Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bermain Sambil Belajar, Kok Bisa?
3 Januari 2022 14:48 WIB
Tulisan dari Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Harus diakui, anak-anak di masa sekarang ini lebih suka bermain dari pada belajar? Apa lagi diera digital saat ini, ditambah masa pandemi yang mengharuskan mereka belajar dari rumah, melalui daring! Apa dapat paham benar-benar paham dengan pembelajaran seperti itu?, apakah dengan pembelajaran dari rumah melalui daring mereka tambah bersemangat karena dekat dengan orang tua? Tentu tidak!. Karena jika anak-anak diberikan gadget mereka akan menggunakannya untuk bermain game, mereka lebih suka berlama-lama main gadget dari pada mengerjakan tugas sekolah yang diberikan melalui daring. Itu kenyataan yang dihadapi orang tua.
Melalui itu, kesadaran pemuda di Desa Pengasinan akan generasi selanjutnya. Mereka ingin generasi selajutnya membawa perubahan di Desanya. Salah satunya melalui aktivitas literasi taman baca. Membangun taman baca yang sesuai dengan namanya, untuk taman bermain dan belajar.
ADVERTISEMENT
Taman Baca Tunas Karya (TBTK) awalnya didirikan oleh pemuda setempat pada masa pandemi Covid-19 untuk hiburan serta meningkatkan pengetahuan anak. Bermain sambil belajar ditaman baca. Itulah spirit yang dijalani TBTK di kampung Cibarengngkok Desa Pengasinan kabupaten Bogor.
Dengan adanya gerakan literasi dari pemuda ini, diharapkan bisa semakin membuka wawasan pengetahuan hingga menekan angka putus sekolah dan memberikan kesadaran pentingnya pendidikan bagi masa depan di mata anak-anak setempat.
Selain itu, sebagai upaya di akuinya taman baca tunas karya. Banyak dari mahasiswa menggelar acara literasi di taman baca sebagai wujud pengabdian aksi kepedulian. Kegitan tersebut dilakukan oleh mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta UMJ (2/1/2022) melaksanakan kegiatan menggambar, mewarnai, dan diakhiri dengan mendongeng. Dalam suasana yang hangat dan penuh makna, orang tua dari anak-anak tersebut ikut berkontribusi secara sosial. Di samping memberi motivasi kepada anaknya, dan perhatiannya terhadap para mahasiswi untuk selalu semangat mengabdi di tengah masyarakat. Sebab, masyarakat meyakini bahwa mahasiswa adalah motor penggerak Desa. Sehingga memotivasi anak-anak untuk terus bersekolah yang lebih besar. Sebab, di Kampung Cibarengkok tergolong tinggi yang hanya sampai SMK dan tidak melanjutkan pendidikan. Alasnya mereka lebih suka bekerja dan mendapatkan penghasilan. Namun, jawaban itu adalah hal yang kurang tepat bagi seorang yang mencintai ilmu. Ada pepatah mengatakan "Hanya ilmu yang mampu mengangkat derajat manusia" dan kata banyak orang, buku adalah jendela dunia. Maka sebagai wujud nyata dan kepedulian akan pentingnya tradisi baca di era digital ini, diharapkan dengan gerakan literasi taman baca tunas karya dapat memberikan kesadaran pentingnya pendidikan bagi masa depan di mata orang tua si anak.
ADVERTISEMENT