Konten dari Pengguna

Memaknai Puisi Kangen W.S Rendra: Sang Burung Merak

Nisa Aisyah
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Desember 2021 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisa Aisyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: Pinterest.com/ W.S Rendra
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: Pinterest.com/ W.S Rendra
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Puisi atau sajak merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan bait. Biasanya puisi berisi ungkapan penulis mengenai emosi, pengalaman maupun kesan yang kemudian dituliskan dengan bahasa yang baik sehingga dapat berirama dan enak untuk dibaca.
ADVERTISEMENT
Setiap puisi pasti memiliki makna dan kesan. Biasanya, seseorang mengungkapkan perasaannya melalui sebuah puisi. Karena itulah, tidak sedikit penulis puisi yang membicarakan tentang perasaan dan masalah kehidupannya. Salah satunya yaitu W.S Rendra, seorang penyair atau penulis puisi yang melegenda di Indonesia.
W.S Rendra memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, beliau lahir di Solo tanggal 7 November 1935. Beliau adalah penyair ternama dan melegenda di Indonesia yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak”.
W.S Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Sudah banyak karya puisi yang ditulis oleh W.S Rendra, salah satunya yaitu puisi yang berjudul “Kangen”.
Puisi W.S Rendra yang berjudul “Kangen” mengandung makna ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa ahli modern mendefinisikan puisi sebagai perwujudan imajinasi dan curahan hati dari seorang penyair yang mengajak orang lain ke dunianya. Meskipun puisi itu bentuknya singkat dan padat, Namun, kebanyakan orang lain kesulitan untuk menjelaskan makna puisi dari setiap baitnya.
Berikut adalah puisi “Kangen” karya W.S Rendra
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
karna cinta telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
aku tungku tanpa api.
W.S Rendra dalam puisinya yang berjudul “Kangen” ini ingin menggambarkan kesedihan dan kesepiannya yang mendalam. Dalam puisi ini, penyair memposisikan dirinya sebagai tokoh dalam puisi tersebut. Hal ini dapat terlihat dari sudut pandang akuan yang ditulis oleh penyair.
ADVERTISEMENT
Pada baris Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku/menghadapi kemerdekaan tanpa cinta, penyair mengungkapkan kesedihan dan kesepiannya kepada Tuhan. Kemerdekaan yang dimaksud penyair adalah sebuah kebebasan individu dan hidup seseorang yang berada dalam kesendirian.
Pada baris ketiga dan keempat, penyair mempertanyakan kesedihan akan cintanya kepada seseorang. Kesedihannya itu amat dalam dan membekas di hati.
Di baris berikutnya, Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan, penyair menjelaskan pendapat pribadinya tentang kesepian yang sedang dihadapinya itu. Pada bagian ini penyair mengisyaratkan bahwa kesepian itu seperti ketakutan seseorang yang mengalami cacat fisik atau mental. Pada umumnya seseorang yang mengalami cacat fisik atau mental, cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri karena takut dikucilkan di oleh orang lain, termasuk di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Terdapat pengulangan pernyataan tentang rasa sakit yang dihadapi tokoh Aku atau penyair dalam puisi “Kangen” tersebut, yaitu Membayangkan wajahmu adalah siksa. Pada baris ini penyair ingin menegaskan kembali apa yang sedang dialami oleh dirinya. Tokoh Aku menjadi seseorang yang digambarkan penuh penderitaan dalam menghadapi kehidupan. Sedangkan, baris Engkau telah menjadi racun bagi darahku, penyair menggambarkan kembali maksud dari kata Engkau seperti pada bait pertama, yaitu Tuhan.
Penyair merasakan kesepian yang jauh lebih dalam. Hal ini terlihat pada baris-baris terakhir dalam puisinya, Apabila aku dalam kangen dan sepi/ itulah berarti aku tungku tanpa api. Unsur ketuhanan yang ia pahami telah mengubah pola pikir dan kejiwaan penyair.
Keterkaitan puisi ini dengan kehidupan penyair terlihat jelas, ketika penyair ingin mempersunting seorang wanita yang berbeda agama dan keyakinan. Sehingga, terjadi pergolakan hati dalam diri penyair. Kegelisahannya yang mendalam tentang ketuhanan terlihat kental dalam puisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyair memiliki tujuan dan amanat dari kutipan puisi yang berjudul “Kangen” di atas adalah seseorang yang merindukan wanita yang ia cintai, dan merasa kesepian. Tokoh aku dalam puisi tersebut menggambarkan keadaan yang dialami oleh penyair. Ia terpaksa harus berpisah dengan wanita yang ia cintai itu, karena berbeda agama atau keyakinan. Kemudian penyair mengungkapkan penderitaan dan kesedihannya melalui puisi yang berjudul “Kangen” ini.
Pesan moral dalam puisi “Kangen” karya W.S Rendra yaitu kita harus bisa merelakan seseorang yang kita cintai karena keadaan yang tidak dapat mempersatukan kita, seperti berbeda keyakinan dan tidak direstui orang tua. Jangan sampai kita terjerat dalam kebinasaan dan bodoh dalam hal cinta. Walaupun seseorang itu adalah suatu hal yang berarti dalam hidup kita. Namun, kita tetap harus merelakannya demi kebahagiaan hidup masing-masing. Karena semua itu merupakan takdir Tuhan.
ADVERTISEMENT
Tinjauan Pustaka
Agus, 2021. “Analisis Gaya Bahasa dalam Puisi Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia Karya W.S Rendra”. Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Lestyarini, 2019. Beniati. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 6 Teks dalam Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Saputra, Deri, dkk. 2018. “Analisis Struktur Fisik Puisi Kangen Karya W.S Rendra”. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 1 Nomor 6, November 2018.