Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Emansipasi Wanita
27 September 2022 17:37 WIB
Tulisan dari Nor Kasyifah Kamaliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum memasuki ranah perkuliahan, mindset yang saya tanamkan hanya satu, menjadi wanita yang berpendidikan. Namun setelah lima semester menjalani pendidikan di kampus, saya rasa menjadi wanita yang berpendidikan saja tidak cukup untuk merubah dunia. Menjadi seorang wanita adalah tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas generasi-generasi bangsa dimasa depan. Karena anak yang hebat, tentunya lahir dari seorang ibu yang hebat pula. Tak jarang saya dengar, “Untuk apa berpendidikan tinggi, perempuan pasti jadi ibu rumah tangga juga.”
ADVERTISEMENT
Sebagai wanita berpendidikan, tentu saya menyetujui perkataan tersebut. Seorang wanita memang posisinya adalah ibu dalam kehidupan berumah tangga. Karena itulah, pendidikan anak tentunya seratus persen berada dalam tanggung jawab ibunya. Anak yang cerdas memiliki sosok ibu yang cerdas dalam mendidik anaknya.
Setiap manusia memiliki hak untuk berpendapat, berkontribusi dalam segala hal, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Wanita juga memiliki hak dalam membuat keputusan tanpa terikat dengan kodrat. Karena apa? Kodrat perempuan itu hanya tiga, menstruasi, melahirkan, dan menyusui. Selain dari tiga hal tersebut tidak dapat diklaim sebagai kodrat seorang perempuan. Laki-laki pun bisa mencuci, menyapu, atau membeli keperluan rumah tangga tanpa harus malu karena melakukan aktifitas yang biasa dikerjakan oleh perempuan.
ADVERTISEMENT
Perempuan tidak bisa seterusnya diikat dengan kata kodrat. Apa fungsinya Emansipasi Wanita yang diajarkan oleh RA. Kartini jika hingga saat ini wanita masih diselimuti oleh bayang-bayang kodrat. Wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam semua bidang. Wanita boleh berkarir, berpendidikan setinggi-tingginya tanpa takut dihantui oleh kata “Ibu Rumah Tangga”.
Sekarang saya tidak bingung lagi ketika ditanya, “Kuliah lama-lama mau jadi apa?”. Karena menjadi hebat tidak butuh alasan.