Konten dari Pengguna

Kehilangan Moral Atas Idola

Ninik Hardianti
Mahasiswi Sastra Inggris, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
12 Mei 2025 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ninik Hardianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Taken in Cibiru Bandung by Ninik Hardianti
zoom-in-whitePerbesar
Taken in Cibiru Bandung by Ninik Hardianti
ADVERTISEMENT
Pernah gak sih kehilangan moral hanya karena sesuatu yang sangat kamu cintai di dunia ini?
ADVERTISEMENT
Setiap orang punya kecenderungan masing-masing terhadap hal yang disukainya. Ada yang tergila-gila pada musik Korea Selatan dan menjadi K-Popers. Ada penggemar berat anime dari Jepang, yang sering disebut wibu. Ada yang selalu mengikuti perkembangan dunia Hollywood, menyukai produksi film maupun musiknya. Ada yang memiliki adiksi terhadap dunia game. Ada pula yang sekedar mengikuti influencer viral.
Semua itu adalah hal yang sangat wajar di zaman modern ini. Di tengah kehidupan yang amburadul ini, siapa lagi yang bisa menghibur diri kita kalau bukan kita sendiri yang mencari sumber kebahagiaan?
Ketika kita berada dalam posisi itu, misalnya mengidolakan seorang artis. Kita bisa terdorong untuk mendengarkan semua lagunya, menonton setiap kontennya, dan bahkan menunggu update hariannya.
ADVERTISEMENT
Ketika kita memupuk rasa cinta yang berlebih itu setiap harinya, kita akan terkoneksi dengan idola favorit itu. Fenomena ini disebut parasocial relationship.
Istilah parasocial relationship pertama kali diperkenalkan oleh Donald Horton dan Richard Wohl pada tahun 1956 dalam makalah mereka yang berjudul "Mass communication and Para-social Interaction. " Mereka menjelaskan bagaimana menonton televisi atau radio bisa merasa seperti 'teman' dari tokoh media, meskipun hubungan itu tidak nyata secara dua arah.
Parasocial relationship adalah hubungan satu arah antara seseorang (biasanya penonton, penggemar, atau audiens) dan tokoh media seperti selebriti, influencer, atau tokoh fiksi, di mana pihak audiens merasa memiliki kedekatan emosional, meskipun tidak ada interaksi nyata dari tokoh tersebut.
Efek yang akan dirasakan bukan main-main. Kita akan merasakan ketergantungan emosional yang bisa mengganggu realitas sosial. Contohnya ketika idola kita dihujat, kita akan ikut merasakan sakitnya. Rasa sedih yang mendalam akan kita rasakan ketika melihat idol yang sudah menghibur kita setiap hari dinilai buruk oleh orang-orang yang tidak menyukainya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini sangat sering terlihat di media sosial seperti X (Twitter). Penggemar satu sering bertengkar dengan penggemar lainnya bahkan tanpa alasan yang jelas. Contohnya, terjadi fanwar antar penggemar K-pop. Setelah ditelisik, banyak penghujat idol K-pop justru berasal dari kalangan penggemar K-pop sendiri hanya karena mereka mendukung idol yang berbeda. Idol yang terkena komentar buruk menyebabkan penggemarnya membalas komentar jahat itu dengan cara yang sama, yaitu menghina balik idol lain.
Mereka melakukan itu hanya demi merasa idol yang mereka sukai lebih baik dari idol lain. Mereka bahkan mengetik komentar jahat itu dengan sukarela terhadap idol yang tidak disukainya.
Hal ini benar-benar tidak sehat. Jangan sampai kita jadi buta terhadap kesalahan idol kita dan menormalisasi penghinaan terhadap idol lain.
ADVERTISEMENT
Siapapun yang masih berada dalam kondisi seperti itu, semoga segera lepas karena hal ini jelas melanggar nilai moral.
Padahal tujuan kita menyukai public figure itu hanya untuk sekedar bersenang-senang. Kita boleh kok menonton kontennya, menikmati musiknya, membeli karyanya dan lain-lain. Yang tidak boleh adalah menyukai secara berlebihan tanpa tahu batasannya.
Jangan sampai kita mengidolakan seseorang layaknya menyembah Tuhan. Jangan sampai kita membela idol layaknya membela agama.
Kalau merasa sedih melihat idol favorit kita dihujat. Biarlah, toh kita juga tak bisa berbuat apa-apa. Toh, dia sendiri juga tidak peduli, uangnya tetap banyak, pekerjaannya tetap berjalan dan akan selalu lebih sukses daripada penghujatnya.
Sebenarnya kita bisa mengambil banyak manfaat baik dari menjadi penggemar. Bukan sekedar bersenang-senang menghilangkan rasa stres, kita juga bisa melihat sisi positifnya. Kita bisa mempelajari dan mencontoh bagaimana kerasnya perjuangan idol favorit kita dalam meraih mimpinya dengan usaha yang tidak main-main.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu merasa hubunganmu dengan seorang idol mulai berdampak buruk dan ingin perlahan melepaskan diri, bisa coba beberapa hal: unfollow akun media sosialnya, kurangi menonton kontennya sedikit demi sedikit, dan mulai eksplorasi hobi baru. Bisa dengan membaca, journaling, solo trip, atau sekadar keluar setiap pagi untuk menikmati sinar matahari.
Kamu juga harus mencari banyak idola lain yang menginspirasi, jangan hanya terpaku pada satu idola. Bacalah kisah orang-orang terdahulu yang berkontribusi dalam menggambar sejarah dunia. Banyak sekali tokoh yang bisa dijadikan inspirasi.
Dan satu hal yang penting: bangun kembali relasi dengan dunia nyata.
Bukan berarti meninggalkan apa yang kamu suka, tapi menjaga agar semua tetap pada porsinya.