Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mitos Fakta Kekayaan dan Investasi : Realita yang Perlu diketahui
2 Juli 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Euis Nurlaela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Investasi dianggap sebagai kunci untuk mendapatkan kekayaan yang besar. Tapi seberapa benarkah pandangan ini? Marilah kita lihat lebih dalam dari sudut pandang mitos dan fakta tentang keuangan dan investasi.
ADVERTISEMENT
Inilah Realita Mengenai Mitos dan Fakta Menjadi Kaya Karena Investasi
Berdasarkan laporan terbaru, di Indonesia dapat dikatakan Orang Kaya jika sebagai individu memiliki kekayaan di atas US$1 juta atau sekitar Rp15 miliar (The Wolf Report 2022, Night Consulting). Hal ini mempengaruhi sekitar 0,03% dari populasi Indonesia. Pada tingkatan yang lebih tinggi, ada yang disebut "Crazy Rich" atau mereka yang memiliki kekayaan mencapai 30 juta dolar AS atau sekitar Rp450 miliar, yang mempengaruhi sekitar 0,000067% dari populasi. Hal ini menunjukkan tingkat ketimpangan yang signifikan dalam distribusi kekayaan di Indonesia.
Mungkin banyak dari kita yang percaya bahwa berinvestasi di pasar saham adalah kunci untuk menjadi kaya. Akan tetapi, dengan melihat beberapa contoh orang terkaya di Indonesia dan dunia, kami melihat pola yang menarik. Sebagai contoh, Bapak Budi dan Bapak Michael Hartono, serta Bapak Sri Prakash Lohia, sebagian besar kekayaannya terkonsentrasi pada saham-saham perusahaan-perusahaan besar seperti BCA, TWR, dan perusahaan-perusahaan tekstil terkemuka lainnya. Hal serupa dapat dilihat pada skala global dengan kepemilikan saham Bernard Arnault dari LVMH dan Elon Musk dari Tesla.
ADVERTISEMENT
Namun, penting untuk diingat bahwa mereka tidak menjadi kaya hanya karena memiliki saham-saham ini. Sebagian besar kekayaan mereka berasal dari bisnis yang mereka bangun atau jalankan, dan saham hanya menjadi bagian dari portofolio investasi mereka setelah membangun bisnis yang sukses. Elon Musk, contohnya, dikenal karena mendirikan perusahaan seperti Tesla dan SpaceX, dapat dikatakan dia kaya bukan hanya sebatas memiliki saham-saham tersebut melainkan memiliki bisnis yang lain juga.
Strategi diversifikasi, yang sering diajarkan dalam manajemen keuangan, mengajarkan kita untuk membagi portofolio investasi untuk mengurangi risiko. Namun demikian, orang-orang terkaya di dunia sering kali memiliki kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa aset utama. Sebagai contoh, sebagian besar kekayaan Pak Hartono berasal dari saham BCA, bukan dari diversifikasi yang luas. Hal ini menunjukkan bahwa strategi ini tidak sepenuhnya dapat diterapkan untuk tujuan menjadi sangat kaya.
ADVERTISEMENT
Pendekatan investasi dapat berbeda tergantung tujuan masing-masing. Menurut teori Markowitz yang diperluas, alokasi aset harus disesuaikan dengan tingkat risiko dan fase kehidupan. Ini termasuk:
1. Personal Risk Bucket: Fase yang bertujuan untuk menghindari kemiskinan dan kebangkrutan dengan membangun dana darurat melalui investasi pada aset yang relatif aman seperti emas, reksa dana pasar uang, dan deposito.
2. Market Risk Bucket: Ketika gaya hidup kita stabil, kita dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi pada aset-aset yang lebih berisiko seperti saham blue chip, reksa dana saham, dan obligasi untuk mencapai kemapanan finansial.
3. Aspirational Bucket: Tahap ini memungkinkan kita untuk mengambil risiko yang lebih besar pada aset-aset dengan konsentrasi tinggi seperti bisnis, properti, atau bahkan kripto, yang memiliki potensi imbal hasil yang besar namun juga berisiko tinggi.
ADVERTISEMENT
Dari paparan diatas dapat disimpulan bahwa mitos yang menyatakan bahwa kekayaan hanya dapat dicapai melalui investasi saham perlu dipertanyakan. Sementara investasi adalah komponen penting dari strategi keuangan, kekayaan sejati sering kali berasal dari membangun atau menjalankan bisnis yang sukses. Diversifikasi tetap penting untuk mencapai keamanan finansial dan kebebasan finansial, tetapi tidak selalu menjadi jalan untuk menjadi kaya raya.
Jangan sampai kekeliruan dalam memahami investasi membawa kita pada penipuan-penipuan investasi bodong, yang mengiming-imingi cepat kaya hanya bermodal investasi. Perlunya mempelajari kisah sukses seperti Ronald Read, seorang petugas pom bensin dan tukang bersih-bersih, kemudian menjadi miliarder melalui investasi yang cermat sepanjang hidupnya, menunjukkan bahwa kerja keras, kecerdasan dalam berinvestasi, dan pengetahuan yang mendalam mengenai industri atau bisnis tertentu adalah kunci untuk mencapai kekayaan yang besar.
ADVERTISEMENT