Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Hadiah Terakhir dari Ayah
20 Desember 2021 17:51 WIB
Tulisan dari Niken Maya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mempunyai kehidupan yang mewah dan berkecukupan sudah pasti impian semua orang. Terlebih lagi, jika di dalamnya terdapat keluarga yang harmonis. Semuanya jadi terasa lengkap. Walaupun terkadang, tidak semua orang yang hidup mewah itu mempunyai keluarga yang harmonis. Tetapi justru itu semua berbanding terbalik dengan yang dialami gadis berusia 17 tahun ini. Namanya Alisa Nugraha. Dia anak dari tukang bakso yang hidupnya pas-pasan. Namun, Alisa bersyukur karena keluarganya sangatlah harmonis meskipun hanya terdiri dari 3 orang di dalam rumahnya. Ayahnya, ibunya, dan Alisa. Ya, Alisa adalah anak satu-satunya. Bukan hanya itu, Alisa juga sangat bersyukur karena kedua orang tua nya sangat menyayanginya dengan penuh lembut dan kasih sayang.
ADVERTISEMENT
"Alisa bangun, sudah jam berapa ini? Kamu kan mau ujian," sang ibu mencoba membangunkan anak gadisnya. Alisa beruntung karena biarpun dia sudah berusia 17 tahun, ibunya masih tetap perhatian.
"Iya bu," Alisa bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi. Ibunya Alisa pun beruntung, karena Alisa anaknya adalah tipikal anak yang penurut. Lihat, buktinya saat dibangunin Alisa tidak membantah.
Selesai mandi, Alisa langsung bersiap-siap. Hari ini adalah hari pertama Ujian Nasional nya. Dan untungnya, Alisa sudah belajar jadi tidak ada rasa cemas sedikitpun dalam dirinya. Setelah selesai, Alisa menghampiri ibu dan ayahnya yang berada di meja makan.
"Wah nasi goreng, ada roti juga sama susu," ucap Alisa sambil melotot karena kaget melihat menu yang ada dihadapannya. "Tumben bu banyak banget," lanjutnya dengan bertanya.
ADVERTISEMENT
"Spesial untuk anak ibu yang mau Ujian Nasional,"
Mendengar ucapan itu dari mulut ibunya, Alisa langsung memeluknya. Alisa senang, karena masih ada yang peduli terhadapnya, masih ada yang bisa membuatnya senang seperti sekarang ini.
"Uhuukk...uhuuukkk," tiba-tiba terdengar suara batuk ayahnya.
"Ayah..ayah sakit?" tanya Alisa lirih dengan wajah cemas.
"Gapapa Lisa, ayah memang lagi batuk akhir-akhir ini. Tidak usah khawatir, mungkin karena ayah terlalu banyak mengonsumsi es dan makanan yang berminyak," ayahnya menjawab sambil mencoba meyakinkan Alisa, anaknya. Meskipun dia sadar, bahwa dia telah membohongi anaknya. Memang, kenyataannya tidaklah seperti itu. Ada sesuatu yang disembunyikannya dari sang anak tercinta.
"Kalau makin parah berobat ya yah," terlihat raut wajah Alisa yang begitu cemas. Alisa memang tidak bisa bohong. Dia sangat khawatir dengan kondisi ayahnya itu.
ADVERTISEMENT
Setelah makanannya habis, Alisa berpamitan dan mencium kedua tangan orang tua nya. Dan diakhiri dengan ucapan Assalamu'alaikum.
"Wa'alaikumussalam," jawab ayah dan ibunya bersamaan.
Alisa berangkat sekolah menggunakan sepeda motor miliknya. Ralat, bukan miliknya tetapi milik ayahnya. Motor itu dipakai oleh ayahnya kalau lagi ada keperluan saja. Kebetulan sekarang Alisa sedang ujian dan ayahnya memperbolehkannya untuk membawa motor.
Sepanjang jalan, ada dua hal yang Alisa cemaskan. Pertama, tentang sang ayah yang sedang kurang sehat. Kedua, tentang dirinya yang akan menghadapi Ujian Nasional. Tetapi bagi Alisa, tidak ada yang lebih penting dari kesehatan ayahnya sekarang. Untuk Ujian Nasional, biar semuanya diserahkan saja sama Allah. Karena Alisa selalu percaya, semua akan indah jika kita bersungguh-sungguh dalam menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Pukul 06.45 Alisa sampai sekolahannya. Memang, jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit untuk sampai. Alisa memarkirkan motornya dan berjalan menuju ruangan ujiannya. Tetapi, langkahnya terhenti saat ada yang memanggilnya.
"Al!!! Alisaaaa!!" teriakan itu membuat Alisa menoleh. Alisa sudah tidak asing lagi dengan suara itu. Ya, itu adalah suara sahabatnya. Revina.
"Rev, kalau teriak itu liat keadaan dong. Ih malu tahu diliat orang, tuh liat anak-anak sekarang merhatiin kita. Kita jadi pusat perhatian sekarang."
"Lo aja kali yang malu gue sih enggak,"
"Lo kan emang gak punya malu Rev," celetuk Alisa sambil tersenyum yang kemudian dibalas dengan cubitan dari Revi. "Aw sakit tahu"
ADVERTISEMENT
"Al justru lo harusnya berterima kasih sama gue karena berkat gue, kita jadi pusat perhatian sekarang,"
"Ah terserah lo deh, yuk ah masuk,"
Keduanya sekarang berjalan beriringan menuju ruangan ujiannya masing-masing. Alisa dan Revi memang tidak seruangan. Melihat inisial nama keduanya yang sangat jauh jaraknya. Pukul 07.15 ujian di mulai, sang pengawas di ruang ujian memberi aba-aba dan sedikit menjelaskan tentang peraturan ujian. Berhubung ujiannya berbasis komputer, Alisa harus ekstra hati-hati dalam mengerjakan semua soalnya. Fikiran tentang sang ayah yang batuk tadi pagi, berusaha Alisa singkirkan sebentar karena dia harus fokus sekarang. Alisa ingin membuktikan bahwa dia akan membawa nilai kelulusan yang terbaik untuk kedua orang tua nya.
Pukul 10.00 Alisa selesai ujian. Hari ini dia telah menyelesaikan 2 mata ujian, masih ada 2 lagi untuk hari besok. Alisa pulang dengan wajah yang sumringah, di perjalanan tak henti-hentinya dia tersenyum. Bagaimana tidak, Alisa senang karena apa yang dia telah pelajari selama ini ada beberapa yang keluar di soal. Biarpun tidak semua, namun itu sudah cukup membuat Alisa merasa bersyukur. Di jalan, Alisa berhenti sebentar untuk membeli ketoprak. Ketoprak adalah makanan kesukaan sang Ayah.
ADVERTISEMENT
"dua bungkus ya pak. Yang satu tidak pedas," untunglah masih ada simpanan uang di dompet miliknya, jadi Alisa bisa beli dua bungkus untuk ibunya juga.
"Terima kasih ya pak," ucap Alisa saat ketopraknya sudah siap.
Sesampainya di rumah, Alisa yang melihat gerobak bakso ayahnya masih terpampang dihalaman rumahnya langsung segera masuk ke dalam rumah karena mengira sang ayah sakit dan tidak jadi berjualan hari ini.
"Ayah.. ayah sakit?" dengan langkah kaki yang gontai, Alisa masuk ke dalam rumahnya sambil membawa rasa cemasnya. "Ayah.." panggilnya lirih saat melihat sang ayah ada di meja makan bersama sang Ibu. Sedikit lega dan ada ketenangan dalam diri Alisa karena dugaannya ternyata salah.
Melihat sang anak yang masuk dengan terburu-buru, ayah dan ibunya Alisa bertanya-tanya ada apa gerangan. Namun bukannya menjawab, justru Alisa malah mengalihkan itu semua.
ADVERTISEMENT
"Aku bawa ketoprak, ayo ayah, ibu kita makan bersama," Alisa menyodorkan ketopraknya pada sang ibu.
Tak lupa juga dia mengambil 2 buah piring dan 3 sendok. Dan dilanjut dengan makan bersama. Hening, dan hening. Selama awal makan tak ada pembicaraan sedikitpun. Sampai akhirnya sang ayah berani buka suara.
"Ayah tidak apa-apa Lisa, kamu tidak perlu mengkhawatirkan ayah terlalu jauh. Fokuslah dengan ujianmu dan tunjukanlah nilaimu yang bagus itu nantinya,"
"Ayah, Lisa mau ikut Ayah berjualan boleh?" tanya Alisa.
Entahlah, tidak ada angin dan tidak ada hujan, Alisa tumben sekali ingin membantu sang ayah berjualan. Biasanya, jika diajak berjualan, Alisa selalu menolaknya dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Untungnya sang ayah memperbolehkannya untuk membantu berjualan. Ada perasaan bangga tentunya dihati sang ayah. Bagaimana tidak, anak kesayangannya itu mau menemani nya berkeliling untuk jualan bakso. Meskipun dan jika ini akan jadi yang pertama dan terakhir kalinya Alisa menemani nya berjualan.
ADVERTISEMENT
Selama berkeliling, Alisa tak henti-hentinya berteriak "baksoo...baksooo.." bahkan tak jarang dia menambahkan kalimat "bakso..ini buatan ayah aku yang paling enak, pasti kalian ketagihan. Ayo beli" sontak saja hal itu membuat sang Ayah tertawa karena melihat anaknya yang super semangat.
Alisa dan sang ayah yang berjualan dari pukul 10.30, kini dagangannya telah habis pada pukul 14.00. Memang, rasa bakso ayahnya itu tidak ada duanya. Bahkan sudah memiliki banyaknya pelanggan tetap. Makanya jangan heran, kalau hanya dalam beberapa jam saja, jualannya sang ayah sudah tersapu bersih. Justru Alisa bangga, karena rasa bakso buatan Ayahnya itu telah disukai oleh banyak orang. Namun sayang sekali, Ayahnya belum mampu untuk membuka kios untuk jualan bakso nya. Alasannya sudah pasti ketebak, karena biaya. Biarpun menyewa, tetap saja semua itu membutuhkan uang.
ADVERTISEMENT
"Mau langsung pulang yah?" tanya Alisa karena melihat sang ayah sedang merapihkan gerobaknya.
"Iya, kalau sudah di rumah kan enak. Bisa istirahat dengan leluasa," jawab sang ayah. "Lisa mau jajan sesuatu gak? Kalau ada yang ingin dibeli bilang saja sama ayah," lanjutnya.
"Iya ayah nanti Lisa bilang kalau ingin sesuatu,"
Sesampainya di rumah, Alisa kembali mendengar sang Ayah batuk berkali-kali. Alisa juga sempat memergoki sang ayah yang tengah minum obat. Entah itu obat apa karena Alisa tidak tahu sama sekali.
"Ayah bohong sama Lisa, Ayah sakit kan?"
Pertanyaan itu mampu membuat Ayahnya kaget. "Tidak Lisa, ini hanya obat batuk. Sudah jangan terlalu mencemaskan ayah,"
Ada rasa curiga di dalam diri Alisa, namun Alisa tidak ingin sang ayah marah. Alisa akhirnya mencoba untuk percaya terhadap ayahnya. Sementara disisi lain, sang ayah benar-benar merasa bersalah dengan anaknya karena telah membohonginya. Tetapi, ini semua dilakukannya untuk kebaikan Lisa anaknya.
ADVERTISEMENT
"Ayah yakin dengan keputusan ini? Lisa berhak tahu soal penyakit Ayah. Ibu harus kasih tahu Lisa yah,"
Percuma, seberusaha keras apapun ibunya Lisa menasihati sang suami tetap saja dia tidak memperbolehkan Lisa mengetahui semuanya. Karena ayahnya Lisa tidak ingin membuat Lisa sedih di saat tengah menghadapi ujian sekolah.
Keesokan harinya, Alisa berangkat sekolah seperti biasa. Diawali dengan bangun pagi, mandi dan sarapan. Tak lupa juga dia berpamitan dan mengucapkan salam pada kedua orang tua nya. Ini adalah hari terakhirnya ujian, Alisa sangat bersemangat karena dia harus membuktikan pada ayah dan ibunya kalau dia bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Nilai yang tinggi tepatnya. Hingga pukul 10.00 Alisa selesai melaksanakan ujiannya. Dia bersama teman-temannya saling bersorak ria karena ini adalah titik akhir dari segalanya. Tinggal menunggu hasil dan setelah itu bisa dinyatakan lulus SMA.
ADVERTISEMENT
Alisa pulang dengan membawa rasa bahagia. Senyumnya terus mengembang karena tidak sabar ingin bertemu dengan sang ayah dan ibu tercinta. Namun, rasa bahagia itu seketika memudar saat Alisa pulang dan mendapati rumahnya yang dipenuhi dengan bendera kuning. Artinya, tanda kematian, ada yang meninggal. Seketika, Alisa jadi teringat dengan sang ayah yang sedang kurang sehat akhir-akhir ini. Sorot mata Alisa yang tadi bersinar, seketika berubah menjadi berkaca-kaca.
"Ayah.." lirihnya saat berada di ambang pintu.
"Lisa..sini sayang," panggil sang Ibu saat tahu anaknya sudah pulang dari sekolah.
"Ayaaaaahhhh!!!!!!" Alisa berlari menuju jenazah ayahnya.
Tubuhnya ambruk saat berada dihadapan jenazah ayahnya. Ayahnya yang sangat dia cintai. Bahkan, Alisa juga mengamuk karena tidak percaya bahwa ini adalah nyata.
ADVERTISEMENT
"Alisa istigfar sayang, ikhlaskan ayah ya nak,"
Sekarang, hanya Ibunya yang bisa menenangkan Alisa. Alisa benar-benar hancur sehancur-hancurnya. Dunianya seakan runtuh. Lihatlah, sorot matanya sekarang meredup. Tidak ada lagi sinar di dalam matanya. Sinar matanya yang selama ini dia pancarkan telah dipadamkan. Secercah harapan yang tadi dia bawa dari sekolah, musnah seketika. Pahlawan hidupnya kini telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Meskipun masih ada satu malaikat di hidupnya, yaitu sang ibu tetap saja seperti ada yang hilang dari bagian hidupnya.
Setelah berulang kali menenangkan Alisa, akhirnya Alisa bisa tenang. Sampai akhirnya jenazah sang ayah bisa dikuburkan. Di kuburan, Alisa masih menangis, meskipun tidak separah saat tadi. Alisa juga tak henti-hentinya mencium nisan dan berbicara pada kuburan sang ayah. Kurang lebih 1 jam pemakaman sang ayah dilakukan, para warga yang ikut mengantarkan telah pulang. Sementara, Alisa dan ibunya maih berada disitu.
ADVERTISEMENT
"Alisa.." panggilan itu membuat Alisa menengok dan beranjak berdiri.
"Revi.." Alisa langsung memeluk sahabatnya sambil menangis tersedu-sedu. Revi pun tak banyak bicara, dia membiarkan sahabatnya itu menangis dipelukannya, biarlah dia meluapkan kesedihannya sampai merasa lega.
"Udah ya yuk pulang, ayah lo pasti sedih kalau lo seperti ini Al," mendengar perkataan Revi, Alisa akhirnya menurut.
Setelah dari kuburan, Alisa, ibunya dan Revi sahabatnya kembali pulang. Dan kali ini Revi berniat untuk menginap di rumah sahabatnya itu agar sahabatnya ada yang menghibur. Revi pernah merasakan bagaimana ditinggal oleh seseorang untuk selama-lamanya, jadi sangat jelas Revi tahu apa yang dirasakan oleh Alisa sahabatnya itu.
Di dalam rumah, sesekali Revi juga membujuk Alisa untuk makan. Bahkan Revi tidak menyerah biarpun Alisa menolak suapannya berkali-kali. Sampai akhirnya Revi kesal dan mengeluarkan kata-kata nasihatnya yang berujung akhirnya Alisa mau makan. Kalau soal merayu, menghibur, Revi memang jagonya.
ADVERTISEMENT
1 minggu berlalu, 1 minggu juga sang ayah telah pergi meninggalkan Alisa dan sang ibu untuk selamanya. Kini, Alisa telah berhasil mengikhlaskan kepergian ayahnya. Meskipun sesekali dia teringat, namun dia tidak menangis seperti kemarin-kemarin. Hari ini adalah hari kelulusannya, Alisa bangun pagi seperti biasanya untuk mengenakan kebaya cantik berwarna biru langit miliknya yang sudah dibelikan oleh sang ibu beberapa hari lalu.
"Wah cantik sekali anak Ibu, kalau Ayah masih ada pasti dia akan mengucapkan hal yang sama," ucap sang ibu dengan tatapan sendu sambil sedikit tersenyum
"Ibu juga cantik, ayah pasti juga terpesona melihat ibu sekarang,"
Setelah semuanya rapi, Alisa dan sang ibu langsung berangkat menuju sekolahnya. Alisa dan ibunya berangkat menggunakan taksi. Membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di sekolahnya karena memakai mobil. Setelah sampai, Alisa disambut oleh Revi yang menggunakan kebaya berwarna abu-abu. Revi datang bersama ayahnya, sedangkan Alisa bersama ibunya. Setelah itu, mereka berempat masuk ke dalam ruang aula yang dikhususkan untuk tempat kelulusan.
ADVERTISEMENT
Acara kelulusan dimulai dengan pembukaan, sambutan dan berbagai pertunjukan lainnya seperti drama dan nyanyian-nyanyian. Sampai akhirnya tibalah detik-detik kelulusan dan pengumuman peraih nilai tertinggi.
"Saya akan mengumumkan siswa dengan nilai kelulusan terbaik," ucap seorang pembawa acara tersebut. "Siswa dengan nilai kelulusan terbaik adalah.. Alisa Nugraha,"
Mendengar itu, sontak semua siswa langsung bertepuk tangan dan matanya tertuju pada Alisa. Ada yang menatapnya dengan senyuman, ada juga yang menatapnya dengan tajam. Memang, tidak semua siswa menyukai Alisa. Karena ada beberapa orang yang seringkali iri dengan dirinya. Namun, Alisa tidak pernah menghiraukannya
"Alisa Nugraha, dipersilakan untuk maju ke depan," perintah sang pembawa acara.
Namun, bukannya langsung ke depan, Alisa justru malah menatap sang ibu. "Ayo Lisa, majulah ke depan sayang," setelah itu akhirnya Alisa maju ke depan untuk menerima penghargaan.
ADVERTISEMENT
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, terutama saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Allah. Swt. Karena tanpa kehendak-Nya, saya tidak akan bisa meraih nilai terbaik. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih untuk malaikat hidup saya, ibu. Untuk sahabat saya, Revi. Dan ini saya persembahkan untuk ayah yang berada surga. Saya yakin, dia melihatnya", Setelah panjang lebar berbicara, Alisa mengakhiri itu semua dengan salam.
Dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 12.00 siang, akhirnya acara kelulusan SMA Pelita Bangsa telah selesai. Alisa dan ibunya pulang dengan membawa kebahagiaan. Namun sebelum pulang, Alisa dan sang ibu mampir untuk berkunjung ke makam sang ayah.
"Hai, ayah. Assalamu'alaikum. Lihat yah, aku datang membawa kebahagiaan. Aku telah berhasil mendapatkan nilai kelulusan terbaik. ayah pasti bangga kan?"
ADVERTISEMENT
Di depan kuburan sang ayah tercinta, Alisa bercerita tentang kelulusannya panjang lebar. Bahkan, Alisa sampai tidak bisa membendung air mata yang jatuh membasahi wajahnya itu. Dan sang ibu tidak banyak berbicara, hanya sesekali mengusap punggung anaknya agar bisa menghentikan tangisnya. Usai 30 menit berada di makam ayahnya, sang ibu mengajaknya untuk pulang.
"Lisa, ini ada hadiah dari ayah untukmu," ucap sang ubu saat sampai di rumahnya. "Ayah sudah menyiapkan ini jauh sebelum dia meninggalkan kita. Ayah bilang, hadiah ini harus ibu berikan ke kamu saat hari kelulusanmu jika ayah telah pergi terlebih dahulu," lanjut sang ibu sambil memberikan sebuah kotak berwarna hitam kepada Alisa.
Tak banyak bicara, Alisa langsung membuka kotak itu dengan membawa rasa penasarannya. Dia sangat penasaran dengan isi kotaknya. Dan setelah dibuka, Alisa hanya menemukan sebuah kunci, buku kecil dan surat. Lalu, Alisa membuka buku tersebut yang ternyata di dalamnya berisikan resep bakso dan makanan lainnya. Ditutupnya kembali buku itu, karena dia harus membaca surat dari sang ayah.
ADVERTISEMENT
Alisa, anak ayah
Mungkin saat kamu baca surat ini, ayah sudah pergi meninggalkan kamu untuk selamanya. Ma.afkan ayah karena harus pergi terlebih dahulu. ayah sangat menyayangi Lisa, Lisa adalah anak kebanggaan ayah. Terima kasih telah menjadi cahaya nya ayah. Hanya Lisa alasan ayah bertahan. Selama ini, ayah menyembunyikan penyakit yang ayah derita. Batuk yang waktu itu kamu lihat bukanlah batuk biasa sebenarnya Lisa. ayah terkena kanker paru-paru. Bahkan tanpa kamu sadari, sebenarnya ayah sering bolak-balik untuk periksa ke dokter. Ma.afkan ayah karena tidak memberitahumu, ayah tidak ingin membebani Lisa. Sebentar lagi, Lisa akan lulus SMA dan ayah yakin bahwa Lisa bisa mendapatkan nilai kelulusan terbaik. Karena ayah percaya bahwa Lisa pasti bisa. Satu lagi Lisa, di dalam kotak ini ada sebuah kunci. Kunci itu adalah kunci kios yang sudah ayah beli agar bisa jualan bakso disitu. Tadinya, ayah ingin memberi kejutan ini kepada Lisa dan ibu agar kita bisa berjualan bersama. Namun, karena ayah sadar bahwa umur ayah tidak akan lama lagi, oleh karena itu kios ini ayah persembahkan untuk Lisa. Silakan lanjutkan usaha bakso ayah di kios itu bersama ibu. Lisa tidak perlu khawatir karena semua resep bakso ada di buku kecil itu. Dan jika Lisa ingin melanjutkan kuliah, tenang saja karena ada uang asuransi yang bisa Lisa pakai. Ayah sayang sama Lisa seperti Lisa sayang sama ayah. Ayah juga ingin mengucapkan terima kasih sama Lisa karena waktu itu Lisa mau menemani ayah berjualan. Meskipun itu untuk pertama dan terakhir kalinya. Jadilah anak yang berbakti, jaga ibumu ya Lisa. Semoga kita bisa bertemu kembali di surga.
ADVERTISEMENT
"Jadi, waktu aku ingin ikut ayah berjualan adalah sebuah firasat bahwa aku dan Ayah akan berpisah?" ucapnya setelah membaca surat tersebut. Air matanya kini kembali mengalir lagi di wajahnya. "Andai aku tahu bahwa ayah akan pergi untuk selamanya, aku akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama ayah buu..." ucapnya lirih sambil menatap wajah sang ibu.
"Lisa...bukankah kamu sudah mengikhlaskan ayah?" tanya sang ibu. "Bagaimana, kamu suka hadiah dari ayah?" lanjutnya.
"Lisa memang sudah mengikhlaskan ayah bu, namun tetap saja Lisa merasa bersalah karena baru tahu semua ini setelah ayah pergi. Dan ibu, mengapa tidak pernah cerita sama Lisaa? Mengapa buu?!!" kini dadanya bergemuruh. Alisa kembali hancur saat setelah mengetahui semunya. Dia benar-benar menangis sejadi-jadinya.
ADVERTISEMENT
"Lisa kamu harus bisa mengerti, ini amanah dari ayah. Oleh sebab itu Ibu tidak memberitahumu,"
"Satu lagi, Lisa tidak menginginkan hadiah ini. Ini adalah hadiah yang paling menyakitkan buat Lisa. Jika hadiah ini bisa ditukar dengan mengembalikan ayah, maka Lisa akan menukarnya bu. Lebih baik ini ibu simpan saja karena Lisa tidak tahu apakah bisa menerima hadiah itu atau tidak,"
"Ya sudah tidak masalah jika kamu belum mau menerima hadiah itu. Akan tetapi satu hal yang perlu kamu tahu Lisa, ayah pasti akan sangat sedih. Namun, pasti Ayah juga akan mengerti,"
Setelah itu, Alisa masuk ke dalam kamarnya. Bahkan, dia sampai lupa bahwa hari ini harusnya dia tengah bahagia bukan malah kembali berduka. Alisa benar-benar kembali hancur, bahkan di hari kelulusannya. Alisa memang menginginkan sebuah hadiah di hari kelulusannya, tetapi tidak dengan hadiah itu. Itu adalah hadiah yang menyakitkan buatnya karena di dalamnya terdapat banyak rahasia yang telah disimpan selama ini. Dan dia baru mengetahuinya sekarang. Jika saja bisa, Alisa ingin menukar hadiah itu dengan ayahnya.
ADVERTISEMENT
"Ma.afkan Lisa yah..."