Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Tanggapan Mengenai SDGs Ke-15: Kehidupan di Darat
23 Februari 2025 10:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Noel Manurung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Salah satu tujuan dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan adalah SDGs Ke-15, yang bertujuan untuk melindungi, memulihkan, dan meningkatkan penggunaan ekosistem darat secara berkelanjutan. Hal ini mencakup upaya melawan deforestasi, degradasi lahan, serta melestarikan keanekaragaman hayati di daratan. Meskipun Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk mendukung pencapaian tujuan ini, tantangan besar yang dihadapi tidak dapat dipandang sebelah mata. Kritisnya, pencapaian SDGs Ke-15 memerlukan upaya yang lebih sistematis, berkelanjutan, dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
ADVERTISEMENT
1. Deforestasi dan Degradasi Lahan yang Masih Tinggi
Salah satu isu terbesar yang terkait dengan SDGs Ke-15 di Indonesia adalah deforestasi yang masih tinggi. Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan laju deforestasi tercepat di dunia. Data dari Forest Watch Indonesia menunjukkan bahwa kerusakan hutan Indonesia dalam beberapa dekade terakhir sangat memprihatinkan. Penyebab utama deforestasi antara lain adalah pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan pemukiman.
Meskipun ada regulasi terkait konservasi hutan, seperti moratorium pembukaan lahan di kawasan hutan primer dan lahan gambut, kebijakan tersebut sering kali tidak berjalan efektif di lapangan. Penegakan hukum yang lemah dan lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan regulasi sering kali menjadi faktor utama penyebab kerusakan hutan yang terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
2. Kehilangan Keanekaragaman Hayati
Selain deforestasi, keanekaragaman hayati Indonesia juga terancam. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 25% dari total spesies flora dan fauna di Indonesia terancam punah akibat perusakan habitat dan perubahan iklim. Keanekaragaman hayati yang kaya, seperti hutan hujan tropis, padang rumput, dan ekosistem laut, semakin tergerus dengan pesat.
Penting untuk menekankan bahwa keberagaman hayati tidak hanya penting untuk konservasi alam, tetapi juga untuk ketahanan pangan dan sistem ekologi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlindungan terhadap spesies-spesies langka dan habitat alaminya harus menjadi prioritas nasional yang tidak dapat ditunda lebih lama lagi.
3. Solusi dan Upaya Pemerintah
Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah untuk mendukung pencapaian SDGs Ke-15. Salah satunya adalah upaya restorasi ekosistem melalui program restorasi lahan gambut, yang bertujuan untuk memulihkan kawasan gambut yang telah rusak akibat kebakaran dan konversi lahan. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon melalui penghentian deforestasi dan pengembangan ekonomi hijau.
ADVERTISEMENT
Namun, pencapaian SDGs Ke-15 memerlukan lebih dari sekadar kebijakan pemerintah. Partisipasi masyarakat dan sektor swasta juga sangat penting. Konservasi dan restorasi ekosistem memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat lokal yang bergantung pada sumber daya alam. Pendekatan berbasis masyarakat yang inklusif akan sangat membantu dalam menjaga keberlanjutan upaya konservasi.
4. Pentingnya Kolaborasi dalam Mengatasi Tantangan
Pencapaian SDGs Ke-15 di Indonesia memerlukan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Dalam hal ini, sektor swasta dapat berperan dalam praktik bisnis yang ramah lingkungan, seperti penerapan sistem pertanian berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih bertanggung jawab. Di sisi lain, masyarakat sipil, melalui berbagai organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal, dapat membantu menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem darat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, implementasi SDGs Ke-15 di Indonesia tidak boleh hanya menjadi beban pemerintah, melainkan harus menjadi tanggung jawab bersama. Setiap elemen masyarakat perlu terlibat dalam pengambilan keputusan, pengawasan, dan tindakan nyata untuk mendukung pelestarian alam dan kehidupan di darat.
Kesimpulan
SDGs Ke-15, yang berfokus pada kehidupan di darat, memegang peranan sangat penting dalam memastikan keberlanjutan ekosistem dan keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang. Meskipun sudah ada sejumlah upaya positif dari pemerintah Indonesia, tantangan besar seperti deforestasi, degradasi lahan, dan kehilangan keanekaragaman hayati masih harus dihadapi dengan serius. Pencapaian tujuan ini membutuhkan peran aktif dari seluruh komponen masyarakat dan sektor swasta untuk mengimplementasikan kebijakan yang berkelanjutan dan efisien. Oleh karena itu, implementasi SDGs Ke-15 memerlukan sinergi yang kuat dari semua pihak demi melindungi lingkungan hidup dan ekosistem darat Indonesia.
ADVERTISEMENT