayoritas anak perempuan (71%) disunat antara usia 5 hingga 9 tahun.
Alasan utama dibalik praktik ini sering terkait dengan keyakinan budaya dan norma sosial. Banyak masyarakat percaya bahwa FGM diperlukan untuk menjaga kesucian dan kehormatan perempuan serta untuk mengendalikan hasrat seksual mereka. Praktik ini juga dianggap sebagai syarat untuk pernikahan yang sukses, di mana perempuan yang tidak disunat seringkali dipandang rendah atau tidak layak. FGM di Somalia bukan hanya sebuah praktik medis, tetapi juga simbol status sosial. Perempuan yang telah menjalani FGM dianggap lebih terhormat dan lebih diterima dalam masyarakat, menciptakan tekanan sosial yang kuat bagi keluarga untuk melakukan FGM pada anak perempuan mereka.
ADVERTISEMENT
Alasan Kultural di Balik Praktik FGM
Tradisi memainkan peran penting dalam pelestarian praktik ini. FGM sering diwariskan dari generasi ke generasi, dengan ibu dan nenek yang mengajarkan pentingnya praktik ini kepada anak perempuan mereka. Pengetahuan tentang FGM disampaikan tanpa pemahaman penuh tentang risiko kesehatan yang terkait dengan prosedur ini. Komunitas memiliki peran signifikan dalam mempertahankan praktik ini, di mana banyak kelompok masyarakat menganggap FGM sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka. Upaya untuk menghapuskan praktik ini sering kali menghadapi tantangan besar karena adanya resistensi dari masyarakat yang merasa identitas budaya mereka terancam.
Dalam konteks sosial Somalia, FGM berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan norma-norma gender tradisional. Praktik ini menegaskan kontrol sosial terhadap perempuan dan memperkuat hierarki gender di masyarakat. Meskipun ada upaya internasional untuk menghapuskan FGM, banyak perempuan masih merasa terpaksa untuk menjalani prosedur tersebut demi memenuhi harapan sosial dan budaya. Secara keseluruhan, meskipun ada peningkatan kesadaran akan bahaya kesehatan dari FGM dan upaya global untuk menghapuskan praktik tersebut, tantangan budaya dan sosial tetap menjadi penghalang utama dalam perubahan perilaku masyarakat terkait FGM di Somalia.
ADVERTISEMENT
Dampak Kesehatan Mutilasi Alat Kelamin Perempuan (FGM)
Mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) adalah praktik yang berbahaya dan tidak memiliki manfaat kesehatan. Menurut laporan dari WHO, FGM melibatkan penghilangan dan cedera pada jaringan genital yang sehat, yang dapat mengganggu fungsi alami tubuh perempuan dan menimbulkan risiko kesehatan serius, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Semua bentuk FGM dikaitkan dengan peningkatan risiko kesehatan yang signifikan, termasuk dampak fisik dan psikologis yang berkepanjangan pada perempuan dan anak perempuan.
a) Risiko Kesehatan Jangka Pendek dari FGM
Salah satu dampak jangka pendek yang paling signifikan adalah nyeri hebat yang dialami setelah prosedur. Proses pemotongan pada jaringan genital yang sensitif menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, dan masa penyembuhan sering kali menyakitkan. Pendarahan berlebihan juga menjadi masalah yang serius, karena dapat terjadi jika pembuluh darah yang terputus tidak ditangani dengan baik. Selain itu, syok dapat terjadi akibat nyeri, infeksi, atau pendarahan, yang dapat berpotensi mengancam jiwa.
ADVERTISEMENT
Pembengkakan jaringan genital sebagai respons terhadap cedera adalah hal umum dan sering kali menyebabkan ketidaknyamanan yang lebih lanjut. Risiko infeksi meningkat, terutama jika instrumen yang digunakan selama FGM tidak steril. Infeksi ini dapat menyebar dan memerlukan perawatan medis yang intensif. Masalah buang air kecil seperti nyeri saat berkemih atau retensi urin juga dapat muncul akibat pembengkakan atau cedera pada uretra. Proses penyembuhan luka sering kali terganggu, yang dapat mengarah pada komplikasi tambahan seperti infeksi dan jaringan parut abnormal. Dalam kasus yang parah, FGM bahkan dapat berakibat fatal karena infeksi atau pendarahan yang tidak teratasi. Selain itu, banyak perempuan melaporkan bahwa pengalaman FGM adalah traumatis, yang dapat mengarah pada masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
ADVERTISEMENT
b) Risiko Kesehatan Jangka Panjang akibat FGM
Risiko kesehatan jangka panjang akibat FGM juga sangat serius. Banyak perempuan yang menjalani FGM mengalami nyeri kronis yang berlangsung lama, disebabkan oleh kerusakan jaringan dan jaringan parut. Infeksi genital yang berkepanjangan dapat menyebabkan nyeri, keputihan, dan gatal, sedangkan infeksi saluran reproduksi dapat berlanjut dan menyebabkan nyeri panggul atau punggung. Wanita yang menjalani FGM juga berisiko mengalami masalah vagina, termasuk keputihan, gatal, dan vaginosis bakterialis.
Masalah menstruasi sering kali muncul sebagai akibat dari jaringan parut, yang dapat menyebabkan nyeri haid yang parah dan kesulitan dalam proses menstruasi. Jaringan parut berlebihan (keloid) juga bisa terbentuk di area pemotongan, menyebabkan ketidaknyamanan yang berkepanjangan. Risiko penularan HIV dapat meningkat karena kerusakan jaringan genital, yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
ADVERTISEMENT
FGM juga memiliki dampak signifikan pada kesehatan seksual. Praktik ini merusak struktur anatomi yang penting untuk fungsi seksual, yang dapat mengakibatkan penurunan hasrat seksual, nyeri saat berhubungan seks, dan masalah lainnya. Selain itu, FGM dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi selama persalinan, termasuk pendarahan pascapersalinan dan kemungkinan memerlukan operasi caesar.
Terakhir, penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang telah menjalani FGM lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan mental, seperti gangguan stres pasca trauma (PTSD), kecemasan, dan depresi. Meskipun FGM sering dianggap penting secara budaya, praktik ini tetap merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang dapat mengakibatkan trauma serta masalah kesehatan serius bagi perempuan dan anak perempuan.
Ilustrasi Stop FGM. Foto: Edit Pribadi
Mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) jelas merupakan pelanggaran terhadap hak asasi perempuan dan anak perempuan, yang mencakup hak untuk hidup, kesehatan, dan perlindungan dari kekerasan. Praktik ini tidak hanya merugikan secara fisik dan mental, tetapi juga menegaskan kontrol patriarki atas tubuh perempuan, yang memperkuat ketidaksetaraan gender dalam masyarakat Somalia. Dalam konteks sosial, FGM sering dianggap sebagai syarat untuk diterima dan dihormati dalam komunitas, sehingga perempuan dan anak perempuan terpaksa menjalani praktik ini demi memenuhi norma budaya yang ada. Hal ini menciptakan siklus ketidakadilan, di mana perempuan tidak hanya kehilangan hak mereka, tetapi juga terjebak dalam struktur sosial yang merugikan, yang mencegah mereka dari mencapai kesetaraan dan kebebasan penuh dalam kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Perdebatan antara tradisi dan kesehatan sangat relevan dalam konteks praktik mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) di Somalia. Di satu sisi, banyak masyarakat masih mempertahankan FGM sebagai bagian dari identitas budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, di sisi lain, bukti ilmiah menunjukkan bahwa FGM memiliki konsekuensi kesehatan yang serius dan dapat membahayakan kehidupan perempuan dan anak perempuan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menekankan bahwa tidak ada manfaat kesehatan dari praktik ini dan mengidentifikasi berbagai risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang menyertainya, seperti infeksi, nyeri kronis, dan komplikasi saat melahirkan. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya FGM dan memperjuangkan penghapusan praktik ini, meskipun ada tekanan untuk mempertahankan tradisi. Mengakhiri FGM bukan hanya sebuah langkah menuju perlindungan kesehatan perempuan, tetapi juga sebuah upaya untuk mempromosikan hak asasi manusia dan kesetaraan gender, yang seharusnya menjadi prioritas dalam setiap masyarakat modern.
ADVERTISEMENT
Upaya Penghapusan FGM
Dalam upaya menghapuskan praktik mutilasi alat kelamin perempuan (FGM), berbagai langkah telah diambil oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah (LSM), dan masyarakat di Somalia. Meskipun Konstitusi Sementara Somalia tahun 2012 telah menetapkan bahwa FGM adalah praktik kejam yang dilarang, implementasi yang efektif masih menjadi tantangan. Beberapa LSM, seperti Save the Children dan UNICEF, telah meluncurkan kampanye pendidikan dan advokasi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya FGM dan mendukung perempuan serta anak perempuan yang terpengaruh. Contoh keberhasilan inisiatif ini dapat dilihat dari program-program di beberapa komunitas yang telah berhasil mengurangi angka FGM melalui pendekatan berbasis komunitas dan melibatkan tokoh masyarakat dalam dialog.
UNICEF, bermitra dengan UNFPA, berupaya mengatasi mutilasi alat kelamin perempuan melalui intervensi di 17 negara, termasuk Somalia. Program Gabungan, yang diluncurkan pada tahun 2008 dan saat ini berada pada Tahap IV, memiliki tujuan untuk mengubah norma sosial di masyarakat yang terdampak sambil bekerja sama dengan pemerintah untuk menerapkan sistem respons nasional yang efektif. Beberapa hasil penting dari program ini pada tahun 2023 mencakup perlindungan terhadap 162.044 anak perempuan dari praktik FGM, serta lebih dari 817.000 perempuan dan anak perempuan terlibat dalam diskusi mengenai penghapusan FGM. Inisiatif ini juga berhasil menjangkau 66 juta individu melalui pesan media massa tentang FGM dan membangun sistem pengawasan di 2.315 komunitas untuk melindungi anak perempuan. Program ini didanai oleh berbagai negara, termasuk Uni Eropa dan sejumlah negara lain seperti Kanada, Prancis, dan Jerman, menunjukkan komitmen internasional dalam mengakhiri praktik yang merugikan inidikan dan Kesadaran Masyarakat
ADVERTISEMENT
Pendidikan memainkan peran penting dalam mengubah pandangan masyarakat tentang FGM. Meningkatkan kesadaran akan resiko kesehatan dan hak asasi perempuan dapat membantu mengurangi dukungan terhadap praktik ini. Program pendidikan yang berhasil, seperti pelatihan bagi pemimpin masyarakat dan program sekolah yang mengedukasi siswa tentang hak-hak perempuan dan kesehatan reproduksi, telah menunjukkan dampak positif. Di Somalia, beberapa proyek pendidikan berbasis komunitas telah berhasil melibatkan orang tua dan anak-anak untuk berdiskusi tentang bahaya FGM, menghasilkan perubahan sikap yang signifikan. Menerapkan model pendidikan ini secara lebih luas di seluruh Somalia dan wilayah-wilayah lain yang masih mempraktikkan FGM dapat membantu mempercepat proses penghapusan praktik yang merugikan ini.
Ilustrasi Stop FGM. Foto: Edit Pribadi
Dalam konteks Somalia, isu tradisi versus kesehatan sangat terkait dengan praktik Female Genital Mutilation (FGM). Mengakhiri FGM adalah langkah krusial untuk melindungi kesehatan dan hak asasi perempuan, mengingat praktik ini tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka, tetapi juga memperkuat ketidaksetaraan gender. Meskipun ada tantangan besar, termasuk norma sosial dan budaya yang mendukung praktik ini, berbagai upaya telah menunjukkan hasil positif dalam mengubah pandangan masyarakat. Untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan, diperlukan komitmen dari individu dan komunitas untuk menghargai kesehatan dan kesejahteraan perempuan. Semua pihak harus bersatu dalam upaya untuk menyeimbangkan nilai tradisional dengan kebutuhan kesehatan, serta berusaha menghentikan praktik berbahaya ini demi masa depan yang lebih baik dan lebih sehat bagi perempuan di Somalia.
ADVERTISEMENT