Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Barang Impor dalam Industri Tekstil: Peran Manajerial pada Keputusan Taktis
14 Desember 2024 12:33 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Nida Fathin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Strategi Seorang Manajer dalam Pengambilan Keputusan Taktis terhadap Barang Impor pada Industri Tekstil
ADVERTISEMENT
Semakin pesatnya perkembangan teknologi memberikan berbagai kemudahan pada aktivitas mayarakat, terutama dalam memperlancar masuknya barang impor ke pasar domestik. Barang impor seringkali digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat diproduksi oleh industri lokal, seperti bahan baku tertentu, teknologi canggih, dan produk yang memiliki spesifikasi khusus. Meskipun barang impor memiliki dampak positif, nyatanya kehadiran barang impor yang berlebihan juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, seperti menurunkan daya saing produk lokal, memicu ketergantungan terhadap produk luar negeri, dan melemahkan pertumbuhan industri dalam negeri yang akhirnya berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan serta menurunkan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang kita ketahui, barang impor menawarkan harga yang lebih murah dan berkualitas baik dibandingkan dengan barang yang diproduksi di pasar domestik. Hal tersebut menjadikan permintaan akan barang impor menjadi meningkat yang akan berimbas pada menurunnya produksi dalam negeri. Mengapa barang impor memiliki harga yang murah? Yuk mari kita pelajari bersama.
ADVERTISEMENT
Dari sumber Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Barang impor kerap berharga murah karena memiliki berbagai efisiensi. Efisiensi ini dimaksudkan pada ongkos tenaga kerja yang rendah, teknologi yang canggih, biaya operasional yang terjangkau seperti biaya listrik yang murah, dan pembebasan pungutan (pungli) atau biaya pengiriman barang yang mudah sehingga menyebabkan produk impor menjadi kompetitif di pasar global. Selain itu, kemudahan impor yang dipermudah oleh pemerintah menyebabkan banyak barang impor ilegal yang bocor masuk ke Indonesia sehingga menjadikan barang tersebut memiliki harga yang terjangkau.
Salah satu kasus yang terjadi pada industri tekstil di Indonesia menjadi imbas dari keberadaan barang impor tersebut. Industri tekstil merupakan salah satu jenis perusahaan manufaktur tertua yang menjadi penyumbang utama pada sektor pengolahan dan ekspor barang ke luar negeri. Selain itu, industri ini tergolong menjadi industri padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja di Indonesia. Dari data Kementerian Perindustrian pada 2019, industri ini menyerap sebesar 3,73 juta tenaga kerja. Industri tekstil merupakan industri yang mengolah barang metah (serat) menjadi barang jadi (benang atau kain) melalui berbagai tahapan produksi mulai dari proses pemintalan, perajutan/penenunan, proses penyempurnaan hingga proses pakaian jadi. Awalnya industri ini dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, seiring berjalannya waktu industri tekstil menjadi industri untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke luar negeri. Tetapi, dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi menjadikan industri ini mengalami pasang surut dan menghadapi berbagai tantangan dalam perkembangannya. Salah satu tantangannya adalah keberadaan barang impor dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Keberadaan barang impor di dalam negeri dapat mengancam industri tekstil di Indonesia. Industri tekstil dapat terancam gulung tikar dikarenakan predatory pricing di platform media social e-comerce. Dengan adanya banting harga ini menjadikan hasil produksi tekstil banyak yang belum terjual sehingga mengakibatkan pada menurunnya permintaan kain yang semakin drastis. Permasalahan ini menjadikan banyak industri tekstil yang terancam bangkrut dan pengusaha menutup usaha mereka sehingga banyak tenaga kerja yang terkena PHK.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, akuntansi manajerial memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan taktis pada industri tekstil tersebut. Keputusan taktis merupakan keputusan yang sifatnya jangka pendek dengan melibatkan berbagai alternatif kemungkinan dengan waktu yang terbatas. Dari permasalahan ini, langkah-langkah pengambilan keputusan di bawah ini dapat digunakan seorang manajer untuk menyelamatkan industri tekstil yang terancam bangkrut:
ADVERTISEMENT
Langkah 1: Mengenali dan Menentukan Permasalahan
Pada langkah ini, seorang manajer perlu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi yakni industri tekstil mengalami penurunan pendapatan dan profitabilitas akibat persaingan harga dan volume barang impor yang lebih banyak serta murah daripada produk lokal. Permasalahan ini berdampak pada menurunnnya pangsa pasar, margin keuntungan yang didapat oleh industri tekstil, dan potensi untuk penutupan suatu bisnis.
Langkah 2: Mengidentifikasi Alternatif- Alternatif Solusi yang Memungkinkan
Pada langkah ini, seorang manajer dapat membuat beberapa pertimbangan alternatif solusi yang dapat diterapkan pada industri tekstil. Alternatif tersebut diantaranya:
Alternatif 1: Menurunkan harga produk lokal agar lebih kompetitif dengan barang impor.
Alternatif 2: Melakukan diversifikasi produk tekstil khusus seperti tekstil yang ramah lingkungan atau menggunakan kain tradisional yang dapat menambah nilai barang.
ADVERTISEMENT
Alternatif 3: Menggunakan teknologi canggih atau outsourcing agar menurunkan biaya produksi.
Alternatif 4: Memperkuat pemasaran digital dan memperluas pasar melalui berbagai platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop.
Alternatif 5: Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah untuk membuat kebijakan perlindungan atau subsidi dengan pembatasan barang impor atau menaikkan tarif barang impor.
Langkah 3: Mengidentifikasi Biaya dan Manfaat Terkait dari Setiap Alternatif
Langkah selanjutnya yakni mengidentifikasi biaya dan manfaat terkait dari setiap alternatif solusi yang layak.
Alternatif 1: Menurunkan harga produk lokal agar lebih kompetitif dengan barang impor.
• Biaya: biaya yang dibutuhkan dalam alternatif ini meliputi margin keuntungan yang akan mengalami penurunan dan terjadinya risiko perang harga.
• Manfaat: daya saing akan meningkat dan dapat menarik pelanggan yang sangat sensitif dengan harga.
ADVERTISEMENT
Alternatif 2: Melakukan diversifikasi produk tekstil khusus seperti tekstil yang ramah lingkungan atau menggunakan kain tradisional yang dapat menambah nilai barang.
• Biaya: biaya yang diperlukan seperti biaya riset dan pengembangan (R&D). Riset ini dilakukan untuk menilai trend yang ada di pasar. Selain itu, juga membutuhkan biaya promosi produk.
• Manfaat: Produk memiliki karakteristik tertentu atau unik sehingga mendapatkan pangsa pasar baru dan mendapatkan loyalitas pelanggan.
Alternatif 3: Menggunakan teknologi canggih atau outsourcing agar menurunkan biaya produksi.
• Biaya : Menimbulkan biaya investasi teknologi atau outsourcing.
• Manfaat: Efisiensi biaya dan margin keuntungan akan meningkat.
Alternatif 4: Memperkuat pemasaran digital dan memperluas pasar melalui berbagai platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop.
ADVERTISEMENT
• Biaya: Menimbulkan biaya iklan dan pelatihan digital marketing pada tenaga kerja.
• Manfaat: Mendapat jangkauan pasar yang lebih luas dan dapat meningkatkan penjualan.
Alternatif 5: Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah untuk membuat kebijakan perlindungan atau subsidi dengan pembatasan barang impor atau menaikkan tarif barang impor
• Biaya: Menimbulkan biaya waktu untuk pengajuan ke pemerintah.
• Manfaat: Mendapat perlindungan pasar dan mendapat dukungan finansial dari pemerintah.
Langkah 4: Memperkirakan Biaya dan Manfaat yang Relevan untuk Setiap Alternatif yang Layak
Alternatif 1: Menurunkan harga produk tekstil dapat menurunkan margin hingga 10% dan alternatif ini memiliki potensi untuk menaikkan volume penjualan sebesar 20%.
Alternatif 2: Biaya R&D sekitar 5% dari pendapatan tahunan sehingga dapat meningkatkan margin sebesar 15% jika produk unik yang ditawarkan dapat diterima pasar.
ADVERTISEMENT
Alternatif 3: Investasi teknologi awal sebesar Rp100 juta, namun dapat mengurangi biaya produksi hingga 20% dalam jangka panjang.
Alternatif 4: Biaya iklan digital Rp30 juta/bulan dengan proyeksi peningkatan penjualan sebesar 15% dalam 6 bulan.
Alternatif 5: Memerlukan waktu 6-12 bulan untuk mendapatkan hasil kebijakan dari pemerintah, tanpa biaya langsung signifikan.
Langkah 5: Menilai Faktor-Faktor Kualitatif
Alternatif 1: Risiko tinggi terhadap keberlanjutan bisnis karena margin keuntungan semakin kecil.
Alternatif 2: Membutuhkan waktu lebih lama untuk pengembangan, tetapi memberikan keunggulan kompetitif jangka panjang.
Alternatif 3: Mengurangi risiko kerugian jangka panjang, tetapi dapat menimbulkan ketergantungan pada penyedia teknologi atau mitra outsourcing.
Alternatif 4: Meningkatkan citra perusahaan di kalangan konsumen muda, namun memerlukan tim yang ahli dalam pemasaran digital.
ADVERTISEMENT
Alternatif 5: Bergantung pada respon pemerintah, yang mungkin tidak selalu dapat diandalkan.
Langkah 6: Mengambil Keputusan
Berdasarkan alternatif- alternatif di atas, keputusan terbaik yang dapat diambil oleh seorang manajer yakni alternatif 2 yang berkaitan dengan diversifikasi produk dan Alternatif 4 berkaitan dengan pemasaran digital. Alternatif diverifikasi produk ini dapat dijadikan suatu keputusan karena dapat menciptakan produk dengan nilai tambah, seperti kain tradisional modern atau tekstil yang ramah lingkungan sehingga tidak mudah tersaingi dengan barang impor. Sedangkan, alternatif pemasaran digital menjadi sebuah alternatif keputusan manajer karena dapat memperluas jangkauan pasar dan dapat meningkatkan penjualan tanpa ketergantungan penuh pada kebijakan pemerintah.
Dari keputusan terbaik diatas, seorang manajer juga dapat mengambil keputusan taktis pendukung yang dapat dipertimbangkan berkaitan dengan permasalahan ini yakni kombinasi antara alternatif 3 (investasi teknologi) untuk efisiensi jangka panjang dan alternatif 5 (kolaborasi dengan pemerintah) untuk mendapat subsidi dan perlindungan terhadap produk lokal sehingga dapat memungkinkan perusahaan agar tetap kompetitif di pasar lokal dan global dengan fokus pada inovasi, pemasaran, dan efisiensi biaya.
ADVERTISEMENT
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan barang impor mengancam perekonomian negara terutama pada industri tekstil yang ada di Indonesia. Adanya barang impor yang menawarkan harga dengan lebih murah, mengakibatkan produk lokal harus dapat bersaing dengan produk impor tersebut. Persaingan tersebut mendorong peran seorang akuntansi manajerial dalam mengambil keputusan taktis dari berbagai alternatif solusi untuk mempertahankan bisnisnya. Alternatif-alernatif tersebut meliputi menurunkan harga, melakukan diverifikasi produk, menggunakan teknologi canggih, memperkuat pemasaran digital, dan melakukan kolaborasi dengan pemerintah. Dari berbagai alternatif tersebut, seorang manajer dapat mengambil keputusan taktis pada alternatif yang berkaitan dengan diverifikasi produk dan pemasaran digital karena menjadi keputusan terbaik dalam bersaing dengan keberadaan barang impor.
Live Update