Konten dari Pengguna

Hidup Jadi Anak Rantau di Jakarta: Antara Tugas, Kos-Kosan, dan Rindu

Niswatul Husna
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Hadis
6 Juli 2025 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Hidup Jadi Anak Rantau di Jakarta: Antara Tugas, Kos-Kosan, dan Rindu
Kisah mahasiswi perantau di Jakarta. Berjuang di kos-kosan, menahan rindu keluarga, dan merajut mimpi jadi sarjana.
Niswatul Husna
Tulisan dari Niswatul Husna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tulisan dari Niswatul Husna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Momen bersama keluarga sebelum merantau ke Jakarta ( Sumber: foto pribadi.com )
zoom-in-whitePerbesar
Momen bersama keluarga sebelum merantau ke Jakarta ( Sumber: foto pribadi.com )
Merantau ke Ibu Kota: Antara Bangga dan Realita Baru
ADVERTISEMENT
Jika ditanya bagaimana rasanya menjadi anak rantau di Jakarta, jawabannya adalah campur aduk. Ada kalanya senang, lelah, dan tiba-tiba ingin pulang ke rumah. Bagi saya, seorang mahasiswi semester 2 jurusan Ilmu Hadis di UIN Jakarta, keputusan merantau jauh dari Sumatra Barat adalah sebuah langkah besar. Dulu, saat dinyatakan lolos kuliah di Ibu Kota, rasanya begitu bangga, seakan mimpi anak kampung bisa terwujud.
Namun, realitas Jakarta langsung menyapa. Setibanya di sana, saya memilih tinggal di kos-kosan dekat Masjid Fathullah, lokasi yang sama dengan tanteku dulu. Letaknya yang strategis, persis di seberang Kampus 1 UIN Jakarta, membuat saya tak perlu repot naik KRL atau angkot. Cukup berjalan kaki setiap pagi sambil memandangi megahnya Masjid Fathullah, rasanya sangat menenangkan.
ADVERTISEMENT
Dinamika Kehidupan Koa-Kosan: Dari Kamar Sempit hingga Mi Instan
Kehidupan anak kos-kosan dekat kampus tak jauh beda dari drama yang sering diceritakan. Kamar saya tidak terlalu besar, hanya cukup untuk satu kasur. Di sudut kamar, ada gantungan baju, galon air, magic com, dan barang-barang lainnya. Malam hari, suara motor yang lalu lalang di depan gang kos sering terdengar. Urusan makan pun fleksibel; kadang memasak sendiri, kadang membeli makanan jadi, tergantung kondisi dompet.
Setiap pagi, rutinitas dimulai dengan terburu-buru agar tidak terlambat kelas, meskipun terkadang rasa malas untuk beranjak dari kasur tipis itu sangat menggoda. Ta tote bag berisi buku catatan, pulpen, dan pernak-pernik lainnya selalu setia menemani ke kampus. Pulang kuliah, aktivitas kembali ke tumpukan tugas, membuat power point, atau sesekali pergi ke kos-kosan teman untuk mencari suasana baru.
ADVERTISEMENT
Bukan Tugas atau Kamar Sempit, Melainkan Rindu
Namun, di balik semua kesibukan dan adaptasi, ada satu hal yang paling berat: rindu. Kadang di malam hari, saya duduk sendiri di kamar sambil melihat galeri foto keluarga. Ada kerinduan akan suara Mama memanggil dari dapur, kangen duduk sore bersama Ayah di warung, dan obrolan hangat bersama kakak dan adik. Air mata terkadang menetes, namun setelahnya, semangat untuk melanjutkan hidup kembali muncul.
Hidup mandiri di Ciputat, dekat Masjid Fathullah, telah mengajarkan banyak pelajaran. Dulu, semua kebutuhan selalu dipenuhi Mama, kini saya harus mandiri. Mau makan? Masak sendiri atau beli di warteg, kadang mi instan jadi penyelamat. Mau mencuci? Harus mencuci sendiri, meskipun terkadang cucian menumpuk seminggu. Bahkan saat sakit pun, harus bisa menjaga diri tanpa bisa bermanja.
ADVERTISEMENT
Semangat Anak Rantau: Jalan Pulang yang Penuh Harapan
Saya yakin, semua lelah, rindu, dan tangis ini tidak akan sia-sia. Suatu hari nanti, saya akan pulang ke kampung halaman membawa gelar sarjana. Membawa cerita, senyum, dan rasa bangga untuk orang tua dan keluarga.
Untuk teman-teman sesama anak rantau, tetap semangat ya! Jika rindu rumah melanda, tak apa untuk menangis sebentar. Setelah itu, ingatlah kembali mengapa dulu kita berani melangkah jauh. Kita sedang menyusun jalan pulang kita masing-masing. Biarlah kos-kosan sempit, tumpukan mi instan, dan tugas yang tak ada habisnya, karena semua itu akan terbayar nanti.