Konten dari Pengguna

Solusi Atas Krisis Palestina

Carrera Zenitha Niqi
Content writer
10 Mei 2022 14:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Carrera Zenitha Niqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Api dan asap membubung selama serangan udara Israel di Rafah di Jalur Gaza, Selasa (19/4). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Api dan asap membubung selama serangan udara Israel di Rafah di Jalur Gaza, Selasa (19/4). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idulfitri diperingati dengan sangat meriah penuh gembira di seluruh dunia. Tak terkecuali di Palestina. Meskipun masih diliputi rasa cemas khawatir akan serangan Israel, warga Palestina tetap bertekad untuk bersuka cita merayakan Idulfitri.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui bahwa Ramadhan lalu (17/04/2022) di kompleks Masjid Al-Aqsa Palestina diserang oleh tentara Israel. Ratusan orang terluka akibat bentrokan antara polisi Israel, kelompok Yahudi ekstremis, warga Palestina. Korban luka terbanyak berasal dari pihak Palestina.
Krisis Palestina menjadi sebuah peristiwa yang berkepanjangan, tak terselesaikan bahkan mungkin terkesan “dipelihara”. Pada krisis ini juga tampak adanya diskriminasi. Bagaimana tidak, publik sangat tanggap menghadapi krisis Rusia-Ukraina, tetapi tidak begitu cepat merespons dengan serangan Israel Ramadhan lalu. Di lain sisi, jelas terlihat perlakuan Israel terhadap warga Palestina kebal hukum. Tak ada hukuman atau sekadar teguran dari “polisi dunia” atas tingkah pongah mereka.
Fakta pendudukan Israel di Palestina adalah sebuah penjajahan. Karena awalnya Palestina adalah sebuah negara resmi yang merdeka. Tiba-tiba datanglah Israel menyerang menduduki sedikit demi sedikit wilayah Palestina. Warga asli terusir dari tanah kelahirannya. Menduduki suatu wilayah yang resmi bukan miliknya dengan paksa jelas adalah potret sebuah penjajahan. Solusinya sudah pasti hanya satu, mengusir penjajah Israel dari tanah Palestina.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, hal itu sampai detik ini masih sulit dilakukan. Meski wilayah Palestina dikelilingi oleh negara-negara muslim, tetapi pertolongan yang didapatkan dari saudaranya tak mampu mampu memberikan napas kebebasan dari penjagal Israel.
Hal ini terjadi karena ada pengkhianatan yang dilakukan oleh negara-negara timur tengah pada Palestina. Negara-negara teluk dengan mudahnya menggadaikan hubungan aqidah Islam menggantinya dengan kemesraan yang dibangun bersama Israel. Seolah mengatakan bahwa Palestina ditinggal sendirian dalam perjuangannya. Sungguh menyedihkan.
Dahulu memang negara-negara Arab tidak mendukung Israel menolak berhubungan dengan Israel. Namun, kondisi itu berubah. Mesir sejak tahun 1979 telah menormalisasi hubungannya dengan Israel, sedangkan Uni Emirat Arab, Bahrain sejak tahun 2020. Hal itu dilatarbelakangi oleh perjanjian Abraham pada masa kepemimpinan Donald Trump. Semua ini atas inisiatif Amerika Serikat. Demikian juga Turki yang sudah menyambut hangat kedatangan presiden Israel pada 9 Maret 2022 di Ankara.
ADVERTISEMENT
Lalu pada 28 Maret 2022 telah berlangsung pertemuan antara perwakilan negara Maroko, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Israel, dan Amerika Serikat. Pembahasannya berkaitan dengan perluasan kerja sama di bidang energi, lingkungan, keamanan serta program nuklir Iran.
Sangat pilu jika melihat fakta tersebut, kaum muslimin yang seharusnya bagaikan satu tubuh atau saling menolong, ternyata justru meninggalkan saudaranya untuk “diterkam serigala”. Ikatan aqidah Islam sudah luntur tergilas oleh sekularisme yang makin menebal di urat saraf.
Maka perlu disadari bahwa umat tidak patut berharap pada pihak-pihak yang mendukung Inggris Amerika, meski mereka muslim. Tak akan ada keseriusan jika menggantungkan nasib pada mereka. Bahkan kezaliman yang terjadi makin memburuk.
Israel tidak akan akan bisa terusir hanya dengan perundingan demi perundingan. Justru dengan perjanjian yang dilakukan, mereka makin kokoh menancapkan kukunya di Palestina. Jihad defensif yang dilakukan oleh rakyat Palestina tidak cukup untuk mengusir mereka. Palestina butuh sebuah kepemimpinan Islam yang notabene non Inggris-Amerika untuk mengusir Israel dari tanah suci kaum muslimin.
ADVERTISEMENT