Kedubes Bekasi: Respon Sosial yang Kreatif

Nona Gae Luna
Diplomat Indonesia Saat ini sedang bertugas di Roma
Konten dari Pengguna
4 Maret 2018 17:20 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nona Gae Luna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih segar di ingatan kita, meme mengenai image Bekasi yang letaknya jauh dan panas membanjiri media sosial pada akhir tahun 2014. Provider telekomunikasi juga memanfaatkan kesempatan ini dengan meluncurkan iklan “Liburan ke Aussie Lebih Mudah Dibanding ke Bekasi”. Belakangan iklan tersebut ditarik dari peredaran karena banyak menuai protes.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari berbagai celaan tentang Bekasi di media sosial, suatu inisiatif yang berniat untuk mengangkat citra positif Bekasi pun muncul dari sekelompok anak muda pada tahun 2015, sebuah komunitas seni Bekasi yang menamakan diri Kedutaan Besar (Kedubes) Bekasi.
Sebagian anggota tim inti Kedubes Bekasi (ki-ka): Shelmy Hiromi Destry, Khalid Albakaziy, Fithor Faris, Hermanto, DTF Suri, Amalia Permahani, dan Ranindra MK - foto: koleksi pribadi
Peresmian Kedubes Bekasi oleh Wakil Walikota Bekasi, Bapak H. Ahmad Syaikhu, tanggal 1 November 2015 - foto: koleksi instagram @kedubesbekasi
Awal pembentukan Kedubes Bekasi tidaklah mudah. Banyak pro kontra menyertai penamaan komunitas tersebut. "Sebenarnya penamaan tersebut adalah bentuk gimmick, ‘pancingan’ untuk menarik keingintahuan masyarakat tentang Bekasi," ujar Fithor Faris, inisiator Kedubes Bekasi. Lebih dari itu, penamaan tersebut merupakan bentuk respon sosial yang ingin turut membangun identitas Bekasi, tanpa muatan politis.
ADVERTISEMENT
Bermarkas di Jatikramat, Bekasi, tempat yang pada awalnya bernama “PDGD Creative” ini bertujuan untuk memberikan ruang ekspresi bagi segala bentuk kesenian, baik ilustrasi, komik, musik, film ataupun teater. “Seni merupakan perwujudan jati diri suatu kota,” kata Fithor, lulusan S2 Creative Media Enterprise Institut Kesenian Jakarta (IKJ) . “Jika identitas Jakarta, Bandung, dan Surabaya bisa dikenal melalui media seni, kenapa Bekasi tidak?,” tambahnya.
Tidak seperti kota-kota lainnya, Fithor menilai Bekasi tidak memiliki wadah komunitas yang dapat digunakan bersama oleh para pelaku seni. Hal ini mungkin lumrah mengingat keberadaan Bekasi sebagai kota satelit. Penduduknya kebanyakan menghabiskan aktivitasnya di Jakarta. Bekasi hanya sebatas menjadi alamat tempat tinggal.
Padahal sesungguhnya Bekasi memiliki banyak karakter yang bisa diperkenalkan ke masyarakat luas melalui media seni. Dalam konteks sejarah misalnya, sebagai Kota Patriot, Bekasi berperan penting sebagai garda depan pertahanan sebelum pasukan Sekutu masuk Jakarta dalam periode Agresi Militer I Belanda di tahun 1947. Bekasi juga memiliki kuliner khas, seperti Gabus Pucung, meskipun semakin jarang ditemui. Bekasi juga mempunyai senjata khas, Golok, yang sayangnya saat ini lebih identik dengan kekerasan daripada sebagai bentuk identitas budaya.
ADVERTISEMENT
AKTIVITAS KEDUBES BEKASI
Sejauh ini, Kedubes Bekasi menjadi tempat berekspresi bagi komunitas-komunitas seni seperti @komikin_ajah, @kedubesartklub, @sketsapulangkerja, @patriotfilmbekasi, @projectanakseni, @indochiptunes, @kom.bek, dan komunitas-komunitas lain.
Bersama tim yang solid, Fithor berupaya secara rutin mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan volume interaksi antar pelaku seni di Bekasi. Tempat ini perlahan-lahan juga mulai dikenal sebagai meeting point bagi pelaku seni independen dari kota lain yang ingin mengenalkan karyanya di Bekasi. Selain itu, komunitas tersebut aktif berpartisipasi di dalam berbagai kegiatan di luar Bekasi. Salah satunya di festival Popcon Asia, kegiatan tahunan yang mengangkat tentang budaya pop dan industri kreatif Indonesia.
Ilustrator Indonesia, The Popo (@_thepopop), mengisi visual art workshop di Kedubes Bekasi, 3 Maret 2018 - foto: koleksi pribadi
Komunitas @sketsapulangkerja chapter Bekasi yang bertemu secara rutin di Kedubes Bekasi - foto: koleksi Kedubes Bekasi
ADVERTISEMENT
Selain memberikan ruang ekspresi seni, Kedubes Bekasi juga berusaha untuk menjadi bagian, atau bahkan motor, dari gerakan sosial demi perubahan Bekasi ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari inisiatifnya untuk memulai gerakan penyelamatan Gedung Juang Tambun pada tahun 2016 lalu.
Melihat Gedung Juang Tambun yang terbengkalai dan hanya menjadi sarang kelelawar, pada bulan Maret – Agustus 2016, Kedubes mencoba menarik perhatian Pemerintah dan masyarakat dengan menyelenggarakan kegiatan pameran lukisan di gedung bergaya arsitektur art deco tersebut. Gerakan via media sosial juga gencar dilakukan melalui penyebaran tagar #SaveGedungJuangBekasi.
Upaya ini berhasil menangkap perhatian. Hasilnya, pada tahun 2017, program renovasi gedung selama tiga bulan digagas oleh Pemerintah. Di akhir tahun 2017, gedung tersebut akhirnya masuk ke dalam jajaran cagar budaya Kabupaten Bekasi yang perlu dilindungi.
Gedung Juang Tambun - foto: koleksi Instagram @kedubesbekasi
Notebook berbentuk seperti paspor - Foto: koleksi pribadi
Toko Kedubes Bekasi - foto: koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
GO LOCAL TO GO GLOBAL”
Fithor menilai permasalahan umum di kota-kota besar adalah rendahnya kesadaran ataupun pengetahuan mengenai identitas budaya kota sendiri di kalangan generasi muda. Karena itu, seharusnya setiap kota memiliki badan khusus yang dapat memfasilitasi kebutuhan identitas ini.
Keberadaan badan khusus atau komunitas seni di tiap kota juga dapat membantu mengenalkan produk-produk bernuansa identitas budaya lokal yang memiliki potensi untuk dijual. “We need to go local to go global,” tambah Fithor. Promosi identitas lokal sebagai jualan yang khas, bagi Fithor, adalah salah satu modal untuk survive di pasar global. Pada akhirnya, hal ini akan membantu prioritas Pemerintah yang ingin memajukan sektor ekonomi kreatif.
21 TAHUN
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 10 Maret nanti, Bekasi akan berusia 21 tahun. Usia yang seringkali menjadi simbol peralihan dari remaja menuju kedewasaan. Semoga ke depannya, inisiatif-inisiatif yang tumbuh dari masyarakat dan upaya pemerintah dapat semakin matang bersinergi untuk membangun Bekasi menjadi lebih dari sekedar penyangga Jakarta.
***