Konten dari Pengguna

Perempuan yang Mendahului Zaman serta Pendiri Sekolah Islam Pertama di Indonesia

Dea Nisya
Mahasiswi Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
25 Oktober 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dea Nisya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perjuangan Wanita menggapai Cita-Cita (Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Perjuangan Wanita menggapai Cita-Cita (Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Penulis)
Biasa dikenal dengan sebutan Bunda Rahmah, Sosok wanita yang telah mendahului zaman. Rahmah El yunusiyyah lahir pada tanggal 29 Desember 1900 M yaitu bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1318 H, di kota padang panjang, pada yaitu tepat nya di rumah Gadang Lubuk Mata Kucing, Kenagarian Bukit sarungan. Ayahnya bernama Syekh Muhammad Yunus dan Ibu Rafi’ah. Rahmah cukup dikenal dengan orang yang sangat cendikiawan, bahkan ia ingin menaikkan derajat para wanita, karena pada zaman nya wanita itu hanya di anggap lemah, dan tidak berguna bahkan hanya saja melahirkan anak dan bisa bekerja di dapur saja, dan wanita harus memiliki derajat yang sama dengan dengan laki-laki dan juga diperlakukan dengan pantas dan juga patut di hormati. Sebagaimana Allah berfirman
ADVERTISEMENT
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal." (Qs. Al Hujurat: 13).
Jelas pada ayat tersebut, sebagaimana kita ketahui bahwa Allah tidak membedakan kedudukan perempuan dan laki-laki dan sama-sam meraih kemuliaan di sisi-Nya.
Sosok perempuan hebat Rahmah El-yunusiyyah ini telah memberikan inspirasi serta menyadarkan kita betapa pentingnya tentang kesetaraan gender dan perempuan tidak menjadi lemah pada khususnya dibidang pendidikan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tholabul Ilmi Faridhotun ala kulli muslimin wal muslimat.”
ADVERTISEMENT
Artinya: Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim dan muslimat
Hal ini juga menjadi acuan Ramah untuk menghilangkan tradisi masyarakat pada masa itu bahwa perempuan itu tidak lain dan tidak bukan hanya bisa di dapur, mengasuh anak,dan lain sebagainya. Karena pada saat itu tidak hanya di indinesia saja bahkan dimesir pun juga lebih memuliakan laki-laki dimana pendidikan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Ternyata saat itu hal ini juga menjadi titik kegelisahan yang dihadapi oleh Rahmah Sehingga ia terinspirasi untuk membangun sekolah Tinggi Khusus perempuan agar perempuan tidak hanya bisa di dapur tapi juga perempuan bisa cerdas dan menjadi madrasah bagi anak-anak nya, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak nya.
ADVERTISEMENT
Ternyata niat baik Rahmah untuk mendirikan Sekolah khusus putri itu didukung penuh oleh sang kakak Zainuddin Labay El-Yunusi, Tepat pada tanggal 1 November 1923 pondok khusus putri itu didirikan yaitu sekolah putri pertama di Indonesia yang bertempat di Padang Panjang, yang diberi nama Diniyyah Puteri, meskipun sekolah itu telah berganti generasi di zamannya tetapi sekolah ini terus berkembang dan juga pastinya melahirkan para alumni-alumni dan juga menjadi tokoh besar di berbagai daerah hingga negara sebelah.
Mengenal lebih dalam Rahmah El Yunusiyyah
Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El-Yunusiyyah, kerap di panggil budan rahmah atau dengan panggilan akrab nya “tek amah” adalah seorang ulama asal minangkabau yang dimana ia juga bersama memperjuangkan pendidikan perempuan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada masa pendudukan jepang di Sumatra Barat, Rahmah diamanahkan untuk memimpin Haha No Kai Padang Panjang untuk membantu perwira Giyun, pada masa kemerdekaan ia mempelopori berdirinya TKR di Padang Panjang dan mengerahkan muridnya untuk melawan para penjajah pada saat itu walaupun hanya bisa menyediakan makanan dan obat-obatan.
Pada tahun 1924, Rahma mendirikan sekolah menyesal, yakni sekolah yang di peruntukan untuk para ibu yang sudah berkeluarga, yang belum bisa menulis, membaca.
Pada Tanggal 1936 Rahmah mendirikan sekolah tenun yang bertempat di sekitar sekolah Diniyyah Puteri itu dan yang menjadi alasan bahwa mendirikan nya yaitu memebrikan pelajaran kepada para muridnya bahwa kita harus mencintai hasil karya yang tealh kita hasilkan sendiri.
ADVERTISEMENT
Seiring Bejalannya waktu ternyata ini menjadi pusat perhatian di kalangan masyarakat dengan berbondong-bondong menyekolahkan anak nya ke Diniyyah Puteri, tentu hal ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri yang dirasakan oleh Rahmah, akan tetapi ternyata ia belum puas dengan hasil yang ada sehingga ia merasa bahwa ilmu yang di tempuh selama 6 atau 7 tahun itu masih belum cukup bagi santri nya dan masih belum memadai untuk menjadi tenaga pendidik baik itu di keluarga ataupun di masyarakat. Maka Rahmah mengambil tindakan dengan mendirikan sekolah lanjutan Kulliyatul Mu’allimat EL-Islamiyyah.
Keberadaan Diniyyah Puteri cukup menjadi pusat perhatian di banyak kalangan masyarakat baik dalm negri dan bahkan sampai keluar negri, sehingga membuat Universitas Al-Azhar terinspirasi untuk juga membuka Kulliyatul Banat, yang dimana fakultas yang di khususkan untuk perempuan. Dan dari Al-Azhar lah Rahmah mendapatkan gelar kehormatan “Syekhah” yang dimana gelar ini belum pernah diberikan kepada perempuan manapun di dunia pada saat ia berkunjung ke Mesir pada tahun 1957. Kemudian Al-Azhar membuka dan di realisasikan pada 1962.
ADVERTISEMENT
Rahmah El Yunusiyyah juga seorang motivator dan insipator penggerak kaum wanita terkhusus di daerah Minangkabau. Selain itu Rahmah juga aktif di bidang pergerakan Sosail, keagamaan
Melewati Hujan Cobaan
Pada tahun 1924, Zainuddin sang kakak menghembuskan nafas terakhir kalinya. Hal ini membuat Rahmah terguncang dan miningggalkan luka yang sangat mendalam, akan tetapi meskipun ia harus melewati cobaan yang rumit karena baginya sang kakak adalah panutan baginya, tapi Rahmah tidak menyerah dan tidak ingin berlarut- larut dalam kesedihannya, dan ia berupaya untuk mempertahaknkan pondok pesanteren yang telah ia bangun meski tanpa sang kakak, namun tidak lama berselang nasib naas yang musibah yang menimpa Padang panjang pada saat itu yaitu benca gempa yang cukup hebat sehingga membuat bebrapa bangun hancur, dan mendapat tawaran dari pemerintah Belanda yang dimana sekolah itu akan di subsidikan penuh akan tetapi dengan syarat Diniyyah puteri itu menjadi di bawah tangan Belanda. Akan tetapi dengan tegas rahmah menolak tawaran tersebut, dan rahmah berusaha untuk mengumpulkan uang sendiri dengan menyisihkan uang hasil ceramah dan juga meminta bantuan kepada masyarakat dengan penggalangan dana untuk membangun kembali bangunan yang rusak.
ADVERTISEMENT
Pada Masa Kemerdekaan
Pada tahun 1945 pada saat mendengar berita proklamasi langsung dari Ketua Cuo Sangi In Muhammad Sjafei, Rahmah juga langsung mengkerek bendera merah putih di sekolah yang ia dirikan dan juga ia disebut sebagai oarang pertama yang mengkibarkan bendera merah putih di Sumatra Barat dan setelah itu di susul oleh masyarakat satu persatu.
Pada 7 januari 1949 ia di tangkap dan di tahan oleh belanda, di rumah tahanan perempuan Padang panjang, kemudian di pindahkan ke Padang.
Dea Nisya Zuhra, Mahasiswi Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia