Konten dari Pengguna

Perjalanan Kerja Sama Sister City di Tengah Pandemi

Nisa Suhita
Mahasiswa Pascasarjana Hubungan Internasional, FISIPOL, UGM
17 Juni 2021 16:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisa Suhita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertemuan virtual kerja sama Sister City Bandung-Fort Worth (https://kemlu.go.id/portal/id/read/1756/berita/pandemi-covid-19-tidak-halangi-peningkatan-hubungan-sister-city-bandung-dan-fort-worth)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan virtual kerja sama Sister City Bandung-Fort Worth (https://kemlu.go.id/portal/id/read/1756/berita/pandemi-covid-19-tidak-halangi-peningkatan-hubungan-sister-city-bandung-dan-fort-worth)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kerja sama internasional identiknya diartikan sebagai suatu instrumen yang memungkinkan negara-negara dalam melakukan upaya bersama untuk mengatasi suatu permasalahan atau mencapai kepentingan nasional tertentu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah pusat, kerja sama internasional juga dapat dilakukan dalam skema otonomi daerah yang disebut sebagai Paradiplomacy.
Sister City merupakan kerja sama kota kembar yang dijalin antara pemerintah kota/kabupaten/provinsi suatu negara dengan pemerintah yang setara di luar negeri.
Kerja sama kota kembar biasanya disahkan melalui nota kesepakatan atau Letter of Intent (LoI) antara kedua pihak yang terlibat. Menurut Kelowna, kerja sama kota kembar biasanya didasarkan oleh adanya persamaan antara kedua kota/provinsi, seperti Provinsi DIY dengan Prefektur Kyoto (Jepang) yang pernah menjadi ibukota negara, atau Kota Surabaya dengan Kota Liverpool (Inggris) yang keduanya merupakan kota pelabuhan.
Kerja sama kota kembar diwujudkan dalam berbagai bidang seperti kebudayaan, pendidikan, pertanian, dan industri. Kerja sama bidang kebudayaan dilakukan melalui pertukaran budaya seperti pelatihan bahasa dan pelaksanaan event yang rutin dilakukan dalam satu atau dua tahun sekali seperti Jogja-Japan Week yang merupakan event pertukaran budaya dua tahun sekali antara DIY-Kyoto.
ADVERTISEMENT
Selain kerja sama dalam pertukaran budaya, Sister City juga diwujudkan melalui kerja sama lainnya seperti pertukaran pelajar, pemberian beasiswa, pengiriman tenaga ahli dalam bidang tertentu, dan kunjungan kerja yang rutin dilaksanakan.
Seperti yang diketahui bahwa pandemi COVID-19 telah menjadi problem bersama bagi sebagian besar negara di dunia dan tentu memberikan efek bagi kerja sama Sister City yang terjalin.
Pandemi COVID-19 telah memberikan efek bagi hubungan internasional yang mana biasanya pertukaran informasi dilakukan secara langsung melalui kunjungan kerja terpaksa dilakukan secara virtual karena kebijakan pembatasan yang berlaku.
Pandemi COVID-19 juga menyebabkan sejumlah agenda rutin terpaksa ditunda, namun hal ini tidak menyurutkan semangat kerja sama Sister City yang tengah terjalin. Pandemi COVID-19 sebenarnya menjadi momentum bagi kerja sama Sister City, mengingat pertukaran informasi dan pengalaman dalam menghadapi situasi pandemi menjadi sangat penting.
ADVERTISEMENT
Pertemuan yang dilakukan secara virtual harus dapat dimaksimalkan sehingga dapat membantu kedua pihak dalam masa pemulihan pasca pandemi. Selain pertukaran informasi seputar pandemi COVID-19, pembicaraan mengenai Sustainable Development Goals (SDG’s) juga menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan yaitu yang berkaitan dengan tujuan ke 11 tentang Sustainable Cities and Communities.
Pengembangan teknologi digital menjadi sangat penting di masa pandemi, pemanfaatan teknologi digital diperlukan demi memperlancar komunikasi antar pihak yang melakukan kerja sama. Pengembangan teknologi digital menjadi kunci dalam kerja sama Sister City untuk menunjang program dan agenda virtual yang berlangsung di tengah di masa pandemi.
Digitalisasi menjadi sangat penting demi mewujudkan kerja sama Sister City seperti pengembangan Smart City yang menjadi salah satu proyek dari Smart Change Jakarta-Berlin. Dalam hal ini kerja sama Sister City Jakarta-Berlin sedang gencar mewujudkan proyek Perubahan Pintar di tengah pandemi untuk mengupayakan Jakarta Smart City 4.0 yang juga mendapatkan dukungan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Selain fokus dalam pengembangan teknologi digital, kerja sama Sister City juga mendorong kedua belah pihak untuk saling membantu dalam memberikan bantuan berupa fasilitas kesehatan seperti bantuan masker dan peralatan medis yang lainnya.
Pandemi Covid 19 pada akhirnya mendorong kerja sama Sister City untuk melakukan pivot, di mana yang awalnya lebih fokus pada pertukaran budaya dan pendidikan kemudian beralih arah dan melakukan penyesuaian dalam situasi pandemi COVID-19.
Secara harfiah, pivot merupakan suatu langkah yang diambil pemerintah untuk mengubah fokus kebijakan. Pivoting kerja sama Sister City dilakukan dengan mengubah arah kerja sama yang tak hanya berfokus pada agenda rutin pertukaran budaya, namun beralih pada pemanfaatan teknologi digital untuk menunjang kelancaran komunikasi secara cepat dan tepat.
ADVERTISEMENT
Pivot yang dilakukan pemerintah dalam memaksimalkan penggunaan teknologi digital dalam kerja sama Sister City akan menjadi pilihan dan kunci utama dalam beberapa waktu ke depan.
Tak bisa dipungkiri banyaknya agenda yang terpaksa tertunda tentu membuat kecewa masyarakat. Hal ini mengingat event tahunan seperti pertukaran budaya, festival, dan juga berbagai lomba menjadi agenda yang selalu dinantikan oleh masyarakat.
Pada akhirnya yang harus dilakukan pemerintah adalah memaksimalkan pengembangan teknologi digital yang akan memberikan manfaat secara langsung bagi masyarakat. Hal ini bisa diwujudkan dengan mendorong perkembangan perusahaan Start Up yang memberikan manfaat dan kemudahan bagi masyarakat di situasi pandemi ini.
Kerja sama Sister City pada akhirnya akan dipengaruhi oleh pandemi COVID-19, namun bukanlah menjadi suatu penghalang. Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk tetap menjalin kerja sama seperti memaksimalkan komunikasi secara cepat dan tepat demi tercapainya tujuan kerja sama.
ADVERTISEMENT
Anisa Risanti Suhita
Mahasiswa Pascasarjana Hubungan Internasional UGM