Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setelah berdebat dengan tiga kiai, Gatholoco melanjutkan perjalanan. Dia menuju Gunung Indragiri dan berjumpa dengan Perjitawati. Kembali dia berdebat dan menang. Akhirnya Gatholoco diundang masuk ke gua, “berhubungan seks” lewat kemampuan puisi metaforanya.
ADVERTISEMENT
Banyak orang menganggap Suluk Gatholoco lebih nakal ketimbang Serat Centhini, bahkan porno. Ia juga membenarkan dan menganjurkan hubungan seks sebagai salah satu cara “berdialog” dengan Tuhan, salah satu pengaruh Tantra. Selain itu, beberapa tokoh di sekitar Gatholoco punya nama yang berkonotasi dengan seksualitas; dari Demagandhul hingga kelima istri Gatholoco.
Damardjati Supadjar menyebut serat tersebut bukan untuk memuja seks, melainkan untuk menunjukkan bahwa ujian syariat terberat adalah seks. “Gatholoco hendak menyampaikan pesan yang berjenjang, dari tingkat dasar hingga tinggi. Saat ini seks sudah menjadi keluar jalur. Seks digunakan secara sembarangan,” ujarnya.
Bagi Ben Anderson, aktivitas seksual dalam Suluk Gatholoco memiliki tujuan tunggal: “prokreasi dari Gatholoco baru, embiro Lelaki Sempurna, siap satu hari menggantikan ayahnya dalam perang agama di Jawa,” tulisnya dalam “Professional Dreams: Reflections on Two Javanese Classics” dalam Language and Power.
ADVERTISEMENT
Namun, lanjut Anderson, Gatholoco tak cocok dengan model tradisional pahlawan Jawa; prajurit-ksatria yang anggun, resi petapa yang bijak, Muslim yang saleh ataupun raja yang budiman. Gatholoco dan penulisnya juga sama sekali tak berminat pada daftar dan keberagaman ajaran yang mereka tampilkan.
”Hanya ada satu pengetahuan yang dianggap penting –pengetahuan mistis tentang Lelaki Sejati– dan Gatholoco memaparkan kerumitannya dan mempertahankannya dengan penuh kemarahan dan kasar, kebijaksanaan yang liar dan urakan.
BACA LANJUT: https://zamanow.com//ragam/1156-kitab-lelaki-sejati-suluk-gatholoco-yang-lebih-nakal-dari-serat-centhini#ixzz59uHYLI3q