Konten dari Pengguna

Sambal Tumpang: Menggali Makna Budaya dan Daya Tarik Wisata Kuliner di Kediri

Nisrina Syifa
Saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Airlangga S1 Bahasa dan Sastra Inggris. Saya memiliki minat terhadap kepenulisan dan disini lah saya ingin menuangkan karya saya.
15 Desember 2024 12:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisrina Syifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi sambal tumpang yang disajikan dengan sayur dan peyek (Shutterstock/Pawonike Gallery)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi sambal tumpang yang disajikan dengan sayur dan peyek (Shutterstock/Pawonike Gallery)
ADVERTISEMENT
Sambal Tumpang merupakan sebuah hidangan khas Kediri, telah menjadi ikon kuliner lokal yang membuka pintu bagi wisatawan untuk mengeksplorasi makna budaya dan daya tarik wisata kuliner di kota ini. Hidangan ini memiliki sejarah yang panjang dan signifikasi yang mendalam dalam konteks masyarakat Jawa. Secara historis, Sambal Tumpang telah ada sejak zaman Kerajaan Nusantara, seperti yang dicatat dalam Serat Centhini yang terbit pada tahun 1814. Kisah tentang Raden Mas Cebolang yang mencoba sambal tumpang di masjid kecil milik Pangeran Tembayat di Klaten menunjukkan betapa luasnya penggunaan hidangan ini dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Jawa pada abad ke-17.
ADVERTISEMENT
Sambal Tumpang terdiri dari tempe yang hampir busuk atau tempe bosok, yang kemudian diolah kembali dengan cara ditumis bersama-sama dengan aneka bumbu dapur, santan, dan penyedap rasa. Penggunaan tempe bosok memberikan citra unik pada hidangan ini, yaitu dominasi rasa dan aroma tempe semangit. Proses pembuatan sambal tumpang relatif mudah tetapi memerlukan keterampilan spesifik. Tempe harus difermentasi secara alami sampai berjamur, kemudian diulek bersama bumbu-bumbu lain seperti kencur, daun jeruk purut, daun salam, bawang putih, bawang merah, cabe, dan lengkuas. Santan ditambahkan untuk membuat sambal ini lebih gurih.
Sambal Tumpang tidak hanya sebagai hidangan biasa tapi juga memiliki fungsionalitas sosial dan ekonomi yang kuat. Hidangan ini sering dihadiahkan pada acara-acara penting seperti pernikahan dan kegiatan gotong royong. Selain itu, sambal tumpang juga marak diperjual-belikan saat pertunjukan wayang, menunjukkan betapa besar pengaruhnya dalam kebudayaan Jawa. Di Kediri, sambal tumpang dijual di warung-warung pedesaan hingga urban. Malam hari, puluhan pedagang nasi tumpang berjejer di trotoar Jalan Dhoho, Kota Kediri, menampilkan keindahan kuliner tradisional ini.
ADVERTISEMENT
Daya tarik wisata kuliner Sambal Tumpang sangat tinggi, baik bagi wisatawan domestik maupun internasional. Rasa khas tempe semangit dan kombinasi rempah-rempah yang harmonis membuatnya menjadi favorit bagi mereka yang suka mencoba kuliner baru. Harganya yang murah dan ketersedianya di berbagai tempat menjadikan sambal tumpang sebagai destinasi kuliner yang wajib dikunjungi. Wisatawan yang datang ke Kediri tidak boleh melewatkan kesempatan untuk mencoba sambal tumpang. Menikmati sajian tumpang ini bersama sayuran rebus dan kecambah di atas nasi panas akan menjadi pengalaman gastronomi yang tak terlupakan. Ditambah lagi dengan suasana lokal yang hangat, makan bersama warga setempat akan menjadi momen yang indah.
Sambal Tumpang bukan hanya hidangan khas Kediri namun juga representasi budaya dan tradisi masyarakat Jawa. Melalui komponennya yang unik dan proses pembuatannya yang khusus, sambal tumpang berhasil menjadi simbol kuliner yang kuat dalam dunia pariwisata kuliner global. Apakah Anda siap untuk mengeksplorasi makna budaya dan daya tarik wisata kuliner di Kediri melalui hidangan legendaris ini? Mari kita jelajahi dan nikmati kelezatan sambal tumpang yang telah menjadi ikon kuliner nasional.
ADVERTISEMENT