Food Supply pada Masa Pandemi: Kepraktisan atau Kesehatan?

Jauza Nabila Suni Vidya
Mahasiswa FK UIN 2020
Konten dari Pengguna
3 Desember 2021 13:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jauza Nabila Suni Vidya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga antre masuk untuk belanja ke supermarket di Hoenheim, Prancis. Foto: REUTERS / Christian Hartmann
zoom-in-whitePerbesar
Warga antre masuk untuk belanja ke supermarket di Hoenheim, Prancis. Foto: REUTERS / Christian Hartmann
ADVERTISEMENT
Kalian pasti sudah sering kali mendengar Food Supply, apalagi ketika awal-awal COVID-19 menyebar di Indonesia. Food supply atau persediaan makanan biasanya dilakukan untuk menyediakan makanan dalam jumlah banyak untuk waktu yang lama. Biasanya orang-orang memenuhi food supply ketika awal bulan karena baru gajian.
ADVERTISEMENT
COVID-19 sudah bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kita seluruh penduduk bumi ini, bahkan kita sudah mulai hidup berdampingan dengan virus ini. Pada awal Maret 2020, COVID-19 memasuki Indonesia. Pada saat itu, pemerintah mengambil langkah cepat dengan melakukan karantina wilayah selama 2 minggu. Seperti yang kita tahu karantina yang berawal 2 minggu ini terus diperpanjang hingga berbulan-bulan lamanya. Hal ini tentunya berdampak buruk bagi banyak sektor di Indonesia, terutama sektor perekonomian dan pertanian. Banyak petani dan penyuplai makanan, seperti pabrik-pabrik, tidak bisa beroperasi sehingga stok barang semakin menipis.
Di lain sisi kebutuhan masyarakat Indonesia semakin meningkat karena dengan berlakunya karantina wilayah, aktivitas di luar rumah menjadi terbatas. Sehingga banyak orang yang memilih untuk menimbun food supply untuk jangka waktu yang panjang. Persediaan barang yang kurang dan diiringi dengan permintaan barang yang tinggi menyebabkan kenaikan harga, sama juga dengan kebutuhan pangan. Harga-harga makanan segar seperti ikan, daging, dan sayur-sayur segar meningkat dengan cepat. Hal ini membuat banyak orang beralih ke bahan pangan yang lebih murah, yaitu frozen food.
ADVERTISEMENT
Apa itu frozen food? Frozen food atau makanan beku adalah makanan yang dibekukan sehingga bisa tahan lama hingga siap dihidangkan. Frozen food menjadi pelarian banyak orang pada saat seperti ini, selain mudah didapatkan dan harganya terjangkau, frozen food juga sangat praktis baik dalam pengolahannya maupun penyimpanannya. Hal ini membuat banyak orang tertarik untuk lebih menstok frozen food. Frozen food terdiri dari banyak jenis, yaitu makanan segar yang dibekukan dan makanan olahan yang dibekukan.
Dua jenis frozen food. Foto : Shutterstock
Frozen food tidak selalu berdampak buruk untuk kesehatan tubuh, apalagi jika yang dikonsumsi adalah frozen food yang terdiri dari makanan segar beku. Bahkan pembekuan berpengaruh baik untuk menjaga kandungan mineral dan vitamin dari buah-buahan. Tetapi, beda cerita jika yang dikonsumsi setiap hari adalah frozen food yang berjenis makanan olahan beku seperti sosis, nugget, dan bakso. Tentu saja lama-kelamaan dampak buruk akan timbul. Jika dilihat dari kandungan kedua jenis makanan jelas sudah sangat berbeda, makanan segar seperti ikan, buah, dan sayur tentu saja memiliki kadar gizi yang baik untuk tubuh, namun makanan olahan seperti sosis, nugget, dan bakso memiliki kadar gizi yang kurang baik. Makanan olahan yang dibekukan mengandung banyak sekali zat adiktif berupa penyedap rasa, makanan ini juga mengandung kadar natrium yang tinggi serta banyak pengawet. Hal tersebut tentu saja tidak berdampak baik untuk tubuh jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
ADVERTISEMENT
Frozen food mungkin terlihat menjadi jalan keluar yang paling praktis, namun kesehatan tubuh kita tetap harus menjadi prioritas utama. Frozen food bertipe makanan segar beku mungkin bisa menjadi pelarian paling aman daripada frozen food bertipe makanan olahan beku, tapi mau bagaimanapun makanan segar yang diolah langsung tetap menjadi makanan yang paling aman bagi kesehatan. Lebih baik mengeluarkan sedikit lebih banyak effort dan biaya untuk kesehatan tubuh jangka panjang daripada menanggung risiko di akhir.