Konten dari Pengguna

Nitilaku, Kirab Budaya Sarat Makna dan Pembelajaran Kebhinekaan

NitilakuUGM
Pawai budaya sebagai simbolisasi sejarah UGM yang berawal dari Keraton Yogyakarta dan pindah ke Balairung. Info lengkap: http://nitilaku.ugm.ac.id
10 Desember 2017 6:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NitilakuUGM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nitilaku merupakan kegiatan yang secara rutin dilaksanakan oleh UGM, dimulai sejak tahun 2012. Acara ini diprakarsai oleh KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada), dengan menyajikan konsep acara kultural dan historis. Tahun 2017 ini merupakan pagelaran ke enam yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember mendatang.
Setiap tahunnya, nitilaku dilaksanakan menjadi rangkaian kegiatan Dies Natalis UGM. Bentuk dari kegiatan nitilaku adalah pawai budaya sebagai simbolisasi sejarah UGM yang berawal dari keraton Yogyakarta yang kemudian dipindah ke Gedung Pusat UGM. Dengan mengangkat tema Holobis Kuntul Baris Singsingkan lengan baju, Gotong royong bangun negara, Gumregah, cancut taliwanda mbangun negara. Nitilaku ingin mensinergiskan potensi yang dimiliki oleh UGM, swasta, dan pemerintah untuk tetap menjadikan elemen sejarah perjuangan dan kebangsaan serta keberagaman nusantara menjadi elemen utama dalam tiap turunan kegiatan nitilaku di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Nitilaku merupakan bentuk sinergi bersatunya keraton, kampung dan kampus yang diharapkan mampu merangkul setiap lapisan sebagai salah satu bentuk implementasi dari tri dharma perguruan tinggi. Dari segi kampus, basis utama kegiatan yang ingin dicapai adalah pengembangan ilmu dan teori bagi mahasiswa dan seluruh sivitas akademika UGM. Kemudian keterlibatan keraton dan kampung merupakan implementasi terhadap pengembangan budaya secara praksis dalam kerangka ke-bhinekaan dan keilmuan secara kontekstual.
Tema yang dibawa oleh nitilaku memiliki maksud untuk mengukuhkan UGM sebagai kampus kebudayaan yang menjujung tinggi perbedaan sebagai kekuatan untuk tetap menjalin persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia. Nitilaku dari tahun ke tahun selalu membawa unsur kota jogja sebagai kota jadul yang merupakan representasi jogja sebagai kota yang sederhana.
ADVERTISEMENT
Makadari itu untuk mencapai tujuan utama tersebut dilakukan melalui lima cara. Pertama dengan peningkatan peran dan fungsi pawai budaya pada agenda kegiatan Dies Natalis UGM ke-68. Kedua, pemberdayaan sumber daya UGM dan KAGAMA secara lebih luas dan bekesinambungan. Ketiga, pemberian ruang bagi civitas akademika UGM untuk berkontribusi nyata dalam pengembangan budaya dan seni Nusantara. Keempat, pemberian wadah bagi masyarakat yang semakin demokratis dan kreatif dalam aktualisasi pada ekspresi seni dan budaya Nusantara. Kelima, penggalian potensi, pemeliharaan, pengembangan seni budaya Nusantara yang kaya dan beraneka ragam.
Nitilaku mengajak masyarakat lebih luas mengenal aneka keragaman dan kebhinekaan Indonesia dari sudut pandang seni dan budaya.