Konten dari Pengguna

Obat Setelan Berbahaya dan Merugikan

Novalina Purba
ASN Badan POM RI. Domisili di Banda Aceh. Apoteker, Ekpertis di bidang pengujian Obat. Menyukai laut, hujan dan senja.
2 Februari 2025 12:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novalina Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Obat Setelan. Sumber: dok. pribadi dibuat oleh AI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obat Setelan. Sumber: dok. pribadi dibuat oleh AI
ADVERTISEMENT
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memperketat pengawasan terhadap peredaran obat setelan yang belakangan banyak digunakan masyarakat. Obat jenis ini juga sudah pernah dibahas dalam berita aktual pada website resmi Badan POM RI pada kegiatan koordinasi dengan pemangku kepentingan di bidang kefarmasian yaitu Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) dan Asosiasi Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) tentang peredaran Obat-Obat Tertentu dan Obat Setelan di toko Obat pada 28 Juni 2024.
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang dimaksud dengan obat setelan? Menurut BPOM RI yang dijelaskan melalui kanal Instagram yang dirilis pada 14 Januari 2024, obat setelan adalah obat yang berisi beberapa tablet atau kapsul yang dikemas dalam satu plastik dan diklaim dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Obat setelan menjadi layanan yang menarik untuk ditawarkan kepada masyarakat dalam rangka swamedikasi terhadap penyakit yang dideritanya.
Swamedikasi
Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan untuk mengobati gejala atau penyakit berdasarkan diagnosa pribadi tanpa rekomendasi dari petugas kesehatan. Swamedikasi juga mencakup penggunaan obat yang diresepkan untuk penyakit kronis dan penyakit berulang. Umumnya swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dari dokter.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan artikel yang dikutip dari goodstats.id, swamedikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya status ekonomi dan akses tempat tinggal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zakiah Machfir pada tahun 2021-2023, masyarakat berpenghasilan rendah lebih banyak melakukan swamedikasi dibandingkan dengan masyarakat berpenghasilan tinggi dihubungkan dengan semakin mudah bagi masyarakat berpenghasilan tinggi untuk mendapatkan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan. Penelitian ini juga membandingkan swamedikasi di daerah pedesaan dan perkotaan. Pada tahun 2023 tercatat 80.9% masyarakat pedesaan melakukan swamedikasi.
Faktor yang berperan terhadap tingginya swamedikasi masyarakat adalah sulitnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dipicu oleh jarak tempuh yang jauh dan fasilitas jalan yang tidak memadai. Selain faktor tersebut WHO menyebutkan bahwa swamedikasi dipengaruhi faktor lain seperti distribusi obat yang berlebihan, sikap pasien terhadap penyedia layanan kesehatan, faktor sosial ekonomi, lamanya waktu tunggu di fasilitas kesehatan, biaya pengobatan, tingkat pendidikan, usia dan keyakinan masyarakat tentang obat-obatan dan penyakit itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Maraknya perilaku swamedikasi menimbulkan celah yang dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk memperoleh keuntungan. Penjualan obat-obatan di warung-warung dan toko di sekitar pemukiman penduduk sudah banyak ditemui. Untuk masyarakat yang memprioritaskan kemudahan, e-commerce salah satu pilihan yang sangat digemari. Obat-obat dengan harga murah dapat diperoleh dengan cepat. Contohnya obat sakit gigi, obat ini tersedia dalam satu kemasan yang terdiri tiga macam obat. Tujuan penggunaan obat ini adalah untuk menghilangkan rasa sakit, bengkak dan infeksi. Obat yang dikemas adalah asam mefenamat, deksametason dan amoxicillin yang sudah dilepas dari kemasan aslinya. Obat-obat ini lalu dikemas ulang dengan merk yang baru atau hanya dikemas dalam plastik. Obat-obat inilah yang dimaksud oleh BPOM sebagai obat setelan.
ADVERTISEMENT
Jenis Obat Setelan
Menurut BPOM, obat setelan ada dua jenis yaitu obat setelan bermerek dan obat setelan tanpa merek. Obat setelan bermerek biasanya dikemas dalam sebuah plastik, karton atau dalam bentuk rentengan dengan merek dan penandaan tertentu. Obat setelan tidak bermerk biasanya hanya berupa tablet yang sudah dilepas dari kemasannya sehingga akan sangat sulit untuk mengetahui identitas obatnya. Obat ini tidak memiliki informasi produk yang jelas terkait nama obat, komposisi, nomor bets, tanggal kedaluarsa. Obat setelan biasanya tidak diketahui indikasi, dosis dan aturan pakainya. Kebanyakan obat ini termasuk golongan obat keras yang seharusnya diperoleh dengan resep dokter. Hal ini menyebabkan penggunaan obat setelan menjadi tidak rasional dan sangat berbahaya karena keamanan, khasiat serta mutu obat tidak terjamin.
ADVERTISEMENT
Kesalahan Pengobatan
Penggunaan obat yang tidak rasional berpotensi menimbulkan efek samping serius. Menurut artikel yang ditulis El-Nimr, dkk di Eastern Mediterranean Health Journal, potensi risiko penggunaan obat yang tidak tepat, dosis yang tidak akurat, dapat mengakibatkan reaksi merugikan. Obat ini dapat menutupi gejala untuk sementara dan mengakibatkan pasien akan menunda untuk berobat ke sarana pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan terjadinya keparahan atau komplikasi yang serius.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan mikroorganisme menjadi resisten terhadap antibiotik yang akan menyebabkan kegagalan pengobatan di masa yang akan datang. Penggunaan analgesik (pereda nyeri) yang tidak rasional dapat menyebabkan efek samping termasuk berbagai komplikasi gastrointestinal, efek buruk pada fungsi ginjal, risiko kejadian kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan gangguan hati. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah interaksi obat-obatan tersebut yang berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan obat golongan kortikosteroid seperti deksametason dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti naiknya berat badan, tekanan darah dan kadar gula darah. Golongan obat ini juga meningkatkan terjadinya osteoporosis.
ADVERTISEMENT
Penggunaan obat yang tidak rasional juga dapat mempengaruhi ibu hamil dan menyusui. Pada ibu hamil terjadi perubahan fisiologi yang menyebabkan perubahan karakteristik obat dalam darah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan pergerakan saluran cerna melambat sehingga dapat meningkatkan konsentrasi obat yang akan diserap. Untuk pertumbuhan janin, plasenta dan perkembangan organ lain pada bayi terjadi peningkatan volume darah hampir 50%. Hal ini akan mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh. Untuk beberapa obat ini akan berpengaruh pada perkembangan janin. Distribusi obat-obat tertentu yang menembus plasenta janin dapat berakibat pada kecacatan bahkan keguguran. Obat-obat yang mempunyai kelarutan tinggi dalam lemak atau pun pengaruh dari sifat asam basanya akan ditemui dalam Air Susu Ibu. Walaupun jumlahnya sedikit, penggunaan obat-obatan tertentu dapat memberikan efek yang merugikan pada bayi yang disusui.
ADVERTISEMENT
Gunakan Obat yang Tepat dan Aman
Penggunaan obat setelan harus dihindari untuk mencegah terjadinya efek yang merugikan akibat penggunaan obat yang salah. Pastikan obat-obat yang digunakan untuk swamedikasi merupakan obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dan aman digunakan. Apabila gejala tidak berkurang dalam waktu tiga hari segera konsultasikan penyakit dengan dokter untuk mendapatkan diagnosa yang tepat. Pastikan obat yang digunakan aman dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan obat yang baik dan benar.