Perlawanan Rakyat Pekalongan: Peristiwa Kebon Rojo 3 Oktober 1945

Nikita Safitri
Mahasiswa Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
1 April 2022 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nikita Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perlawanan rakyat Pekalonngan Peristiwa Kebon Rojo 3 Oktober 1945 (sumber: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Perlawanan rakyat Pekalonngan Peristiwa Kebon Rojo 3 Oktober 1945 (sumber: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lapangan Kebon Rojo adalah sebuah lapangan tempat berkumpulnya rakyat Pekalongan untuk menyaksikan perudingan antara Indonesia dengan Jepang mengenai pengalihan kekuasaan pemerintah dan merebut senjata dari tangan Jepang. Selain itu, Lapangan Kebon Rojo juga menjadi saksi bisu perlawanan rakyat Pekalongan melawan tentara Jepang.
ADVERTISEMENT
Kronologi Peristiwa Kebon Rojo
Berita mengenai kekalahan Jepang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai di Pekalongan melalui siaran radio yang berhasil direntas oleh beberapa anggota Barisan Pelopor dan seorang kurir dari Jakarta. Berita itu disambut gembira oleh rakyat Pekalongan. Pada tanggal 28 Agustus 1945, dibentuklah KNI Pekalongan yang bertugas mempertahankan kemerdekaan dan mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang, didukung oleh BPKKP dan kelompok pejuang pemuda di Pekalongan.
Awalnya, pengalihan kekuasaan dilakukan melalui perundingan antara pihak Jepang dan pihak Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945 di kantor Karesidenan Pekalongan. Namun karena memanasnya situasi di Semarang, akhirnya perundingan diundur pada 3 Oktober 1945 di markas kempeitai (Lapangan Kebon Rojo).
Hari perundinganpun tiba, rakyat dan para wakil Indonesia berbondong-bondong pergi menuju lokasi perundingan di Lapangan Kebon Rojo. Di hari yang sama pula, terjadi penyanderaan beberapa orang Jepang di Kantor Syucho Pekalongan dengan tujuan akan membunuh para Sandra jika perundingan gagal.
ADVERTISEMENT
Pukul 10 pagi, perundingan dimulai. Pihak Indonesia diwakili oleh Mr. Besar, dr. Sumbadji, Dr. Ma’as, R. Suprapto, A. Kadir Bakri, dan Jauhar Arifin. Sedangkan dari pihak Jepang diwakili Tokonami, Kawabata, Hayasi, dan Horizumi. Dalam perundingan itu pihak Indonesia meninta 3 tuntutan, yaitu :
Pihak Jepang memahami tuntutan tersebut, namun karena pihaknya terikat Sekutu sehingga harus menunggu instruksi dari tentara Jepang di Jakarta agar tetap menjaga status quo Indonesia sebelum Sekutu datang.
Sedangkan di luar, suasana semakin panas karena perundingan tidak kunjung usai. Para pemuda akhirnya mengepung dan menyerbu tempat perundingan, setelahnya dimulailah aksi tempak-menembak antara para tentara Jepang dengan para pemuda Indonesia. Beberapa pemuda juga menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan Merah Putih untuk mengobarkan semangat nasionalisme. Korban berjatuhan baik dari pihak Jepang maupun Indonesia. Lapangan Kebon Rojo pun seketika berlumuran darah.
ADVERTISEMENT
Karena situasi yang semakin membahayakan, masyarakat yang berada di Lapangan Kebon Rojo mulai mengamankan diri, menyisakan tentara Jepang yang berpatroli dengan senjata di tangan mereka. Kelompok delegasi Indonesia akhirnya menghubungi pihak Semarang untuk meminta bantuan. Namun karena situasi di Semarang juga dalam keadaan gawat, akhirnya mereka meminta bantuan dari Purwokerto. Dua hari kemudian, kabar baik diterima dari Purwokerto bahwa penyelesaian masalah berjalan dengan baik setelah Residen Banyumas Iskaq Cokrohadisuryo dan BKR mengadakan perundingan dengan pihak Jepang. Akhirnya tentara Jepang melakukan gencatan senjata dan menyerahkan senjata mereka kepada pihak Indonesia serta meninggalkan wilayah Pelakongan. Pemerintah juga dialih-pindahkan kepada Indonesia walau tanpa upacara dan timbang terima.
Setelah melalui runtutan perundingan dan perlawanan antara pejuang Pekalongan dengan tentara Jepang, akhirnya pada 7 Oktober 1945 Pekalongan dinyatakan bebas dari kekuasaan Jepang. Untuk memperingati peristiwa di Lapangan Kebon Rojo, pemerintah Pekalongan membangun monumen di tempat tersebut dan serangkaian upacara setiap tahunnya untuk menghormati jasa para pejuang Pekalongan.
ADVERTISEMENT