Konten dari Pengguna

Kendaraan Listrik vs Kendaraan Konvensional : Tantangan Baru Industri Otomotif

Nona Berlin Neffertiti Meylim
Mahasiswa Hubungan Internasional 2024, Universitas Sebelas Maret
11 Desember 2024 17:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nona Berlin Neffertiti Meylim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi stasiun pengisian energi oleh @unsplash
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi stasiun pengisian energi oleh @unsplash
ADVERTISEMENT
Industri otomotif di zaman sekarang mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan adanya produksi kendaraan listrik. Kendaraan listrik bergerak dengan menggunakan bahan bakar listrik sebagai sumber utamanya. Sedangkan kendaraan konvensional bergerak menggunakan bahan bakar yaitu bensin. Keduanya sangatlah berbeda sebab mesin yang digunakan pun berbeda. Hadirnya kendaraan listrik membuatnya populer di kalangan masyarakat. Namun apakah tidak ada persaingan antara produsen kendaraan listrik dengan kendaraan konvensional?
ADVERTISEMENT
Persaingan antar produsen kendaraan listrik dan kendaraan konvensional berada pada pasar oligopoli. Definisi dari “Pasar Oligopoli” itu sendiri adalah struktur pasar yang dimana hanya terdapat beberapa penjual yang menawarkan produk yang serupa atau identik, tetapi tidak ada satu perusahaan yang menguasai pasar secara penuh. Kendaraan listrik dan konvensional berada pada struktur pasar oligopoli karena banyaknya produsen yang mendominasi pasar dan terus berkompetisi untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. Meskipun kendaraan listrik sedang berkembang pesat dan bersaing dengan kendaraan konvensional, mereka tetap berada pada industri yang sama dengan beberapa produsen yang saling berkompetisi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan tersebut diantaranya adalah :
1. Inovasi Teknologi
Perusahaan kendaraan listrik lebih mengedepankan pada aspek inovasi teknologi misalnya pada pengembangan teknologi baterai yang lebih efisien, sedangkan pada kendaraan konvensional lebih memperhatikan aspek bahan bakar yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
2. Regulasi dari Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mendorong adanya pengurangan emisi karbon dan memilih untuk beralih ke teknologi yang lebih bersih, lain halnya dengan kendaraan konvensional yang masih mengedepankan teknologi hybrid yang membuatnya menghadapi tantangan besar yakni mengalihkan investasi secara besar-besaran ke teknologi listrik.
3. Preferensi Masyarakat
Meskipun sudah ada insentif dari pemerintah, masyarakat bisa saja beralih ke kendaraan listrik, namun masih terdapat beberapa pertimbangan yang membuat masyarakat harus berpikir beberapa kali sebelum beralih ke kendaraan konvensional. Masyarakat dengan kelas menengah ke bawah cenderung akan memilih kendaraan konvensional, sedangkan masyarakat dengan kelas menengah keatas akan lebih memilih kendaraan listrik. Dikarenakan, pertama untuk akses pengisian energi listrik itu belum merata di semua wilayah, tidak sebanyak ketika pengisian bahan bakar konvensional. Kedua, kapasitas jarak tempuh dan kekhawatiran akan sisa baterai yang tidak mumpuni untuk dilakukan perjalanan jauh menjadikan alasan bagi masyarakat. Ketiga, mahalnya baterai yang digunakan untuk mengganti bahan energi listrik itu sendiri dikarenakan kendaraan listrik itu sendiri harus diganti selama 5 tahun sekali. Keempat, harga kendaraan listrik tetap mahal walaupun sudah diberikan subsidi oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Meskipun di Indonesia masyarakatnya sudah banyak tertarik ke kendaraan listrik namun masih banyak hal yang menjadi pertimbangan masyarakat, terutama dalam kurangnya infrastruktur yang menunjang kebutuhan akan energi listrik bagi kendaraan listrik. Untuk menjadikan kendaraan listrik sebagai yang utama dalam industri otomotif, diperlukan adanya peningkatan infrastruktur yang memadai serta dukungan dari pemerintah dan pihak terkait.
Dengan adanya ini, kita bisa menjadikan kendaraan listrik sebagai pendorong bagi kemajuan transportasi global yang bersih dan berkelanjutan.