Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Digitalisasi pada Ranah Pendidikan
10 Juli 2021 14:34 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
Tulisan dari Nida Silmi Tsauroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi sekarang ini membuat beberapa sektor bidang di pemerintahan terhambat. Salah satunya bidang pendidikan. Tak luput dari pembelajaran jarak jauh dan kurang ratanya pengetahuan ilmu teknologi yang merambat di negeri kita. Penyebab utama bidang pendidikan saat ini adalah kurangnya minat dan literasi dalam membaca.
ADVERTISEMENT
Sebagai seseorang yang akan menjadi bagian manajemen perubahan dan berfokus pada konten yang akan diberikan kepada khalayak umum. Langkah yang dapat diambil untuk membangun semangat membaca dari audiens adalah dengan memberikan informasi yang lugas, menarik, dan pastinya beragam.
Di masa sekarang ini, pembelajaran ilmu pengetahuan kurang adanya minat dari pelajar maupun orang-orang di Indonesia. Tentunya, pasti ada alasan mengapa ilmu pengetahuan kurang diminati. Oleh karena itu, agar menarik ada beberapa media yang menyajikan informasi dengan cara yang tidak biasa.
Selain dapat diperoleh melalui sekolah atau kuliah, ilmu pengetahuan kini juga bisa didapatkan dengan mudah dan cepat dengan internet. Melalui internet, ribuan konten yang dapat menambah ilmu pengetahuan hadir dalam berbagai platform, seperti website, blog, Instagram, atau kanal YouTube yang bertemakan edukasi.
ADVERTISEMENT
Bisa diambil contoh dari YouTube misalnya. Seperti diketahui bahwa kebanyakan pengguna ponsel pintar, terutama kalangan usia muda, kini memilih YouTube sebagai sarana untuk mencari informasi yang mengedukasi. Tampilan visual yang menarik adalah salah satu faktor yang menjadi daya pikat bagi generasi milenial untuk mengakses YouTube. Meski demikian, sebagai pengguna internet kita juga perlu bijak dalam membuka kanal YouTube karena banyak pula konten negatif atau kurang bermanfaat.
'Kok Bisa?' merupakan kanal YouTube yang dikembangkan oleh Gerald Sebastian, Alvin Disatputra, dan Ketut Yoga Yudistira. 'Kok Bisa?' adalah platform media yang punya misi untuk mempromosikan konten edukasi dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Mulai dari sejarah hingga fisika, Einstein hingga Genghis Khan. Kanal ini membahas berbagai macam bidang ilmu pengetahuan yang membuat orang menjadi antusias dalam mempelajarinya.
ADVERTISEMENT
Konten video yang ada di kanal ini juga dapat memperkaya wawasan kita mengenai hal-hal yang kadang tidak terpikirkan di sekitar. Kanal ini berupaya menjawab pertanyaan remeh-temeh, misalnya seberapa lama masakan rendang bisa bertahan atau kenapa ada beragam makanan di Indonesia, serta masih banyak hal lain yang menarik untuk ditonton. Informasi yang disajikan juga dibawakan dengan cara berbeda, berupa video ilustrasi dan infografis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Tentunya inovasi dalam metode pembelajaran visual menjadi daya pikat yang menarik bagi anak milenial. Hanya membutuhkan sebuah gadget dan ditambah oleh akses internet untuk berselancar di platform media digital. Selain itu, pembelajaran disajikan visual ilustrasi dengan tambahan voice over berupa penjelasan suatu topik. Sehingga, penonton tidak hanya membaca teks saja, melainkan dapat mengerti ilmu pengetahuan yang disampaikan.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh kanal yang dapat menjadi referensi untuk konten-konten Pendidikan yang disajikan:
Kanal Youtube Sisi Terang. Membawakan konten teka-teki, informasi sains, dan eskperimen.
Kanal Youtube ‘Kok Bisa?’. Membawakan konten ilmu pengetahuan baik dalam sains maupun sosial.
Sebagaimana yang diketahui, buku fisik juga sudah mulai teralihkan dan dibuat menjadi digital. Salah satunya platform yang menyajikan buku digital yakni Gramedia Digital. Hal praktis yang dapat dibawa ke mana saja dan dapat digunakan kapan pun. Hanya memanfaatkan gawai yang dipunya. Kita dapat mengakses buku karya milik siapa saja.
Ini menjadi langkah kemajuan untuk anak milenial yang tidak lepas dari gawai. Memang, minat baca seseorang itu berbeda. Ada yang suka membaca buku non fiksi, fiksi, atau sekadar membaca informasi entertainment. Oleh karena itu, sebagai generasi pembangunan kita harus mengetahui pasar apa yang sedang ramai diperbincangkan dan tipe informasi seperti apa yang diminati.
ADVERTISEMENT
Bisa dilihat juga informasi yang trending di berbagai platform sosial media. Apalagi sekarang banyak akun-akun di Instagram dibuat untuk memberikan informasi terkini dengan bergaya agar menarik minat baca milenial. Dengan begini, konten yang disajikan akan menarik. Ditambah kreasi informasi dengan ekstra visual menjadikan tampilan enak dilihat atau eye catching.
(Nida Silmi Tsauroh/Politeknik Negeri Jakarta)