Peran Penting Orang Tua dalam Mendorong Mobilitas Mandiri Anak

Nirma Yossa
Peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lulusan PhD dari University of Queensland.
Konten dari Pengguna
14 Maret 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nirma Yossa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era urbanisasi yang semakin pesat, penggunaan ruang publik oleh anak-anak menjadi semakin penting dalam perkembangan mereka. Namun, kekhawatiran akan keselamatan dan keamanan sering kali membuat orang tua enggan untuk membiarkan anak-anak mereka menjelajahi lingkungan sekitar tanpa pengawasan. Tulisan ini menyoroti pentingnya metode pengasuhan dalam mendukung mobilitas anak-anak di ruang publik sehari-hari.
Bermain bebas di ruang terbuka mendorong peningkatan kemampuan mobilitas mandiri anak. Foto <a href="https://www.vecteezy.com/free-photos/background">Background Stock photos by Vecteezy</a>
Anak usia dini memasuki fase yang penting dalam perkembangan mobilitas mereka. Ini adalah masa di mana mereka mulai mengembangkan kemampuan memahami bangun ruang (spasial), mengenal lingkungan sosial, dan belajar menavigasi keberadaan mereka di ruang publik dan privat. Memberikan kesempatan anak-anak bermain di lingkungan secara mandiri telah terbukti meningkatkan kemampuan mobilitas serta berbagai manfaat lain, termasuk peningkatan kesehatan fisik dan mental, pengetahuan lingkungan, serta kemampuan sosial dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, memfasilitasi mobilitas anak di ruang publik merupakan bagian integral dari pengalaman perkembangan anak.
ADVERTISEMENT
Namun, meningkatnya kekhawatiran akan kejahatan dan kecelakaan lalu lintas di tempat umum menyebabkan orang tua mengambil langkah-langkah untuk melindungi anak-anak mereka. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa ketakutan orang tua terhadap risiko anak terlibat dalam kecelakaan atau menjadi korban kejahatan dapat menghambat mobilitas anak-anak yang dampaknya dapat berlangsung hingga dewasa. Dampak negatifnya adalah penurunan kesehatan dan kemampuan sosial meliputi rendahnya kemandirian saat melakukan perjalanan, ketakutan akan penggunaan moda transportasi, dan kecemasan berada di ruang publik.
Pengenalan ruang publik kepada anak sangat dipengaruhi pengalaman mobilitas orang tua saat masa kecil dan persepsi mereka terhadap lingkungan sekitar. Orang tua yang memiliki pengalaman positif dalam menjelajahi area publik cenderung lebih memperbolehkan anak-anak mereka untuk mandiri. Di sisi lain, pengalaman negatif atau kekhawatiran akan risiko dapat mengarah pada praktik pengasuhan yang lebih protektif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, faktor-faktor seperti tekanan sosial, keterbatasan waktu, dan peran gender dalam pengasuhan anak juga mempengaruhi keputusan orang tua dalam mengizinkan anak-anak mereka menjelajahi ruang publik. Strategi pengasuhan yang mengarah pada perbedaan kesempatan mobilitas berdasarkan gender menyebabkan orang tua cenderung lebih protektif terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki.
Hal tersebut disebabkan oleh pandangan tradisional yang menganggap perempuan sebagai individu yang rentan, lemah, dan berada dalam posisi inferior. Pemahaman ini memengaruhi pola perjalanan anak perempuan hingga dewasa, mengakibatkan kesulitan dalam mencapai tingkat mobilitas yang mandiri dibandingkan dengan anak laki-laki. Contohnya, daripada anak laki-laki, anak perempuan cenderung mudah merasa cemas ketika berada di tempat umum yang sepi, terutama di malam hari.
ADVERTISEMENT
Peran ibu dalam pengasuhan anak dan mobilitas mereka sangat penting. Perempuan cenderung lebih banyak mendampingi anak-anak di dalam dan di luar rumah, menunjukkan bahwa pengawasan mobilitas anak-anak masih menjadi tanggung jawab utama perempuan. Namun, beban ganda antara pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga sering kali membuat perempuan merasa terbatas dalam memberikan pengawasan yang memadai terhadap anak-anak mereka. Oleh karena itu, penting untuk menyadari pentingnya kerja sama antara ayah dan ibu dalam mendukung mobilitas anak-anak mereka. Peran masyarakat dan pemerintah tentunya diperlukan untuk melakukan pengawasan dan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Lalu, Bagaimana Strategi untuk Mendorong Mobilitas Anak-Anak?
1. Orang tua dapat mengedukasi anak tanpa terlihat protektif
Proteksi yang berlebihan akan menyebabkan anak menghindari kegiatan fisik di luar rumah dan mengalihkan waktu serta energi mereka pada kegiatan statis seperti menonton televisi dan bermain gawai. Kegiatan tersebut jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan menyebabkan masalah mental dan kesehatan yang serius, seperti malas berbicara, obesitas, dan diabetes.
ADVERTISEMENT
Orang tua dapat mengenalkan hal – hal sederhana tanpa terlihat protektif seperti: pengenalan keselamatan jalan, petunjuk arah, keterampilan navigasi dasar, menggunakan kendaraan umum; menjadi model transportasi aktif (bersepeda/ berjalan kaki), aktivitas fisik di luar rumah dan perilaku yang pantas di tempat umum.
2. Dukungan untuk mengatasi kekhawatiran orang tua
Inisiatif untuk meningkatkan mobilitas anak-anak seharusnya disertai dengan pendekatan untuk mengatasi kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan dan keamanan anak-anak. Salah satu pendekatan yang efektif dalam hal ini adalah dengan menyediakan ruang komunikasi dan informasi yang jelas dan akurat kepada orang tua tentang manfaat dari mobilitas anak-anak serta memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan
Pendekatan tersebut harus disertai dorongan untuk membuka saluran komunikasi antara orang tua dan anak-anak. Diskusi ini dapat membantu memperkuat pemahaman orang tua terhadap upaya anak-anak baik perempuan atau laki-laki untuk menjadi mandiri.
ADVERTISEMENT
3. Pemantauan aktif dari masyarakat sekitar dan komunitas terhadap anak-anak di ruang publik
"Pemantauan aktif" di sini mengacu pada partisipasi warga dan komunitas untuk mengawasi atau memantau situasi anak-anak di sekitar mereka, terutama saat berada di luar rumah atau di ruang publik. Dengan adanya pemantauan aktif, masyarakat dapat lebih responsif terhadap situasi yang memerlukan intervensi atau bantuan, seperti melaporkan aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang.
Pemantauan aktif ini harus diiringi dengan pendidikan tentang kesadaran keamanan kepada warga setempat termasuk siswa sekolah dan anak-anak. Kegiatan ini dapat mencakup pelatihan tentang tindakan pencegahan kejahatan, penggunaan sistem dan alat keamanan, serta bagaimana menghadapi situasi darurat.
4. Penggunaan alat-alat pengawasan fisik untuk mencegah dan mengidentifikasi kejahatan pada anak-anak
ADVERTISEMENT
Pengawasan (surveillance) dapat dilakukan dalam bentuk fisik seperti pemasangan CCTV dan pencahayaan di kawasan pemukiman, sekolah dan area publik lainnya. Pencahayaan dalam bentuk lampu jalan dan lampu sorot dimaksudkan untuk meningkatkan visibilitas dan rasa aman kepada warga yang melewati area tersebut.
Sedangkan, pemasangan kamera CCTV di tempat-tempat strategis seperti jalan raya, taman, stasiun, dan halte dapat membantu memantau keadaan di area tersebut dan memberikan bukti rekaman jika terjadi kejahatan atau insiden lainnya.
Dengan demikian, penting bagi kita memahami kebutuhan anak untuk dapat menjelajah lingkungannya secara mandiri dengan tetap memberikan pengawasan yang dibutuhkan. Mobilitas anak bukan hanya tentang pergerakan fisik, tetapi juga tentang pengalaman belajar yang mendalam yang membentuk pemahaman anak tentang dunia di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
Tentunya dengan memahami peran orang tua dan persepsi mereka mengenai ruang publik, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan mobilitas mandiri anak-anak dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi mereka.