Konten dari Pengguna

Perkembangan Demokrasi Indonesia

Nopia Musneti
Saya adalah seorang mahasiswa yang mengambil jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.
6 Oktober 2024 8:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nopia Musneti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu bentuk Kekacauan di negara demokrasi (Sumber: https://www.shutterstock.com/id/image-vector/happy-international-democracy-day-september-15-2512654107)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu bentuk Kekacauan di negara demokrasi (Sumber: https://www.shutterstock.com/id/image-vector/happy-international-democracy-day-september-15-2512654107)
ADVERTISEMENT
Keadaan Demokrasi Indonesia Saat Ini Perkembangan demokrasi di Indonesia berubah sejak reformasi 1998, ketika kekuasaan otoriter Soeharto berakhir. Namun, saat ini, kondisi demokrasi Indonesia masih menjadi topik perdebatan yang tidak menemukan titik terang di kalangan akademisi, politisi, dan masyarakat. Pada satu sisi, demokrasi Indonesia memberikan berbagai ruang bagi partisipasi politik dan kebebasan berpendapat, tetapi di sisi lain, banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga kualitas demokrasi. Kita kali ini akan membahas apakah demokrasi yang ada di Indonesia saat ini mengalami kemajuan atau kemunduran dari masa-masa sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sejarah Singkat Demokrasi di Indonesia Demokrasi di Indonesia dimulai sejak kemerdekaan pada tahun 1945. Konsep demokrasi Pancasila kemudian menjadi pedoman dalam pembangunan sistem politik Indonesia. Namun, setelah era Demokrasi Parlementer berakhir pada tahun 1959, Presi
den Soekarno menggunakan sistem Demokrasi Terpimpin yang lebih terpusat pada kekuasaan eksekutif.
Era orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto membawa stabilitas politik tetapi mengorbankan kebebasan politik dan demokrasi yang sejati. Setelah turunnya Soeharto pada tahun 1998, Indonesia memasuki era reformasi yang menandai kembalinya demokrasi multipartai, pemilihan umum yang lebih transparan, serta kebebasan berpendapat dan pers.
Kemajuan demokrasi Indonesia pasca reformasi Setelah reformasi, Indonesia mengalami berbagai kemajuan demokrasi. Pemilu yang berlangsung mulai dilaksanakan sejak tahun 2004 untuk memilih presiden, diikuti oleh pemilihan kepala daerah yang disebut Pilkada. Sistem pemilu ini memungkinkan masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam menentukan pemimpin mereka. Pemilu di Indonesia telah dianggap cukup kompetitif dengan partisipasi masyarakat yang tinggi, terutama dalam pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Kebebasan pers juga berkembang pesat setelah reformasi. Sebelum tahun 1998, pers di Indonesia dikendalikan dengan ketat oleh pemerintah melalui sistem sensor, tetapi setelah reformasi, media memiliki kebebasan yang lebih besar untuk melaporkan berita, mengkritik kebijakan pemerintah, dan mengungkap kasus-kasus korupsi. Hal ini memperkuat peran media sebagai pilar keempat demokrasi. Sistem multipartai juga semakin matang. Meskipun Indonesia memiliki banyak partai politik, beberapa partai besar telah muncul dan memantaskan diri sebagai kekuatan politik utama di negara ini. Kompetisi antara partai politik ini telah menciptakan dinamika politik yang lebih plural dan memungkinkan masyarakat memiliki berbagai pilihan politik.
ADVERTISEMENT
Tantangan Demokrasi di Indonesia Meskipun ada kemajuan signifikan, demokrasi Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan. Beberapa masalah utama meliputi korupsi politik, kualitas pemilu, kebebasan sipil yang terkikis, nepotisme, serta potensi kembalinya otoritarianisme dalam bentuk baru.
1. Korupsi Korupsi masih menjadi salah satu masalah utama yang bersarang pada demokrasi di Indonesia. Banyak pejabat publik, baik di tingkat nasional maupun daerah, terlibat dalam kasus-kasus korupsi. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dibentuk untuk memerangi korupsi di Indonesia, namun efektivitas lembaga ini mulai dipertanyakan setelah revisi undang-undang KPK pada tahun 2019 yang dianggap melemahkan lembaga tersebut. Korupsi yang terus merajalela menunjukkan bahwa integritas demokrasi di Indonesia masih lemah dan reformasi lebih lanjut diperlukan untuk memperbaiki sistem. Tidak jarang kita temukan hukuman yang diterima oleh para koruptor ini terkesan ringan dan tidak memberatkan sama sekali.
ADVERTISEMENT
2. Kebebasan Sipil Meskipun kebebasan pers meningkat setelah Reformasi, ada kekhawatiran bahwa kebebasan sipil di Indonesia sedang terkikis. Sejumlah kasus hukum yang menjerat aktivis, jurnalis, dan pengguna media sosial atas tuduhan pencemaran nama baik atau pelanggaran UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) menunjukkan adanya pembatasan kebebasan berpendapat. UU ITE sering dianggap digunakan sebagai alat untuk membungkam kritik terhadap pemerintah, sehingga menciptakan rasa takut di kalangan masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya. Masyarakat cenderung takut untuk mengkritik pemerintahan yang ada saat ini karena mereka takut terjerat pidana. Selain itu, isu kebebasan beragama juga menjadi perhatian. Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas Muslim, insiden intoleransi agama dan kekerasan terhadap minoritas agama masih sering terjadi.
ADVERTISEMENT
3. Kualitas Pemilu
Kualitas pemilu di Indonesia telah berkembang dengan sistem yang lebih transparan dan demokratis, namun kualitas pemilu juga menjadi sorotan. Munculnya politik uang dan patronase di setiap pelaksanaan pemilu menunjukkan bahwa sistem politik Indonesia masih rentan terhadap praktik-praktik yang merobohkan demokrasi. Pemilih sering kali dipengaruhi oleh uang dan bukan oleh kualitas calon, sehingga sulit untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar berkualitas. Ini telah terbukti sekarang dengan berbagai kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat. Selain itu, penyelenggaraan Pilkada serentak juga menimbulkan tantangan tersendiri. Masyarakat terbagi menjadi kubu-kubu yang mendukung kandidat tertentu, sehingga meningkatkan ketegangan sosial yang terkadang berujung pada kekerasan.
4. Otoritarianisme Baru Salah satu kekhawatiran yang berkembang adalah adanya tanda-tanda kembalinya otoritarianisme dalam bentuk baru. Meskipun Indonesia secara formal tetap menjadi negara demokrasi, beberapa pengamat mencatat adanya konsolidasi kekuasaan yang terpusat pada eksekutif. Pemerintah sering kali menggunakan instrumen hukum dan aparat keamanan untuk mengendalikan ruang kebebasan sipil, baik melalui pembatasan demonstrasi atau penangkapan terhadap aktivis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa militer mulai mendapatkan kembali peran yang lebih besar dalam politik. Meskipun Reformasi telah mengeluarkan militer dari ranah politik praktis, beberapa peristiwa menunjukkan bahwa militer masih memainkan peran penting dalam stabilitas politik di Indonesia. Ini menjadi perhatian serius bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Demokrasi Indonesia Meskipun menghadapi berbagai tantangan, demokrasi Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu kunci memperkuat demokrasi adalah melalui pendidikan politik yang lebih baik kepada masyarakat. Pendidikan politik yang baik akan membantu masyarakat memahami pentingnya pemilu yang jujur dan adil, serta mendorong keterlibatan mereka dalam proses politik secara aktif. Selain itu, penguatan institusi-institusi demokrasi seperti KPK, pengadilan, dan lembaga pemilu sangat diperlukan untuk menjaga agar demokrasi tetap berjalan dengan baik. Reformasi di bidang hukum dan birokrasi juga penting untuk memerangi korupsi dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah.
Peran masyarakat dan media dalam mengawasi jalannya pemerintahan juga sangat penting. Masyarakat yang kuat akan mampu menekan pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel, sementara media yang bebas akan terus menjadi pengawas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT