Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Keunikan Pisang Di Desa Pakis
27 November 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari NISYA ARDHIYANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pisang merupakan buah tropis yang berasal dari Asia Tenggara, pisang juga mudah dijumpai diberbagai wilayah Indonesia, dengan berbagai jenis yang beragam yang cukup unik dan berbeda-beda penyebutan nama pisang tersebut. Tanaman pisang tumbuh baik di daerah tropis dengan iklim hangat dan curah hujan tinggi. Pisang telah dibudidayakan selama ribuan tahun dan memiliki peran penting dalam dunia kuliner, Kesehatan, dan ekonomi global.
Salah satu warga desa pakis menemukan keunikan bibit pisang, pisang tersebut memiliki Panjang sekitar 100 cm dan bisa sampai 12 susun pisang. pisang tersebut awalnya diberikan nama pisang Sukat, karena yang memiliki dan menemukan pertama kali di desa pakis adalah Mbah Sukat. dan seiring berjalannya waktu Mbah Sukat sering menyebut pisang itu dengan sebutan pisang Tanpa Jantung, karena pisang tersebut tidak memiliki jantung pisang, seperti pisang pada umumnya. Pisang tersebut bisa di jadikan berbagai macam olahan seperti dikukus, digoreng, dibuat kue, dibuat kripik maupun dimakan langsung, karena pisang tersebut memiliki rasa yang enak dan manis,meskipun belum masak. dan, Bukan buahnya saja yang memiliki banyak manfaat, Daun pisang tersebut juga memiliki banyak kebermanfaatan contohnya untuk membungkus Lontong, botok, bubur, glethuk, arem-arem dan jajanan pasar yang lain,selain itu daun pisang tersebut juga bisa dijual di pasar-pasar karena banyak yang membutuhkan, daun tersebut memiliki lebar dan panjang yang cukup besar, dan bisa dibilang beda dengan daun pisang yang lain. Harga jual pisang tersebut ketika harganya sedang melambung tinggi bisa mencapai Rp200.000 tergantung besar kecilnya pisang.
ADVERTISEMENT
Nisya Ardhiyani, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang.
Live Update