Konten dari Pengguna

Menjaga Minat Baca Buku di Tengah Gempuran Digital

Nicole Visa
Siswa Penabur Secondary Kelapa Gading
18 November 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nicole Visa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Dampak Negatif Teknologi: Menurunnya Minat Baca

Illustrasi dari penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi dari penulis.
ADVERTISEMENT
Di era digital saat ini, teknologi menjadi salah satu hal terpenting dalam aspek kehidupan manusia. Sistem kesehatan, sistem pemerintahan, bahkan dunia pendidikan sekaligus memanfaatkan perkembangan teknologi tanpa terkecuali. Dengan kata lain, teknologi tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi tetapi juga meningkatkan kualitas hidup, sehingga teknologi menjadi bagian penting dalam perkembangan masyarakat saat ini.
ADVERTISEMENT
Permasalahannya, apakah teknologi hanya membawa dampak positif bagi masyarakat? Tentu tidak. Salah satu dampak negatif dari berkembangnya teknologi adalah menurunnya minat baca buku, terutama generasi muda. UNESCO dan Kemenkominfo menjelaskan bahwa minat baca buku di Indonesia sebesar 0,001 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari seribu orang hanya satu orang yang gemar membaca buku. Di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia, sekitar 80 persen, masih gemar membaca. Ini menunjukkan adanya kesenjangan minat baca antara generasi muda dan lansia.
Hal ini sangat disayangkan bagi generasi muda, karena seperti yang kita tahu bahwa membaca buku sebenarnya memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan bahasa, serta menjadi media hiburan. Para ahli juga mengungkapkan bahwa rajin membaca buku dapat menambah kapasitas memori seseorang karena membaca dinilai menjadi salah satu bentuk latihan otak.
ADVERTISEMENT
Gempuran digital seperti media sosial, video, dan konten digital lainnya telah merebut banyak perhatian pembaca. Kemudahan untuk mengakses informasi seperti informasi kesehatan dan berita dengan cepat membuat masyarakat tergiur dengan praksisnya teknologi saat ini. Perlu digaris bawahi bahwa informasi yang diberikan media cenderung singkat, dan tidak memberikan pemahaman yang dalam seperti saat membaca buku. Hal ini akan menimbulkan kebiasaan mengonsumsi informasi yang dangkal dan instan, serta menyebabkan kurangnya kemampuan menganalisis informasi oleh masyarakat.
Penyebaran informasi yang singkat juga menjadi salah satu kekurangan dunia digital, terutama melalui headline yang menarik perhatian. Format yang pendek ini sering kali mendorong pembaca untuk langsung membagikan berita kepada teman-teman tanpa memverifikasi kebenarannya. Akibatnya, informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks dengan cepat menyebar, menciptakan misinformasi di kalangan masyarakat. Hal ini menuntut kita untuk lebih kritis dalam menyaring informasi dan tidak hanya terpaku pada judul yang pendek.
ADVERTISEMENT
Untuk menjaga minat baca, beberapa upaya dapat dilakukan. Upaya ini dapat kita lakukan dari diri sendiri seperti meluangkan waktu setiap hari untuk membaca dan memperbanyak koleksi buku. Kita juga bisa bergabung dengan komunitas pembaca, dengan ini kita bisa bertukar opini dan juga informasi tentang buku. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan platform digital seperti e-book untuk menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda. Dengan cara ini, kita bisa menggabungkan teknologi dan literasi.
E-book berisikan tugas sekolah. Foto dari penulis.
Pengetahuan literasi sangatlah penting untuk membentuk kebiasaan membaca pada anak-anak. Sedari kecil, orang tua memiliki peran yang penting untuk mengembangkan minat baca pada anak-anak. Orang tua dapat membentuk minat baca anak dengan membaca di depan anak-anak, membelikan mereka buku, dan membacakan buku kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Selain orang tua, sekolah juga memiliki peran yang tak kalah penting. Sekolah dapat menciptakan ruang belajar yang menarik untuk meningkatkan suasana hati dan mencegah rasa bosan anak saat membaca, misalnya dengan mendesain ruang perpustakaan yang nyaman dan inspiratif. Ruang perpustakaan yang ideal seharusnya dilengkapi dengan berbagai genre buku yang beragam, area baca yang nyaman dengan bantal dan kursi santai, serta sudut diskusi yang memungkinkan siswa berinteraksi dan berdiskusi tentang buku yang mereka baca. Selain itu, pencahayaan yang baik dan akses teknologi, seperti komputer dan e-reader, juga dapat mendukung minat baca siswa.
Kesimpulannya, membaca buku fisik tetap penting meskipun kita hidup di era digital. Teknologi dan buku dapat berjalan berdampingan, saling melengkapi untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Harapan ke depan agar kita semua dapat lebih menghargai literasi dalam bentuk apapun, dan memfasilitasi generasi muda untuk kembali menemukan kecintaan mereka terhadap buku, sehingga mereka dapat menikmati manfaat yang tak ternilai dari membaca.
ADVERTISEMENT