Konten dari Pengguna

Stunting Masih Tinggi: Apa yang Salah dengan Program Pemerintah?

Nila Cahya
Mahasiswi S1 Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17 Desember 2024 11:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nila Cahya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Milik Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Milik Pribadi
ADVERTISEMENT
Saat ini masih banyak kasus stunting yang terjadi pada anak padahal Indonesia sudah merdeka. Stunting sudah ada sejak tahun 2014 dimana KOMINFO diberi kepercayaan untuk mengkampanyekan secara serentak. Semenjak saat itu seluruh masyarakat Indonesia sudah tau akan stunting dimana selain kondisi gagal tumbuh anak yang terjadi akibat gizi buruk. Stunting menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 24,4% untuk itu stunting adalah sebuah permasalahan yang harus di atasi sebagaimana pertumbuhan anak terganggu, sehingga tinggi badannya lebih pendek dari rata-rata anak seusianya. Ini terjadi karena anak tidak mendapatkan gizi yang cukup dalam waktu lama.
Pemerintah tidak tinggal diam dalam menghadapi permasalahan stunting. Pemerintah telah membentuk beberapa organisasi khusus untuk menyatukan data stunting dan melaksanakan kebijakan melalui organisasi-organisasi tersebut. Melalui upaya ini, wanita hamil diberikan informasi mengenai pentingnya rutin memeriksakan kandungan ke dokter dan mengonsumsi suplemen yang dianjurkan. Selain itu, wanita yang belum menikah juga dianjurkan untuk menjaga pola makan yang sehat serta mengonsumsi tablet penambah darah secara berkala. Tablet ini memiliki manfaat jangka panjang, yaitu membantu mencegah risiko stunting pada anak yang mungkin dikandung di masa depan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga memiliki beberapa program dalam mengatasi stunting pemerintah luncurkan program pemberian makanan tambahan (PMT), rencana aksi nasional pangan dan gizi, program sanitasi dan air bersih, posyandu dan puskesmas keliling, dan bantuan sosial untuk keluarga pra-sejahtera seperti program keluarga harapan (PKH).
Kekurangan program pemerintah
Meskipun pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi stunting, terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah utama adalah kurangnya evaluasi dan pemantauan yang menyeluruh terhadap efektivitas program-program tersebut. Banyak program yang dilaksanakan tanpa analisis mendalam mengenai dampaknya, sehingga sulit untuk menentukan apakah intervensi yang dilakukan benar-benar berhasil dalam menurunkan angka stunting. Hal ini menciptakan kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, banyak program pemerintah yang cenderung terfokus pada daerah perkotaan, sementara daerah pedesaan dan terpencil sering kali terabaikan. Akses terhadap layanan kesehatan dan gizi yang memadai di wilayah-wilayah ini masih sangat terbatas, sehingga anak-anak di daerah tersebut tidak mendapatkan manfaat dari program-program yang ada. Ketidakmerataan dalam distribusi sumber daya dan perhatian ini menyebabkan kesenjangan yang signifikan dalam penanganan stunting di berbagai wilayah.
Kekurangan lain yang terlihat adalah kurangnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Banyak program yang dirancang tanpa melibatkan suara dan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga kurang relevan dengan konteks lokal. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, program-program ini sering kali tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk keberhasilan implementasinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga tantangan dalam hal edukasi dan penyuluhan. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi, masih banyak orang tua yang kurang memahami cara memberikan nutrisi yang tepat kepada anak-anak mereka. Kurangnya pengetahuan ini dapat menghambat efektivitas program, karena tanpa pemahaman yang baik, orang tua mungkin tidak menerapkan praktik gizi yang dianjurkan.
Akhirnya, masalah pendanaan juga menjadi kendala. Banyak program yang tidak memiliki anggaran yang cukup untuk menjangkau semua yang membutuhkan, sehingga pelaksanaan program sering kali terhambat. Tanpa dukungan finansial yang memadai, upaya untuk mengatasi stunting menjadi tidak optimal, dan hasil yang diharapkan sulit untuk dicapai.
Secara keseluruhan, meskipun pemerintah telah berupaya keras untuk mengatasi masalah stunting, berbagai kekurangan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program masih perlu diperbaiki agar upaya tersebut dapat lebih efektif dan berdampak positif bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pendidikan dan penyuluhan mengenai gizi juga perlu diperkuat, terutama bagi orang tua, agar mereka dapat memahami dan menerapkan praktik gizi yang baik untuk anak-anak mereka. Terakhir, pemerintah harus memastikan bahwa program-program ini didukung oleh pendanaan yang memadai, sehingga dapat diimplementasikan secara optimal dan memberikan dampak yang signifikan dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan angka stunting dapat menurun dan generasi mendatang dapat tumbuh dengan lebih sehat dan produktif.
Nila Cahya_MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA_FITK_Ilmu Pengetahuan Sosial (2022)