Konten dari Pengguna

Mengenal Teori Belajar Psikologi Kognitif dan Pendekatan Konstruktivisme

Nova Pebriyani
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2 Oktober 2024 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nova Pebriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Dokumentasi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Dokumentasi Penulis
ADVERTISEMENT
A. Teori Belajar Psikologi Kognitif
Kata kognitif berasal dari kata kognisi yang berarti kata benda. Yang memiliki beberapa pengertian antara lain, proses untuk memperoleh pengetahuan, upaya dalam menggali pengetahuan melalui pengalamannya sendiri, atau proses pengenalan lingkungan oleh seseorang dan hasil pemerolehan pengetahuan. Pengertian Kognitif ini merujuk pada proses mental yang terlibat dalam pemahaman, pemrosesan, penyimpanan, dan penerapan informasi. Kognisi mencakup aktivitas seperti persepsi, memori, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan bahasa.
ADVERTISEMENT
Teori psikologi kognitif merupakan bagian penting dari ilmu kognitif yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam proses perkembangan psikologi pendidikan. Pendekatan ini menekankan pentingnya memahami proses mental internal pada manusia. Adapun para ahli kognitif berpendapat bahwa perilaku manusia tidak selalu dapat sepenuhnya diukur atau dijelaskan tanpa melibatkan proses mental, seperti motivasi, niat, dan keyakinan. Pendekatan kognitif sering kali dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik.
Lalu dalam pandangan psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah proses mental, yang bukan hanya perilaku jasmaniah. Meskipun perilaku eksternal lebih jelas dalam berbagai aktivitas belajar siswa. Contohnya, ketika seorang anak belajar membaca dan menulis, tentu ia menggunakan alat jasmaniah seperti mulut dan tangan. Namun, tindakan mengucapkan kata atau menulis bukan sekadar respons terhadap stimulus, melainkan hasil dari dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
ADVERTISEMENT
Menurut Piaget, anak-anak tidak hanya menyerap informasi secara pasif, tetapu mereka memiliki dorongan untuk memahami dan memberi makna pada apa yang mereka lihat, dengar, dan alami. Tentunya proses belajar ini bersifat konstruktif, yang berarti bahwa anak-anak menggunakan pengalaman mereka untuk mengembangkan struktur mental dan kemudian mengubah atau memperluas skema tersebut melalui proses asimilasi dan akomodasi.
B. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari bahasa Belanda yaitu “to construc” yang memiliki arti membentuk. Artinya, Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki merupakan sebuah hasil dari proses pembentukan kita sendiri. Adapun para ahli berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu dengan keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar. Jadi, Pendekatan Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menekankan bahwa pengetahuan di bangun oleh setiap individu dengan melalui pengalaman dan interaksi sosial, di mana individu dapat terlibat aktif dalam proses belajar.
ADVERTISEMENT
Teori konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vigotsky juga dikatakan sebagai teori konstruksi sosial yang menekankan bahwa, kecerdasan manusia berasal dari interaksi dengan masyarakat, lingkungan, dan budaya disekitarnya.
Jadi, tujuan dari penggunaan pendekatan ini untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Metode pembelajaran yang erat kaitannya dengan konstruktivisme adalah metode pembelajaran penemuan atau discovery learning dan konsep belajar bermakna atau meaningful learning.
1. Faktor Internal, merupakan faktor perubahan alami atau yang dimiliki oleh stiap anak, ada 3 faktor di dalam faktor internal ini. Diantaranya:
ADVERTISEMENT
a. Faktor bawaan. Teori navisme berpendapat bahwa perkembangan anak telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, fakor-faktor itulah yang dinamakan dengan fakor pembawaan dan pembawaan yang telah terdapat pada waktu anak dilahirkan itulah yang akan menentukan perkembangannya kelak.
b. Faktor kematangan. Faktor ini berhubungan dengan usia kronologis atau usia kalender. Jadi, setiap anak yang mencapai target kematangan, shingga sudah sanggup dalam melakukan fungsinya masing-masing
c. Faktor minat dan bakat. Faktor ini mengarahkan pada dorongan dan potensi yang dimiliki setiap anak.
2. Faktor eksternal, merupakan faktor perkembangan pada anak yang berasal dari luar. ada 3 faktor di dalam faktor eksternal ini. Diantaranya:
a. Faktor lingkungan. Menurut John Locke, anak dilahirkan seperti kertas putih yang bersih tanpa noda, seperti contohnya, dalam perkembangannya tersebut menjadi penuh dengan tulisan, dan bagaimana tulisan tersebut akan ditentukan oleh fakor lingkungan.
ADVERTISEMENT
b. Faktor pembentukan. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembentukkan sengaja (pendidikan di sekolah), dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam dan lingkungan sekitar).
c. Faktor kebebasan. Kebebasan merupakan keleluasaan manusia untuk berfikir divergen atau menyebar yang artinya, bahwa anak dapat memilih metode tertenu dalam menyelesaikan tugasnya ataupun memecahkan masalah.
- Belajar merupakan sebuah proses aktif, artinya, peserta didik secara aktif mengarahkan belajarnya menggunakan berbagai input yang mereka terima.
- Anak juga harus belajar dengan baik dan menyelesaikan berbagai konflik kognitif melalui pengalaman, refleksi dan metakognitif.
- Peserta didik secara aktif berusaha mengonstruksikan makna.
- Konstruksi pengetahuan tidak hanya dilakukan secara individual tetapi juga dapat dilakukan secara sosial.
ADVERTISEMENT
- Guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak dan teori belajar.
- Pembelajaran harus dikonseptualisasikan, artinya belajar paling bagus apabila materi baru berhubungan dengan materi yang telah diberikan sebelumnya.
- Mengonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan cara mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang telah di pelajari.
Dengan demikian, prinsip-prinsip dasar konstruktivisme menekankan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, interaksi sosial, pengalaman konkret, refleksi, dan dukungan guru yang tepat.
Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi