Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bunga Ruellia untuk Deteksi Boraks dan Formalin Pada Jajanan Anak
3 September 2019 20:59 WIB
Tulisan dari Noval Kurniadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesehatan anak merupakan salah satu indikator penentu untuk mencapai generasi emas Indonesia di masa mendatang. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru sekolah teramat penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan makanan yang sehat dan bersih setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Namun, ditengah kesibukan orang tua, tidak semua anak dibawakan bekal saat ke sekolah. Mungkin bisa saja membawa bekal, tapi yakinlah anak-anak juga sangat tergoda jajan diluar bekal yang telah dibawakan oleh bapak dan ibunya. Nah, ini dia yang menjadi bumerang bagi kita semua. Amankan jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak kita??
Jajanan yang sering kali kita temui di sekolahan anak-anak antara lain cilok, cimol, siomay, telur gulung, gorengan, bakso, kerupuk, pempek, sosis goreng, batagor dan mie gelas. Kebersihan mungkin menjadi tolok ukur utama penganan yang sehat, namun tak jarang beberapa makanan tersebut juga masih mengandung bahan-bahan kimia berbahaya seperti boraks dan formalin.
Bahaya mengintai dibalik boraks dan formalin
Isu mengenai penggunaan boraks dan formalin memang sudah lama diperbincangkan, sayangnya masih banyak pelaku usaha “nakal” yang masih menggunakan kedua bahan kimia berbahaya ini pada jajanan anak. Padahal kedua bahan ini masuk ke kategori bahan yang bersifat toksik alias beracun.
ADVERTISEMENT
Boraks sejatinya digunakan untuk membuar campuran detergen, glasi enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, dan pengawet kayu. Demikian pula dengan formalin, bahan ini biasanya digunakan sebagai pengawet pada mayat, bahan tambahan kosmetik, perabot kayu, dan desinfektan kuat.
Boraks bila tertelan dalam jumlah tinggi dapat meracuni sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan usus, hati, ginjal dan otak. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan kerusakan hati dan kanker. Selain itu, dampaknya pada ibu hamil juga akan mengganggu kesehatan dan perkembangan janin.
Efek buruk boraks bekerja pada jangka waktu lama, ia akan tertimbun dan terakumulasi terlebih dahulu dalam tubuh, kemudian akan menimbulkan efek samping seperti pusing, mual, muntah, diare, kejang bahkan koma. Pada anak kecil dan bayi, jika boraks ada di dalam tubuh sebanyak 5 gram saja maka akan menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Makanan yang mengandung boraks dan formalin sekilas tidak akan berbeda tampilannya secara visual. Ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin biasanya tidak mudah hancur, kenyal, sangat renyah, tahan lebih dari 3 hari (tidak busuk dan berjamur), berwarna lebih mencolok, dan juga tidak dikerubungi oleh lalat dan semut.
Namun terkadang hal ini luput dari perhatian kita, karena anak-anak yang jajan tentu tidak memperhatikan hal semacam ini ketika mereka membeli jajanan. Asalkan ramai, rasanya enak, warnanya menarik maka anak-anak sudah lahap menyantapnya.
Peran antosianin dalam bunga Ruellia: zat yang sensitif terhadap perubahan pH
Pada prosedur pemeriksaan di laboratorium kimia, formalin dapat dideteksi dengan menggunakan uji Fuchsin, Tollens dan Fehling. Sedangkan untuk deteksi boraks melalui uji nyala dengan asam sulfat. Namun pemeriksaan ini memerlukan bahan kimia dan peralatan standar laboratorium. Hal ini tentunya akan sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk menguji apakah ada kandungan boraks dan formalin dalam makanannya.
Staf dan peneliti di Departemen Kimia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berhasil menemukan cara deteksi mudah boraks dan formalin menggunakan indikator ekstrak herbal, yaitu bunga Ruellia (Ruellia tuberosa). Bunga Ruellia ini berwarna ungu berbentuk terompet ini banyak ditemukan di pinggir jalan dan juga sangat mudah tumbuh dimana-mana.
ADVERTISEMENT
Tanaman bunga yang berasal dari Meksiko, Karibia dan Amerika Selatan ini memiliki kandungan pigmen antosianin. Zat antosianin ini yang memberikan warna ungu pada bunga Ruellia. Prinsip utama dalam penemuan ini adalah memanfaatkan zat antosianin yang sensitif terhadap derajat keasaman (pH) lingkungan yang ditandai dengan perubahan warna. Pada dasarnya antosianin yang terdapat pada bunga Ruellia memiliki penanda warna: merah untuk pH 1-3, coklat-kemerahan untuk pH 5-6, coklat-kehijauan untuk pH 7-8, hijau untuk pH 9-11 dan kuning untuk pH 13-14.
Penyuluhan jajanan sehat dan pemeriksaan boraks dan formalin pada jajanan anak
Tepatnya pada tanggal 27 dan 29 Agustus 2019, para staf dan peneliti dari Departemen Kimia Kedokteran FKUI melakukan pengabdian masyarakat (Program Aksi UI untuk Negeri) dengan topik “Penyuluhan jajanan sehat, pelatihan pemeriksaan boraks dan formalin dalam pangan jajanan anak dengan indikator ekstrak herbal”. Program ini dilaksanakan dengan total peserta mencapai lebih dari 50 orang yang terdiri dari ibu-ibu kader PKK setempat dan pedagang jajanan sekolah. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok – Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Penyuluhan dibuka dengan pemaparan materi singkat oleh Dr. Ade Arsianti, M.Si selaku ketua dari program ini. Ibu Ade menjelaskan bahwa penggunaan boraks dan formalin masih marak di sekitar kita terutama digunakan oleh para pedagang nakal. “Dampak boraks dan formalin itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan otak anak-anak kita” tuturnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa media seperti Kompas dan portal online resmi Kota Depok (www.depok.go.id), BPOM bersama Dinas Kesehatan setempat melakukan sidak ke beberapa pedagang di pasar sekitar Jakarta dan Depok. Hasilnya masih ditemukan sampel tahu dan mie yang berformalin dan berboraks, meskipun jumlahnya sudah berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di masyarakat, boraks yang dikenal sebagai “bleng” masih diyakini sebagai resep turun-temurun untuk pembuatan kerupuk gendar.
ADVERTISEMENT
“Meskipun penyalahgunaan boraks dan formalin sudah menurun, namun kita sebagai orang tua harus tetap waspada” tutur Ibu Ade.
Deteksi boraks dan formalin dengan menggunakan ekstrak bunga Ruellia
Setelah sesi pemaparan materi, ibu-ibu melakukan uji pemeriksaan terhadap sampel makanan yang telah dibawa sebelumnya. Para ibu dibagi ke dalam empat kelompok dengan didampingi oleh staf dari Departemen Kimia FKUI.
“Cara deteksinya sangat mudah, hanya dengan menggunakan peralatan sederhana di rumah. Cukup siapkan ulekan, pipet tetes, wadah berongga kecil seperti tempat cat air (palet), sampel makanan, air putih dan beberapa helai bunga Ruellia.” Jelas Ibu Ade sembari melakukan demo pemeriksaan singkat.
Sampel makanan dihancurkan sampai halus dan ditambahkan sedikit air. Setiap sampel makanan ditaruh di rongga palet yang berbeda-beda. Bisa diberikan label nama untuk menandai makanan apa saja yang diujikan untuk memudahkan identifikasi makanan. Lakukan hal yang sama pada bunga Ruellia, dihaluskan dan diberikan sedikit air.
ADVERTISEMENT
Setelah semua siap, ambil beberapa tetes cairan ekstrak bunga Ruellia dan kemudian teteskan pada masing-masing sampel makanan. Amati perubahan warna pada sampel makanan. Apabila makanan positif mengandung boraks maka warnanya akan berubah menjadi hijau karena pH boraks sekitar 9-11. Apabila makanan positif mengandung formalin, maka warnanya akan berubah menjadi coklat-kemerahan karena pH formalin sekitar 5-6.
Lalu bagaimana dengan makanan yang tidak mengandung keduanya? Makanan yang bebas formalin dan boraks akan berwarna ungu atau tidak mengalami perubahan warna seperti aslinya warna ekstrak yang ditambahkan ke makanan pada awalnya. Perubahan warna yang terjadi sangat singkat hanya beberapa menit saja sudah bisa terlihat hasilnya.
Beberapa jajanan anak ternyata positif mengandung boraks dan formalin
Beberapa hasil yang diperoleh sangat mengejutkan, kerupuk gendar legendaris yang khusus dibawa dari daerah Jawa Tengah oleh seorang ibu memberikan hasil boraks positif. “waduh saya doyan banget sama ini kerupuk, ternyata selama ini saya sudah kenyang makan boraks ya” ujar ibu tersebut.
Begitu pula dengan hasil sampel jajanan anak lainnya yang diujikan antara lain lontong, sosis goreng, papeda, cireng, cimol, cilok, makaroni dan mie. Beberapa memberikan hasil yang positif formalin dan boraks. Tidak lupa dibuat pula kontrol uji dengan menggunakan boraks dan formalin sebagai acuan warna. Perubahan warna semua sampel semua diamati dan dicatat.
ADVERTISEMENT
“Kini, ibu bisa melakukan tes terhadap jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anaknya, mudah dan cepat hanya dalam hitungan menit saja. Semoga dengan adanya edukasi ini, para orang tua dapat melindungi anak dari bahaya boraks dan formalin” ujar Ibu Ade sekaligus menutup kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan Ratu Jaya.