Konten dari Pengguna

Membangun Budaya Literasi di Era Digital: Tantangan dan Peluang Bagi Sekolah

Nisrina Nur Ubay
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Program Studi Tadris Matematika
15 Oktober 2024 12:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisrina Nur Ubay tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Siswa/siswi belajar di sekolah (dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Siswa/siswi belajar di sekolah (dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era digital saat ini, budaya literasi menjadi pilar penting dalam membentuk masyarakat yang cerdas dan kritis. Dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat, setiap individu dihadapkan pada arus informasi yang sangat besar. Tantangan utama adalah bagaimana mengelola informasi ini agar tidak terjebak dalam hoaks dan konten yang menyesatkan. Contoh nyata dapat kita lihat selama pandemi COVID-19, di mana banyak informasi salah beredar di media sosial. Kebingungan ini menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap fakta medis dan rekomendasi dari para ahli, memperlihatkan betapa pentingnya literasi dalam menyaring informasi.
ADVERTISEMENT
Membangun budaya literasi harus dimulai sejak usia dini. Anak-anak perlu diajarkan literasi digital melalui metode yang menarik dan menyenangkan. Di salah satu sekolah SDN 3 Surabaya, misalnya, siswa diajarkan untuk menggunakan aplikasi edukasi seperti Rumah Belajar, sebuah platform belajar online yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan. "Anak-anak senang belajar dengan aplikasi ini karena ada banyak gambar dan video menarik yang membuat belajar jadi lebih menyenangkan," ujar Pak Sigit, kepala sekolah SDN 3 Surabaya (Kompas, 12 Maret 2024).
Melalui kegiatan ini, siswa dilatih untuk memeriksa keaslian sumber informasi dan berdiskusi tentang konten yang mereka baca. Program semacam ini tidak hanya membekali mereka dengan keterampilan kritis, tetapi juga membangun kebiasaan positif dalam mencari informasi yang benar. Peran sekolah sangat penting dalam proses pembelajaran literasi. Integrasi literasi digital ke dalam kurikulum memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai jenis informasi. Program Literasi Sekolah: Banyak sekolah mengadakan program literasi, seperti "Taman Literasi" (TL), di mana siswa diajak membaca buku setiap hari. Ini mendorong mereka untuk berlatih membaca secara rutin contohnya di SDN 01 DESA MUNJUL.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan literasi anak juga tidak kalah penting. Orang tua dapat menjadi teladan dengan menjadi pembaca aktif dan mendiskusikan informasi yang mereka temui. Sebuah studi di indonesia menunjukkan bahwa anak-anak yang didukung orang tua dalam kegiatan membaca cenderung memiliki kemampuan literasi yang lebih baik. Diskusi di rumah mengenai berita atau buku yang dibaca dapat membantu anak-anak memahami konteks informasi dan mempertanyakan sumbernya. Kegiatan ini menciptakan ruang untuk dialog yang memperkuat pemahaman anak tentang isu-isu yang relevan.
Masyarakat luas juga dapat berkontribusi dalam membangun budaya literasi. Mengadakan program-program literasi, seperti diskusi buku, seminar, dan lokakarya, adalah langkah yang efektif untuk melibatkan komunitas. Di Indonesia, sejumlah organisasi non-pemerintah telah melaksanakan program literasi yang melibatkan masyarakat untuk berdiskusi tentang isu-isu terkini dan cara memahami informasi dengan kritis. Kegiatan ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran tetapi juga membangun rasa kebersamaan dan saling berbagi pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Tantangan lain yang dihadapi adalah meningkatnya penyebaran hoaks dan informasi palsu. Dengan semakin banyaknya platform media sosial, informasi yang salah dapat menyebar dengan cepat. Oleh karena itu, edukasi kritis menjadi sangat penting untuk membantu individu mengenali informasi yang tidak valid. Beberapa kampanye di media sosial dari kominfo telah diluncurkan untuk mendidik masyarakat tentang cara mengenali berita palsu, terutama yang terkait dengan kesehatan dan politik. Misalnya, kampanye "Cek Fakta" yang dilakukan oleh berbagai organisasi di Indonesia bertujuan untuk membantu masyarakat memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya.
Pentingnya literasi media juga tidak bisa diabaikan dalam konteks ini. Kemampuan untuk menganalisis konten di media sosial menjadi kunci untuk memahami dan menyaring informasi. Pelatihan literasi media yang diadakan di berbagai komunitas telah membantu peserta untuk memahami bagaimana membaca berita dengan kritis dan menyadari bias yang mungkin ada. Di beberapa lokasi, workshop literasi media juga mengajak peserta untuk mendiskusikan dampak dari informasi yang mereka konsumsi terhadap pandangan dan perilaku mereka sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Peran pemerintah dalam membangun budaya literasi sangat signifikan. Kebijakan yang mendukung pendidikan literasi digital dan investasi dalam infrastruktur informasi sangat penting. Program Literasi Nasional Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah meluncurkan program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat, termasuk literasi digital dan Menurut data Kemendikbud, pada tahun 2021, terdapat 50.000 sekolah yang terlibat dalam Program Literasi Nasional, dengan lebih dari 3 juta siswa terlibat.
Dalam konteks global, literasi digital juga berdampak pada partisipasi masyarakat dalam demokrasi. Individu yang memiliki kemampuan literasi yang baik lebih mampu berpartisipasi dalam diskusi publik dan membuat keputusan yang informasional. Di banyak negara, kampanye pemilihan yang menggunakan informasi yang jelas dan dapat dipercaya mampu meningkatkan tingkat partisipasi pemilih. Misalnya, di Australia, kampanye yang menyajikan fakta dengan cara yang menarik berhasil menarik perhatian pemilih muda, menunjukkan bahwa literasi dapat memperkuat keterlibatan politik.
ADVERTISEMENT
Kesadaran akan pentingnya literasi perlu ditingkatkan di semua lapisan masyarakat. Kampanye kesadaran dapat dilakukan melalui media sosial, seminar, dan publikasi untuk menarik perhatian terhadap isu-isu literasi. Melibatkan influencer atau tokoh masyarakat dalam kampanye ini dapat meningkatkan jangkauan dan dampak dari upaya yang dilakukan. Dengan cara ini, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami nilai literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Membangun budaya literasi di era digital bukanlah tugas yang mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Kerjasama antara individu, keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan literasi di semua kalangan. Setiap orang memiliki peran untuk dimainkan dalam membangun masyarakat yang cerdas dan terinformasi. Kolaborasi ini dapat menciptakan jaringan dukungan yang kuat untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan literasi di tingkat lokal dan nasional.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, literasi adalah keterampilan yang terus berkembang. Dengan kemajuan teknologi, tantangan dan peluang baru akan selalu muncul. Oleh karena itu, penting untuk terus mengadaptasi pendekatan pendidikan dan program literasi agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan komitmen bersama, kita dapat membangun budaya literasi yang kuat dan berkelanjutan di era digital ini, yang akan membawa manfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan generasi yang lebih terdidik, tetapi juga masyarakat yang lebih demokratis, inklusif, dan sejahtera.