Konten dari Pengguna

"Genting": Partisipasi Kemendukbangga dalam Komunikasi Pembangunan

Nida Fadlilah
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas
20 April 2025 10:42 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nida Fadlilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Partisipasi Kemendukbangga/BKKBN dalam Komunikasi Pembangunan Pencegahan Stunting di Kecamatan Gandus Kota Palembang - Sumber: Dokumentasi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Partisipasi Kemendukbangga/BKKBN dalam Komunikasi Pembangunan Pencegahan Stunting di Kecamatan Gandus Kota Palembang - Sumber: Dokumentasi Penulis
ADVERTISEMENT
"Genting": Partisipasi Kemendukbangga dalam Komunikasi Pembangunan - Jumlah penduduk sebagai bonus demografi bagi Indonesia dapat bernilai peluang sekaligus ancaman. Generasi emas 2045 mustahil terwujud jika anak-anak yang kini hidup malah terancam oleh berbagai risiko yang kian muncul. Salah satu risiko serius yang dialami oleh anak-anak Indonesia saat ini adalah stunting.
ADVERTISEMENT
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia 0-2 tahun. Anak yang terkena stunting dapat mengalami penurunan kemampuan fisik dan kognitif. Kondisi itu akan sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia emas. Maka dari itu, stunting menjadi ancaman utama terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang perlu segera dituntaskan.
Angka prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2023 adalah 21,5% dan hanya menurun 0,1% dari tahun 2022 (Kemenkes, 2024). Penurunan prevalensi stunting yang sedikit itu tentunya masih jauh dari target pemerintah pada masa Presiden Jokowi yang menetapkan angka 14%. Ini menjadi "PR" pemerintah sekaligus masyarakat apabila ingin segera menuntaskan permasalahan stunting saat ini.
ADVERTISEMENT

Komunikasi Pembangunan dalam Permasalahan Stunting

Komunikasi Pembangunan adalah komunikasi yang berisi pesan-pesan (message) pembangunan (Widjaja dan Hawab, 1987). Ia lahir sebagai tanggapan terhadap perubahan yang diperlukan dalam strategi komunikasi guna mendukung proses pembangunan terutama di negara-negara berkembang pada pertengahan abad ke-20. Ciri utama yang membedakan Komunikasi Pembangunan dengan komunikasi lainnya adalah adanya rencana strategis, penggunaan media komunikasi, penyelesaian masalah sosial, dan tujuannya.
Tak hanya mencakup aspek ekonomi dan infrastruktur yang terlihat secara fisik, Komunikasi Pembangunan ini pun mencakup peningkatan kualitas SDM. Untuk itu, strategi Komunikasi Pembangunan sangat relevan dalam upaya percepatan penurunan stunting. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 dibuat sebagai regulasi yang mengatur percepatan penurunan stunting di Indonesia. Pada tahun yang sama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditunjuk sebagai ketua percepatan penurunan stunting oleh Presiden RI.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, pada tahun 2021 program Tim Pendamping Keluarga (TPK) disusun oleh BKKBN lalu dioptimalkan oleh berbagai sektor dan mitra sebagai upaya gotong royong dalam mengentaskan permasalahan stunting. Dalam program pendampingan oleh TPK, kader KB dikolaborasikan dengan Kader PKK dan Tenaga Kesehatan skala kecamatan hingga desa/kelurahan untuk mendampingi keluarga berisiko stunting seperti ibu hamil, ibu pascasalin, baduta (anak usia 0-2 tahun), dan calon pengantin. Kader TPK bertugas mendampingi, memberikan edukasi, dan memberikan rujukan apabila terdapat sasaran keluarga berisiko tinggi. Kader TPK, Penyuluh KB, Satgas Stunting, Puskesmas, Dinas KB dan Dinas Kesehatan, BKKBN provinsi, pemerintah setempat, hingga pemerintah pusat saling terlibat dalam program TPK dengan perannya masing-masing.
Program TPK hanya salah satu program sebagai wujud Komunikasi Pembangunan untuk menangani permasalahan stunting yang dilaksanakan oleh BKKBN/Kemendukbangga. Program percepatan stunting baik itu TPK atau yang lainnya memberikan gambaran bahwa praktik Komunikasi Pembangunan perlu strategi dan peran dari berbagai pihak, mulai dari stakeholder hingga masyarakat.
ADVERTISEMENT

Program "Genting" (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting)

Pada tahun 2024, BKKBN berubah menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga), sesuai Peraturan Presiden Nomor 139 dan 140 Tahun 2024. Meski begitu, tugas percepatan penurunan stunting tetap menjadi fokus utama untuk dilaksanakan. Di samping program TPK yang terus berlanjut, untuk semakin mempercepat penurunan prevalensi stunting, Kemendukbangga pun mencanangkan program tambahan yang eksis saat ini, yaitu "Genting" atau Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting.
Program Genting merupakan strategi intervensi nutrisi dan non-nutrisi untuk menurunkan angka stunting dengan melibatkan berbagai pihak sebagai orang tua asuh, baik individu, perusahaan swasta, maupun BUMN. Dilansir pada laman Harian Jogja (2024), Menteri Kemendukbangga, Bapak Wihaji, menuturkan bahwa tantangan penurunan angka stunting saat ini adalah adanya 8.682.170 keluarga berisiko stunting dengan tingkat kesejahteraan rendah. Itulah mengapa penting sekali keseriusan dalam pengelolaan program ini sekaligus keterlibatan berbagai pihak dengan semangat gotong royong melakukan percepatan penurunan stunting.
ADVERTISEMENT
Mekanisme pelaksanaan program Genting jika dikaitkan dengan Komunikasi Pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan: Penyusunan sasaran berdasarkan data Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dan perencanaan penyampaian pesan.

Pada tahap ini, pengelola program menyusun sasaran berdasarkan data KRS dari data Sistem Informasi Keluarga (SIGA) BKKBN yang telah tersedia. Data dari SIGA kemudian disinkronisasi dengan data puskesmas dan data desa/kelurahan untuk mendapatkan data yang benar-benar valid.
Setelah itu, pengelola program merancang desain instruksional yang mengacu pada perencanaan metode penyampaian pesan yang sistematis. Peran tenaga lini lapangan seperti penyuluh KB dan kader sangat penting dalam tahap ini. Tahap perencanaan sejalan dengan konsep Komunikasi Pembangunan yang menerapkan strategi di dalam pelaksanaan program pembangunan.

2. Koordinasi: Kerja sama dengan Orang Tua Asuh (OTA).

Setelah data sasaran didapatkan dan desain instruksional ditetapkan, selanjutnya adalah kerjasama dengan OTA. Strategi pendekatan partisipatif diterapkan pada tahap ini dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh proses komunikasi pembangunan. Partisipasi masyarakat mulai dari menjadi OTA hingga menyalurkan bantuan langsung kepada sasaran sangatlah penting agar mereka merasa memiliki program pembangunan yang dijalankan, sehingga meningkatkan efektivitas implementasi kebijakan dan keberlanjutan program.
ADVERTISEMENT

3. Penyaluran dan Distribusi: Bantuan disalurkan melalui BAZNAS atau mitra pengumpul donasi serta distribusi bersama OTA.

Pada tahap ini dilibatkan mitra untuk penyaluran dan pengumpulan donasi. Seperti di Sumatera Selatan misalnya, BKKBN Sumsel bermitra dengan BAZNAS Sumsel dengan mengumpulkan bantuan melalui tautan berikut ini: Songket Limar. Distribusi bantuan dilakukan bersama OTA sebagai bentuk transparansi. Selain itu, pada saat distribusi pun OTA dapat memberikan edukasi kepada sasaran.

4. Monitoring & Pelaporan

Monitoring dan pelaporan dilakukan melalui dashboard GENTING. Selain itu, pihak media dilibatkan sebagai bentuk pemasaran sosial agar lebih banyak lagi mitra yang terlibat dalam program Genting.

Evaluasi Program Genting

Evaluasi dan pemantauan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa program Komunikasi Pembangunan mencapai tujuan yang diharapkan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat (White, 2003). Belum ada penelitian ilmiah terhadap program Genting karena program ini dinilai masih baru. Namun, sesuai pengamatan dari pihak yang terlibat langsung dalam program Genting, ada beberapa hal yang menjadi evaluasi program ini.
ADVERTISEMENT

Penutup

Program Genting adalah partisipasi nyata Kemendukbangga dalam mewujudkan Komunikasi Pembangunan di Indonesia, khususnya dalam percepatan penurunan stunting. Peran Komunikasi Pembangunan dalam program Genting terlihat dalam penyusunan strategi pembangunan, melibatkan masyarakat dalam pemasaran sosial, serta pemberian edukasi kepada masyarakat agar mencapai tujuan hidup yang lebih baik--dalam hal ini untuk mencegah stunting, Dalam praktiknya, program Genting masih dinilai perlu peningkatan, terutama dalam melibatkan media agar informasi Genting dikenal secara masif dan pada peningkatan edukasi masyarakat agar mereka sampai pada tahap pemahaman mencegah stunting secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Harian Jogja. (2024). Gentingnya Stunting, Kemendukbangga/BKKBN Luncurkan Program GENTING dan Rebranding Logo. Diakses dari https://news.harianjogja.com/read/2024/12/06/500/1197170/gentingnya-stunting-kemendukbanggabkkbn-luncurkan-program-genting-dan-rebranding-logo
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Membentengi Anak dari Stunting. Mediakom, Edisi 167, Juni 2024. Diakses dari https://kemkes.go.id/app_asset/file_content_download/172241330366a9f0f7cfb354.27666859.pdf
White, S. A. (2003). Participatory communication: Working for change and development. Sage Publications.
Widjaya, AW dan Hawab, MA. (1987). Komunikasi, Administrasi, Organisasi dan Manajemen dalam Pembangunan. Jakarta: Bina Aksara