Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
SBN Ritel sebagai Bentuk Sinergi Rakyat dan Pemerintah dalam Membangun Negeri
30 Oktober 2023 5:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Annisa Arifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pasar modal nasional kini sedang berkembang pesat. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal Indonesia pada Agustus 2023 telah menembus 11,58 juta investor, naik hampir dua kali lipat dibandingkan pada Agustus 2021.
ADVERTISEMENT
Dari angka tersebut, lebih dari 99% di antaranya merupakan investor lokal. Hal ini menandakan bahwa investor lokal semakin sadar dan percaya akan pentingnya investasi pasar modal serta turut meningkatkan ketahanan pasar modal nasional apabila diterpa isu global.
Investor pasar modal mayoritas berusia di bawah 30 tahun dengan persentase 57,04%; diikuti kelompok usia 31-40 tahun sebesar 23,27%, kelompok usia 41-50 tahun sebesar 11,36%, kelompok usia 51-60 tahun 5,44% dan sisanya 2,88% berusia di atas 60 tahun.
Akan tetapi, nilai aset tertinggi dimiliki oleh investor pasar modal berusia di atas 60 tahun sedangkan nilai aset terendah dimiliki oleh investor pasar modal berusia di bawah 30 tahun. Profesi investor pasar modal didominasi oleh pegawai negeri dan swasta dengan persentase 32,82%; diikuti pelajar sebesar 26,58%, pengusaha sebesar 15,38%, ibu rumah tangga sebesar 6,64% dan sisanya 18,58% dari bidang lain. Usia dan profesi investor pasar modal sangat bervariasi.
Investasi, seperti halnya tabungan, adalah alat untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita keuangan. Penempatan dana pada suatu aset selama jangka waktu tertentu adalah pengertian sederhana dari investasi. Perbedaan mendasar antara tabungan dan investasi terletak pada imbal hasil dan risiko. Imbal hasil dari kegiatan investasi biasanya lebih menarik dari rendahnya bunga tabungan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, risiko yang dihadapi dalam berinvestasi cenderung lebih besar dibandingkan risiko menabung yang hampir pasti tidak ada. Oleh karena itu, investor yang baik harus memahami prinsip-prinsip dasar dalam berinvestasi.
Imbal hasil dan risiko memiliki hubungan yang berbanding lurus, dalam artian semakin tinggi imbal hasil semakin tinggi pula risiko yang ditanggung dan semakin rendah imbal hasil semakin rendah pula risiko yang ditanggung. Untuk memperkecil risiko yang ditanggung, diversifikasi aset juga harus dilakukan.
Sebagaimana kata pepatah, “Don’t put all your eggs in one basket”, portofolio produk investasi sebaiknya disesuaikan dengan proporsi risiko agar mendapatkan imbal hasil yang optimal. Salah satu produk investasi yang dapat membantu diversifikasi aset dan dapat dijangkau tak peduli usia ataupun profesi investor adalah Surat Berharga Negara (SBN) Ritel.
ADVERTISEMENT
SBN Ritel, Sebuah Alternatif
SBN Ritel adalah salah satu instrumen pembiayaan APBN yang ditawarkan kepada rakyat Indonesia. Secara garis besar, SBN Ritel terbagi menjadi dua jenis: Surat Utang Negara (SUN) yang menggunakan prinsip konvensional dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang menggunakan prinsip syariah.
Secara lebih detail, SUN terbagi atas SBR dan ORI sedangkan SBSN terbagi atas ST dan SR. Kehadiran SBN Ritel membawa manfaat yang sama besarnya bagi pemerintah dan bagi masyarakat. Masyarakat selaku pembeli mendapat alternatif produk investasi yang sangat aman untuk diversifikasi portofolio.
Pembayaran pokok dan bunga dari SBN Ritel dijamin oleh pemerintah sehingga risiko gagal bayar hampir nol. Pajak yang dikenakan atas imbal hasil SBN Ritel hanya sepuluh persen, lebih rendah dibandingkan pajak yang dikenakan atas bunga deposito sebesar dua puluh persen. Kupon yang ditawarkan SBN Ritel pun lebih menarik daripada rata-rata tingkat bunga deposito di bank BUMN.
ADVERTISEMENT
Di sisi pemerintah, penjualan SBN Ritel membantu membiayai defisit APBN, manajemen kas jangka pendek, dan mengelola portofolio utang negara. Peran masyarakat dalam pembangunan nasional juga semakin meningkat.
Pembangunan nasional pada dasarnya turut ditopang oleh besaran belanja pemerintah. Secara umum, belanja modal adalah belanja yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun anggaran dan memiliki multiplier effect terhadap perekonomian nasional.
Oleh karena itu, pemerintah hendaknya memprioritaskan penggunaan SBN Ritel untuk belanja modal yang produktif sebagai stimulus pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan proporsi SBN Ritel dalam portofolio utang pemerintah juga dapat membantu terwujudnya cita-cita pembiayaan nasional yang mandiri.
Pembiayaan APBN yang didominasi SBN Ritel cenderung lebih netral daripada pinjaman luar negeri yang kadang terikat dengan kegiatan atau proyek tertentu. Selain itu, pembiayaan APBN yang didominasi SBN Ritel menurunkan risiko nilai tukar dalam pembayaran beban pokok dan bunga utang pemerintah.
ADVERTISEMENT
Walaupun SBN Ritel mempunyai sederet kelebihan sebagai alat pembiayaan, pemerintah tetap harus menjaga keberlanjutan utang serta menjaga rasio utang dalam batas aman sesuai peraturan yang berlaku.
Atas seluruh manfaat yang dimiliki SBN Ritel, tepat bila dikatakan bahwa SBN Ritel merupakan sebuah win-win solution bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Saat ini, pemerintah sedang menawarkan SBN Ritel berupa ORI024 bertenor tiga tahun dan enam tahun dengan kupon tetap sebesar 6,10% p.a. dan 6,35% p.a.
Keduanya ditawarkan sejak 9 Oktober 2023 hingga 2 November 2023 dan dapat dibeli melalui mitra distribusi perdana mulai dari satu juta rupiah. Mitra distribusi perdana SBN Ritel pun bervariasi dari bank BUMN, bank swasta, sampai fintech. Akhir kata, keberadaan SBN Ritel menjadi bentuk sinergi antara pemerintah dan rakyat Indonesia dalam membangun negeri.
ADVERTISEMENT