Konten dari Pengguna

Makna Muda Sumpah Pemuda

Nofi Candra
Politisi dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 2014-2019
29 Oktober 2023 21:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nofi Candra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menyambut Hari Sumpah Pemuda. Foto: Gratsias Adhi Hermawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyambut Hari Sumpah Pemuda. Foto: Gratsias Adhi Hermawan
ADVERTISEMENT
Sumpah Pemuda yang belum lama ini dirayakan semestinya tidak berlalu layaknya perayaan-perayaan sebelumnya, berlalu begitu saja dan terlupakan sehari setelahnya.
ADVERTISEMENT
Para pemuda, melalui berbagai macam institusi ekonomi politik kepemudaan yang digelutinya, perlu lebih menegaskan diri lagi soal perannya di dalam pembangunan ekonomi nasional, di dalam perkembangan pergerakan politik domestik maupun percaturan global, pun di dalam peningkatan ketahanan nasional dalam segala bidang.
Dengan lain perkataan, sumpah historis atas nama bangsa yang satu, tanah air yang satu, dan bahasa yang satu, perlu diinterpretasikan lebih fungsional dan strategis lagi oleh para generasi dan anak muda.
Perlu dipikirkan secara sistematis dan strategis bagaimana bangsa, tanah air, dan bahasa yang satu itu menjadi bungkus berharga dari setiap kemajuan dan perkembangan yang akan ditorehkan oleh generasi muda Indonesia ke depan, agar tidak dikoyak-koyak oleh globalisasi dan oleh pelukan "soft power" dari negara lain di satu sisi.
ADVERTISEMENT
Pun di sisi lain, bangsa, tanah air, dan bahasa yang satu itupun, bisa menjadi kian dikenal, dihormati, dan disegani oleh dunia karena kualitas pertumbuhan ekonominya, karena kesejahteraan rakyatnya, karena inovasi-inovasi anak mudanya, karena perkembangan demokrasinya yang menginspirasi dunia, dan karena kegigihan anak muda-anak mudanya dalam membawa bangsanya ke level yang lebih terhormat.
Ribuan start up dan beberapa di antaranya yang telah berkategori unicorn hanyalah salah satu bentuknya. Tapi perkembangannya sampai hari ini masih belum singkron dengan penguatan kapasitas ekonomi nasional.
Tak dipungkiri, sebagian e-commerce justru menjadi corong produk-produk impor yang memola (mengarahkan) perilaku berbelanja publik menjadi semakin kurang nasionalistik. Situasi seperti ini perlu diperbaiki.
Platform-platform belanja online besutan anak muda Indonesia perlu lebih akomodatif lagi dalam mengedukasi, mengagregasi, dan menggandeng UMKM-UMKM domestik untuk terlibat lebih aktif menyaingi produk-produk manufaktur impor, agar kontribusi UMKM kian membesar terhadap PDB nasional.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan platform digital lainnya, seperti bidang transportasi. Platform transportasi online perlu memperbesar peran dalam peningkatan kuantitas dan kualitas bisnis UMKM domestik, bukan hanya mentransformasi ojek dan sopir taksi konvensional menjadi ojek dan sopir taksi online.
Sangat disayangkan jika perannya hanya sebatas itu, karena secara kategorial dan kualitas, platform transportasi online selama ini justru tidak terlibat dalam memperbaiki status kepekerjaan tenaga kerja mereka di satu sisi dan porsinya dalam keterlibatan perbaikan produk-produk UMKM masih terbilang kecil.
Dengan kata lain, perlu peningkatan status agar para pekerja transportasi online kita ikut menikmati berbagai layanan publik sebagaimana yang dinikmati karyawan lainnya.
Lebih dari itu, para anak muda yang ikut menggairahkan dunia digital nasional perlu lebih aktif dalam memberikan arti pada perekonomian nasional dengan berbagai terobosan teknologikal untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas nasional di segala sektor, mulai dari pertanian, kelautan, perikanan, industri dan UMKM, serta sektor pelayanan publik dan pencegahan korupsi.
ADVERTISEMENT
Tak lupa pula peran dalam mendorong ekonomi hijau dan pelestarian lingkungan dengan berbagai kreasi digital dan disrupsi teknologi, yang akan meningkatkan daya tahan ekonomi nasional dari ancaman pemanasan global dan perubahan iklim
Sementara itu dari sisi politik, pemuda dan anak muda Indonesia nampaknya mulai pelan-pelan amnesia dengan keberadaan para oligarki yang berpotensi mengancam demokrasi nasional.
Bahkan celakanya, tak sedikit dari anak muda dan pelaku sektor digital yang menjadi pendukung penguasa justru sama sekali tak bersuara dan tidak mengambil peran dalam perbaikan kualitas demokrasi nasional.
Di sisi lain, institusi politik anak muda ataupun komunitas-komunitas kreatif anak muda justru sudah mulai kehilangan peran sejarahnya sebagai "agent of change". Banyak di antaranya justru berada di bawah kendali partai-partai yang telah terlebih dahulu dijinakkan oleh para oligarki.
ADVERTISEMENT
Dan saat mereka menjadi politisi muda, mereka mau tak mau mendadak menjadi penguat fondasi oligarki politik yang sudah kadung terbentuk yang justru ikut menjauhkan proses pengambilan keputusan nasional semakin menjauh dari kepentingan publik
Untuk itu, momen sumpah pemuda yang baru saja kita peringati sangat perlu direnungkan secara analitis dan kritis oleh para pemuda, terkait perannya dalam penguatan demokrasi nasional dan peningkatan komitmen pada hak-hak sipil warga negara Indonesia.
Institusi politik pemuda perlu menunjukkan "democratic roles model" yang akan diikuti oleh adik-adik mereka di dunia kemahasiswaan dan aktifis-aktifis pergerakan mahasiswa.
Bukan justru sebaliknya, yakni mahasiswa mengajarkan para seniornya di berbagai organisasi kepemudaan dan komunitas anak muda, termasuk politisi-politisi muda, tentang bagaimana berperan secara fungsional di dalam perbaikan kualitas demokrasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pendeknya, di satu sisi, para generasi muda secara ekonomi harus menjadi bagian dari mesin perekonomian nasional yang ikut meningkatkan daya saing dan produktivitas nasional dan menjadi generasi dengan kapasitas diri yang "layak saing" di pentas nasional dan global di sisi yang lain.
Lebih dari itu, secara politik, generasi muda harus mengedepankan lagi peran dan komitmennya dalam menjaga dan menegakkan tatanan politik dan pemerintahan yang lebih demokratis, lebih bersih, dan lebih responsif terhadap kepentingan publik.
Tak lupa juga, generasi muda harus menjadi aktor utama dalam mendorong ekonomi hijau dan pelestrian lingkungan, berani bersuara dan bergerak melawan para pihak yang melakukan bisnis dengan cara merusak lingkungan dan alam.
ADVERTISEMENT
Jika berani mengambil semua peran ini saat ini, pemuda dan generasi muda baru boleh berbangga diri. Jika hanya menjadi bagian dari kelompok politik yang kerap menciptakan kerusakan politik, kerusakan ekonomi, dan kehancuran lingkungan.
Maka, Sumpah Pemuda ke depan tak perlu lagi diperingati, karena tak ada lagi resonansinya terhadap pemuda dan anak muda. Semoga tidak !