Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Keindahan Bukit Mongkrang, Surga Kecil di Selatan Lawu
24 Maret 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Nino Sativara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Eloknya pemandangan Bukit Mongkrang tak pernah luput dari perhatian para pegiat alam. Letaknya yang begitu strategis, membuat Bukit Mongkrang menjadi tempat ikonik untuk melihat kegagahan Gunung Lawu dari sisi selatan. Berada di wilayah Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Bukit Mongkrang disebut-sebut masuk dalam daftar gunung bagi para pendaki pemula. Hmmm, benarkah?.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menuju Bukit Mongkrang diawali dari ajakan peserta didik saya untuk mendaki gunung pada akhir tahun lalu. Sebagai Pembina Pramuka, saya memang membekali mereka dengan kemampuan hidup di alam terbuka layaknya Baden Powell mengajari 20 anak muda di Pulau Brownsea lebih dari seabad lalu. Ajakan itu sepertinya memang berangkat dari rasa haus mereka akan petualangan. Tak pakai lama, saya sepakat untuk menemani pendakian mereka.
Dengan mengendarai sepeda motor, rombongan yang kami namakan "Regu Kancil" ini berangkat dari sanggar Pramuka pada Kamis, 21 Desember 2023. Regu Kancil ini terdiri dari 5 orang termasuk saya sebagai Pembina. Setelah mengecek peralatan dan perbekalan, perjalanan sekitar 1,5 jam pun kami tempuh dari Kota Solo menuju alamat basecamp.
ADVERTISEMENT
Sebagai tambahan informasi, para pendaki bisa menggunakan transportasi umum untuk mencapai lokasi basecamp. Dari Terminal Tirtonadi Solo bisa menggunakan bus lokal tujuan Pasar Tawangmangu. Setibanya di Pasar Tawangmangu, pendaki harus berganti transportasi dengan menggunakan ojek roda dua menuju lapangan Tlogo Dringo.
Sesampainya di lapangan Tlogo Dringo, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 10 menit menuju loket basecamp. Harga tiket masuk bagi pendaki tek-tok alias sekedar naik tanpa berkemah hanya 10 ribu saja, sedangkan untuk yang berkemah dikenai biaya 20 ribu per orang.
Basecamp - Pos 1 Nggolepo
Kamis pagi yang cerah ditemani suara burung kutilang bersiul di sekitar basecamp. Usai registrasi, tepat pukul 10.00 pendakian pun dimulai. Track awal dari basecamp menuju Pos 1 terbilang landai. Jalur berupa tanah dengan sesekali nampak akar pohon yang muncul ke atas. Tanjakan kecil dan cekungan seperti tangga pun akrab ditemui pada rute awal pendakian. Vegetasi juga relatif terbuka, namun alang-alang di kiri dan kanan jalur cukup tinggi. Wajar saja karena memang pendakian kali ini di bulan Desember, hujan lagi sering-seringnya menyapa.
ADVERTISEMENT
Pendakian kali ini bagi saya bukan kali pertama. Namun bagi anggota Regu Kancil, tentu merupakan pengalaman pertama mereka. Kami mengatur tempo pelan namun stabil sembari menyelaraskan nafas. Terbukti, peserta didik saya yang tadinya agak ngos-ngosan pun akhirnya bisa mengatur ritme berjalan mereka.
Tepat pukul 10.30, kami mencapai Pos 1, sehingga total durasi perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 adalah 30 menit. Pos 1 merupakan shelter yang dibuat oleh pengelola. Pos ini terdapat kursi sederhana dari kayu pohon sekitar dengan atap seng. Ada pula kursi tanpa atap di sebelahnya yang bisa digunakan 5 hingga 6 orang pendaki. Kami beristirahat dan sejenak menepi sekitar 5 menit sebelum melanjutkan perjalanan.
Pos 1 Nggolepo - Pos 2 Candi
"Bonus" sedikit diberikan setelah melewati Pos 1. Jalur menurun sejenak sebelum menemui warung pertama. Pada jalur pendakian Bukit Mongkrang, terdapat setidaknya 3 warung yang masih beroperasi. Warung pertama yang kami temui setelah melewati Pos 1 memang sedang tutup. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Tanjakan tingkat sedang mulai menyapa selepas warung pertama. Meski begitu, vegetasi mulai terbuka kembali. Alang-alang di kiri dan kanan jalur sudah mulai berkurang. Bahkan, pedesaan di bawah bukit pun terlihat jelas. Pemandangan indah Gunung Lawu mulai bisa dinikmati setelah melewati warung kedua.
ADVERTISEMENT
Kemiringan perlahan bertambah saat menuju warung ketiga. Pada warung ketiga ini kami berhenti sejenak untuk memesan minuman. Jam menunjukkan pukul 11.15. Tak terasa, rupanya kami terlalu lama menikmati istirahat di warung ketiga. Serentak, Regu Kancil segera bergegas melanjutkan perjalanan.
Mendekati Pos 2, kami melewati persimpangan jalur lama dan jalur baru. Terdapat portal yang dibuat menutupi jalan dari ranting kayu sekitar dan sebuah banner yang berisi larangan. Rupanya jalur lama tengah diupayakan reboisasi. Sebelum pertengahan 2023, sepengalaman saya, memang belum ada jalur menuju Pos 2. Jalur utama menuju Puncak Candi 1 adalah jalur yang ditutup portal seperti yang saya sebutkan tadi.
Jalur itu seingat saya memang sudah cukup lebar. Bahkan pepohonan disekitarnya terbilang gundul dan hanya menyisakan alang-alang tinggi. Keputusan pengelola untuk menutup jalur lama dan mengalihkannya ke jalur baru sudah bijak. Selain untuk reboisasi, jalur lama itu juga memiliki kemiringan yang cukup menantang dan licin, hal tersebut mengundang bahaya jika hujan turun.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, kami pun flanking (melambung) melalui jalur baru sesuai arahan petunjuk yang ada hingga tibalah kami di Pos 2 Candi pada pukul 11.45. Total waktu sebenarnya dari Pos 1 menuju Pos 2 adalah 30 menit. Namun karena kelamaan beristirahat di warung ketiga, Regu Kancil sedikit molor dari jadwal.
Puncak Candi 1 & Puncak Candi 2
Kami memutuskan untuk tidak beristirahat di Pos 2 dan melanjutkan perjalanan menuju tapak kemah. Jalur memasuki vegetasi tertutup selepas Pos 2. Tanaman liar dan pohon besar pun menyambut perjalanan kami menuju lokasi camp. Rencananya, kami akan mendirikan kemah di sekitar Puncak Candi 1.
Setelah melewati pohon besar, kami menemui persimpangan jalan. Tenang saja, di sini sudah ada penunjuk arah. Jika ke kanan akan menuju Puncak Candi 2 dengan karakteristik terbuka, dan jika ke kiri menuju Puncak Candi 1 yang memiliki vegetasi relatif tertutup.
ADVERTISEMENT
Regu Kancil pun memilih mendirikan kemah di dekat Puncak Candi 1 yang cukup rapat dan tertutupi rimbunnya pohon pinus serta cemara gunung. Bukan tanpa sebab, dalam disiplin kami sebagai seorang pandu, mendirikan shelter ada baiknya untuk terlindungi dari terpaan angin dan resiko sambaran petir. Tentu berada di dekat pohon juga tak asal pilih. Pastikan pohon tersebut masih kokoh dan belum lapuk, sehingga terhindar dari resiko pohon tumbang.
Menuju Puncak Sejati Mongkrang
Jumat, 22 Desember 2023, tepat pada pukul 5 pagi, malu-malu sinar matahari muncul dari arah timur menyambut pembukaan sepasang mata ini. Adik-adik Regu Kancil sudah sibuk dengan kompor dan bahan makanan mereka. Mengisi lambung untuk persiapan menuju Puncak Mongkrang.
Kali ini kami meninggalkan tas carrier utama di tapak kemah dan hanya membawa tas sandang berisi bekal ringan serta survival kit untuk berjaga-jaga. Sekira pukul 6 pagi, setelah kenyang, Regu Kancil meninggalkan tapak kemah menuju puncak sejati.
ADVERTISEMENT
Menyusuri punggungan yang cukup panjang dari Puncak Candi 1, vegetasi tertutup dengan jurang di sisi kiri dan kanan akan menyapa para pendaki sebelum mencapai puncak Gunung Mongkrang.
Perjalanan menyusuri punggungan itu berjalan sekitar 45 menit sebelum akhirnya mencapai batas vegetasi tertutup. Selanjutnya para pendaki akan disuguhkan tanjakan dengan kemiringan sekitar 45 derajat.
Pendakian menjadi begitu menantang. Kami sesekali harus berhenti untuk sekedar mengambil nafas. Kadang-kadang lutut harus bertemu dengan dada demi menyelesaikan track akhir menuju puncak.
Singkat kata, lelah usai melibas tanjakan berat itu pun terbayarkan saat mencapai puncak. Matahari bersinar terang dengan awan putih tak menutupi pegunungan di sekitarnya. Gunung Lawu begitu gagah menampakkan seluruh dirinya di hadapan wajah kami.
ADVERTISEMENT
Samudra alang-alang tinggi menutupi punggung sekitar puncak, bahkan di sebelah barat, Gunung Merapi dan Merbabu tampak jelas dari kejauhan. Belakangnya, Gunung Jobolarangan yang merupakan kakak dari Mongkrang tampak tanpa halangan sedikitpun. Kawah Gunung Lawu sedikit berasap pagi itu, namun justru memberikan kesan estetis memandanginya.
Tepat pukul 07.15, Regu Kancil pun berhasil mencapai puncak Gunung Mongkrang 2.194 meter di atas permukaan laut. Karena kami adalah seorang pandu, tentu perjalanan ini kami rangkai dalam suatu latihan. Sesampainya di puncak sembari beristirahat, Regu Kancil membuka peta topografi. Menguji kemampuan navigasi mereka, memeriksa titik koordinat dan posisinya.
Kami pun tak lama berada di puncak. Sebelum mencapai tengah hari, Regu Kancil pun telah sampai di basecamp. Membawa pulang pengalaman bermakna, mengikuti pelajaran dari sang guru alam semesta dalam usaha menggenapi Dasa Dharma.
ADVERTISEMENT