Konten dari Pengguna

Pentingnya Keberadaan Komunikasi Non Verbal

nopiaamusnetii
Saya adalah seorang mahasiswa yang mengambil jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.
30 September 2024 15:04 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nopiaamusnetii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keterangan: Contoh berbagai macam komunikasi non verbal ditunjukkan dengan berbagai macam gerakan tubuh. (Sumber: https://www.shutterstock.com/id/search/komunikasi-non-verbal?image_type=photo)
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: Contoh berbagai macam komunikasi non verbal ditunjukkan dengan berbagai macam gerakan tubuh. (Sumber: https://www.shutterstock.com/id/search/komunikasi-non-verbal?image_type=photo)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komunikasi nonverbal memiliki prinsip dimana aspek-aspek dari komunikasi yang tidak melibatkan penggunaan kata-kata, melainkan menggunakan sinyal, gerakan tubuh, dan ekspresi wajah. Interaksi yang terjadi antara pesan nonverbal dan verbal itu saling berkaitan satu sama lain serta pesan nonverbal juga dapat membantu mengelola impresi seseorang dalam berbagai konteks.
ADVERTISEMENT
Salah satu prinsip yang merupakan kunci dalam komunikasi nonverbal adalah bahwa pesan nonverbal bisa berinteraksi dengan pesan verbal dalam berbagai cara. Misalnya, komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk mengaksentuasi atau menonjolkan bagian tertentu dari pesan verbal. Contoh, ketika seseorang menggunakan intonasi untuk menekankan kata-kata tertentu dalam sebuah kalimat. Contoh lainnya yaitu ketika komunikator lupa bagaimana cara mengucapkan sebuah kata, dengan gerak gerik tubuh saja maka komunikan akan mengerti apa pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator tersebut tanpa membutuhkan kata yang dilupakan oleh komunikator sebelumnya. Selain itu, pesan nonverbal juga bisa digunakan untuk melengkapi pesan verbal, memberikan nuansa tambahan yang tidak bisa disampaikan hanya dengan kata-kata. Misalnya, senyuman saat bercerita bisa memberi kesan humor atau persetujuan yang lebih kuat daripada jika hanya mengandalkan kata-kata saja. Contoh lainnya seperti saat ada perbincangan antar teman sebaya. Salah satu temannya itu curhat tentang masalah yang dialaminya yang membuat dia bersedih, sebagai seorang teman yang baik kita bisa memberikan nasehat secukupnya dan mendengarkan ceritanya dengan seksama tanpa membanding-bandingkan kisah yang dia alami dengan dirinya.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, pesan nonverbal juga bisa mengontradiksi pesan verbal. Ini terjadi ketika seseorang menyampaikan informasi yang secara verbal mengatakan satu hal, tetapi sinyal nonverbal mereka menyampaikan sesuatu yang berbeda, seperti ketika seseorang mengatakan bahwa mereka tidak marah, tetapi bahasa tubuhnya menunjukkan sebaliknya. Contoh yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari ialah ketika kita melihat seseorang seperti habis menangis semalaman penuh tetapi waktu kita tanya dia hanya menjawab aku gapapa kok. Pesan nonverbal dapat digunakan untuk mengontrol alur percakapan, misalnya dengan memberi isyarat menggunakan tangan untuk menunjukkan keinginan berbicara atau meminta giliran dalam diskusi. Ini adalah bentuk komunikasi nonverbal yang sering kali terjadi dalam diskusi kelompok atau interaksi publik. Gerak gerik melihat jam juga menunjukkan bahwa seseorang yang kita ajak bicara tidak bisa melanjutkan topik pembicaraan tersebut karena ia memiliki kegiatan yang lain dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek penting lain adalah fungsi pengulangan (repetisi) dalam pesan nonverbal. Misalnya, seseorang dapat mengulangi pesan verbal dengan menggunakan gestur atau ekspresi wajah yang sesuai untuk memperkuat apa yang telah dikatakan secara verbal. Hentakan kaki beberapa kali ke tanah juga merupakan bentuk repetisi komunikasi non verbal karena merasa kesal. Pesan nonverbal juga bisa berfungsi sebagai pengganti pesan verbal, seperti menggunakan anggukan kepala untuk menyampaikan persetujuan alih-alih berkata "ya". Menyilangkan kedua tangan juga melihatkan ketidaksetujuan dengan topik yang dibahas selain berkata “tidak setuju”.
Komunikasi nonverbal memainkan peran kunci dalam manajemen kesan atau bagaimana seseorang menampilkan dirinya di hadapan orang lain. Berdasarkan berbagai faktor, seperti penampilan fisik, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah, orang lain akan membuat penilaian tentang siapa kita dan bagaimana kepribadian kita. Mengetahui strategi komunikasi nonverbal yang dapat digunakan untuk mengelola kesan tersebut. Misalnya, jika seseorang ingin tampil ramah dan disukai, mereka dapat melakukan kontak mata yang fokus, bersikap terbuka, serta menggunakan gerakan tangan yang hangat dan ramah. Sebaliknya, jika seseorang ingin menunjukkan kekecewaan atau ketidakpuasan, mereka dapat menggunakan isyarat nonverbal seperti menutupi wajah dengan tangan atau menggelengkan kepala. Orang yang banyak melakukan gerakan tidak beraturan ketika berbicara menunjukkan ia berada di situasi yang gugup dan merasa tidak nyaman. Cara kita mengelola kesan yang kita ciptakan terhadap orang lain tidak hanya penting dalam interaksi sosial sehari-hari, tetapi juga dalam konteks profesional, seperti komunikasi di tempat kerja, presentasi di pengadilan, atau bahkan dalam interaksi di layanan kesehatan Kita harus menempatkan bagaimana kita berkomunikasi dalam berbagai aspek, salah satunya ialah dimana kita berada ketika melakukan komunikasi dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Poin penting lainnya adalah bagaimana komunikasi nonverbal tetap relevan dalam komunikasi elektronik di mana ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau kontak mata tidak dapat langsung digunakan. Dalam konteks ini, penggunaan simbol, seperti emotikon, menjadi pengganti untuk menyampaikan nuansa pesan nonverbal yang tidak bisa ditangkap dalam teks tertulis. Misalnya, emotikon senyum atau tanda centang dapat menunjukkan persetujuan atau keramahan dalam pesan teks. Simbol yang digunakan dalam komunikasi nonverbal elektronik tidak selalu bersifat universal karena dalam beberapa budaya, emotikon atau tanda tertentu mungkin memiliki arti yang berbeda. Ini menunjukkan pentingnya sensitivitas budaya dalam berkomunikasi nonverbal, baik secara langsung maupun melalui media elektronik.
Secara keseluruhan, pesan nonverbal memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan pemahaman komunikasi verbal. Sinyal-sinyal nonverbal dapat memperkaya pesan verbal, tetapi juga dapat menimbulkan kebingungan jika tidak selaras dengan kata-kata yang diucapkan. Oleh karena itu, penting untuk menjadi sadar dan peka terhadap pesan nonverbal yang kita kirimkan maupun yang kita terima dari orang lain. Kita perlu memahami pentingnya keterampilan komunikasi nonverbal dalam hubungan interpersonal dan situasi profesional, di mana sinyal-sinyal ini dapat memberikan kesan yang lebih mendalam tentang siapa kita sebenarnya. Dalam hubungan dekat, seperti komunikasi antar pasangan atau anggota keluarga, pesan nonverbal dapat menjadi kunci untuk membangun kepercayaan dan saling pengertian. Di tempat kerja, keterampilan ini juga penting untuk menunjukkan otoritas, empati, atau rasa hormat terhadap rekan kerja dan atasan. Melakukan komunikasi dengan terburu-buru juga mengakibatkan topik yang kita bahas ketika berkomunikasi menjadi blur atau tidak jelas arahnya kemana.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang saya sebutkan barusan, tantangan besar dalam komunikasi nonverbal adalah perbedaan budaya. Sinyal nonverbal seperti kontak mata, jarak antar individu, atau ekspresi wajah dapat memiliki makna yang sangat berbeda tergantung pada latar belakang budaya seseorang. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengingat konteks budaya dalam setiap interaksi.
Komunikasi nonverbal adalah aspek fundamental dari interaksi manusia yang sering kali terjadi secara tidak disadari namun memiliki dampak yang besar. Dalam berbagai konteks—baik itu hubungan personal, profesional, atau antarbudaya—kemampuan untuk memahami dan mengelola sinyal nonverbal sangat penting untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Pesan-pesan nonverbal tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap atau penekanan dari pesan verbal, tetapi juga dapat menggantikan, mengontrol, atau bahkan mengontradiksi pesan-pesan yang disampaikan secara verbal. Pada akhirnya, memahami komunikasi nonverbal memerlukan kepekaan terhadap sinyal yang disampaikan oleh tubuh dan ekspresi wajah, serta kepekaan terhadap konteks budaya di mana komunikasi terjadi. Dengan menguasai keterampilan ini, seseorang akan lebih mampu menciptakan hubungan yang bermakna, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
ADVERTISEMENT
Ditulis Oleh Nopia Musneti
Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Andalas