Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Ekonomi Indonesia? Kelas Menengah Merosot, Penduduk Rentan Miskin Meningkat
3 Februari 2025 19:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ni Made Widya Paramita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Merosotnya jumlah penduduk kelas menengah yang diiringi penambahan penduduk rentan miskin di Indonesia menjadi salah satu pertanda penurunan kesejahteraan masyarakat. Penduduk kelas menengah adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita antara Rp2,04 juta hingga Rp9,9 juta per bulan (Badan Pusat Statistik, 2024). Kelompok ini selama ini dianggap sebagai motor penggerak ekonomi karena daya beli mereka yang relatif stabil.
ADVERTISEMENT
Namun, data terbaru menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelas menengah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, kelompok rentan miskin—yakni mereka yang pengeluarannya hanya sedikit di atas garis kemiskinan—justru mengalami peningkatan. Kondisi ini mengindikasikan semakin banyak masyarakat yang terjebak dalam ketidakpastian ekonomi, terutama akibat inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta dampak dari berbagai krisis global.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan merosotnya kelas menengah adalah kenaikan harga kebutuhan pokok yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan yang cukup. Inflasi yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah menggerus daya beli masyarakat, membuat sebagian kelompok kelas menengah turun ke kategori rentan miskin. Dalam lima tahun terakhir, beberapa peristiwa kenaikan harga bahan pokok yang terjadi seperti kenaikan harga minyak goreng di awal tahun 2022, kenaikan harga BBM tahun 2022, dan kemudian kenaikan harga beras di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kebijakan ekonomi yang kurang efektif dalam merangsang sektor produktif juga turut memperburuk situasi. Penurunan daya beli kelas menengah berpotensi melemahkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang selama ini bergantung pada konsumsi domestik.
Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk merespons kondisi ini, termasuk bantuan sosial dan insentif ekonomi. Namun, efektivitas kebijakan tersebut masih menjadi perdebatan. Para ahli menilai perlu ada pendekatan yang lebih komprehensif, seperti peningkatan investasi dalam sektor produktif, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta reformasi kebijakan fiskal yang lebih berpihak pada kelas menengah dan kelompok rentan.
Seiring dengan ketidakpastian ekonomi global, pemulihan kelas menengah di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Jika tidak ada intervensi yang tepat, bukan tidak mungkin jumlah penduduk rentan miskin akan terus bertambah, memperlemah daya tahan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Menghadapi penurunan kelas menengah dan meningkatnya kerentanan kemiskinan, masyarakat perlu meningkatkan keterampilan dan mengelola keuangan dengan bijak. Mengikuti pelatihan atau kursus online dapat meningkatkan daya saing di pasar kerja, sementara pengeluaran konsumtif harus dikurangi demi fokus pada kebutuhan primer dan investasi jangka panjang. Menabung dan berinvestasi dalam instrumen yang aman, seperti emas atau reksa dana pasar uang, dapat membantu menjaga stabilitas keuangan. Selain itu, mencari peluang usaha sampingan, seperti berjualan online atau menawarkan jasa freelance, bisa menjadi solusi untuk menambah penghasilan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, ketahanan pangan dan adaptasi terhadap perubahan ekonomi menjadi kunci dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok. Menanam sendiri bahan makanan dan membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar saat harga masih stabil dapat membantu mengurangi beban pengeluaran. Masyarakat juga bisa memanfaatkan teknologi digital untuk efisiensi, baik dalam mengelola keuangan maupun mencari peluang usaha. Berpartisipasi dalam komunitas atau koperasi serta mencari informasi mengenai program bantuan pemerintah juga dapat menjadi strategi untuk bertahan di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks.
ADVERTISEMENT
Oleh: Ni Made Widya Paramita, Galang Bayu Damar Yudhistira, dan Seli Delima Sari (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)