Konten dari Pengguna

Maukah Kita Membela Muslim India?

Carrera Zenitha Niqi
Content writer
20 Januari 2022 15:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Carrera Zenitha Niqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bentrok demonstran-polisi di India Foto: REUTERS/Danish Ismail
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bentrok demonstran-polisi di India Foto: REUTERS/Danish Ismail
ADVERTISEMENT
Seorang biksu Hindu di India bernama Yati Narsinghanand Giri menyerukan genosida kepada kaum muslim di sana pada Desember 2021. Kini biksu pendukung partai sayap kanan India itu telah diadili oleh Mahkamah Agung India, dan terancam hukuman lima tahun penjara. Apakah persoalan ini lantas selesai? Dan maukah kita membela muslim India?
ADVERTISEMENT
Seorang mantan dosen Studi Genosida dan Pencegahan di Universitas George Mason di Virginia, Gregory Stanton, mengkhawatirkan genosida di India akan benar-benar terjadi, jika Negara tidak segera bertindak. Apa yang dihadapi India sekarang punya kemiripan skenario dengan muslim Rohingya di Myanmar.
Rohingya saat itu dinyatakan bukan warga negara secara hukum oleh pemerintah Myanmar. Selanjutnya mereka diusir dengan kekerasan dan genosida. Kebijakan yang ditetapkan oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi, ada kemiripan dengan kebijakan diskriminatif pemerintah Myanmar tahun 2017. Kebijakan itu salah satunya adalah Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan yang memberikan status kewarganegaraan pada agama minoritas, kecuali Islam.
Stanton yang juga merupakan pendiri dan direktur Genocide Watch pernah mengingatkan akan adanya genosida di India tahun 2002. Prediksinya terbukti benar. Pembunuhan massal melanda lebih dari 1000 muslim di negara bagian Gujarat, India Barat.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran Stanton diperkuat oleh tulisan Apoorvanand, seorang aktivis dan akademisi. Dia menyatakan bahwa di bawah kepemimpinan Partai Bharatiya Janata, India berubah menjadi salah satu negara berbahaya bagi muslim dan Kristen di dunia (international.sindonews.com, 17/01/2022).
Kaum muslim India pasti sangat ketakutan sekarang. Mereka berharap genosida itu hanyalah sebuah hoaks. Karena mereka paham, tidak akan ada satu pun saudara mereka yang berjumlah hampir 2 miliar orang ini, datang menolong.
Lihat saja bagaimana nasib muslim Rohingya setelah genosida! Negeri-negeri muslim yang mereka datangi tidak tulus menolong, bahkan menganggapnya beban negara. Tak jauh berbeda dengan kasus muslim Uighur. Negara-negara muslim malah berbalik mendukung Cina. Apalagi pembelaan untuk muslim Palestina yang "hanya" sebatas bantuan doa dan logistik.
sumber: canva.com
Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan bahwa sesama muslim itu bersaudara. Berikut salah satu dalil yang masyhur:
ADVERTISEMENT
"مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوادِّهم وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَوَاصُلِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بالحُمَّى والسَّهَر"
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam persahabatan kasih sayang dan persaudaraannya sama dengan satu tubuh; apabila salah satu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke seluruh tubuh menimbulkan demam dan tidak dapat tidur (istirahat).
Jujur saja, membaca hadis di atas rasanya hanya sekadar pepesan kosong. Karena kita tidak lagi merasa bahwa membela muslim India adalah urusan yang penting. Bahkan untuk seirama dalam "rasa" pun sudah hambar. Buktinya, apakah sekarang kita juga merasa takut sebagaimana muslim India? Makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak? Cemas, jangan-jangan nanti malam mendadak muncul serbuan yang akan menghanguskan kampung mereka. Dan ribuan pikiran buruk bergelayut dalam pikiran saat siang dan malam.
ADVERTISEMENT
Mungkin saja ini pertanda bahwa jalinan aqidah di antara kita memang sudah banyak terkikis, bahkan putus. Seperti tak terasa kalau sebenarnya antara kita dan muslim India sebenarnya ada ikatan yang lebih kuat dari hubungan darah sekalipun. Namun yang terpatri dalam pikiran kita justru sebuah ikatan baru, yakni hubungan kemaslahatan. Sikap kita pun berubah. Jika tidak ada maslahat, manfaat ataupun keuntungan, lalu buat apa membela muslim India?
Untuk apa mengirim tentara ke India? Tidak ada bayarannya, risiko kehilangan nyawa juga besar, belum lagi ancaman konflik dengan India. Kita mafhum bahwa investasi India di Indonesia nilainya tidak main-main loh, mencapai 790 T Rupiah. Wow! Malah bisa rugi kalau menabuh genderang permusuhan dengan India. Biarlah kaum muslimnya dikorbankan. Yang penting kepentingan dalam negeri aman. Seperti itukah kita?
ADVERTISEMENT
***
Di sinilah kita perlu bertafakur lebih dalam atas hadis Nabi SAW tersebut. Kaum muslim digambarkan sebagai satu tubuh. Sebegitu kuatnya jalinan aqidah itu sampai dianalogikan sebagai satu jasad. Bukan satu kapal atau satu mobil. Satu tubuh berarti satu entitas makhluk hidup yang punya rasa dan naluri.
Ketika satu bagian tubuh digigit nyamuk saja, satu bagian tubuh lainnya ikut menggaruk. Bagian tubuh yang lain berjalan mengambil minyak gosok, lalu bagian yang lain mengoleskan pada bagian tubuh yang gatal. Seluruh bagian tubuh akan berkolaborasi dengan apik agar secuil bagian tubuh tidak gatal.
Akan berbeda maknanya jika hadis tersebut misalnya mengibaratkan kekerabatan antara kaum muslim sebagai sebuah kapal. Ketika satu bagian kapal dilubangi atau digergaji, maka bagian yang lain diam saja. Meski kapal dibakar bahkan diperlakukan dengan “keji“ hingga hancur dan tenggelam, tidak akan ada bagian lain dari kapal yang membantu, bahkan yang sekadar berteriak minta tolong. Karena kapal adalah benda mati. Tak ada rasa sakit di sana.
ADVERTISEMENT
Benarlah apa yang disampaikan Baginda Nabi Muhammad SAW. bahwa: “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Harus diakui bahwa virus cinta dunia (wahn) sudah merasuki relung hati kaum muslim. Prinsip hidup berubah. Lihat saja bagaimana keseruan dunia digital hari ini justru menggiring kita agar terus meraup jumlah “like” dan “follower” sebanyak mungkin! Tak mengapa konten yang dibuat menabrak syariat, asalkan viral. Rida Allah SWT tak lagi dipedulikan dan dikejar. Astagfirullah.
ADVERTISEMENT
Inilah yang harus kita benahi bersama dalam hati kaum muslim. Selain COVID-19, penyakit wahn ini juga berbahaya dan harus kita buang jauh-jauh Kita bisa bayangkan ketika wahn ini lepas dari darah seorang muslim, maka indahnya persatuan jalinan keimanan dua miliar orang muslim akan terwujud. Keberanian untuk menolong saudara sesama muslim tidak diragukan. Meski tak dibayar dan risiko investor kabur, tidak mengapa. Keselamatan saudara seiman adalah prioritas. Dengan demikian menolong muslim India adalah ihwal sederhana.