Konten dari Pengguna

Gotong Royong untuk Transformasi Pendidikan

Novarty Eka Putriana
Istri sekaligus ibu dari dua jagoan kecil. Menulis menjadi hobi baru yang memberi bermacam pelajaran menarik. Banyak cerita yang layak dibagi, yang pastinya bernilai manfaat untuk pembaca. Percayalah, berbagi itu membahagiakan dan bikin candu.
23 Juni 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novarty Eka Putriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pentingnya transformasi pendidikan dalam perkembangan global (Sumber foto: unspalsh.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pentingnya transformasi pendidikan dalam perkembangan global (Sumber foto: unspalsh.com)
ADVERTISEMENT
Tanggapan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, baru-baru ini seolah membungkam banyak komentar mengenai fasilitas pendidikan gratis. Kenapa anak-anak di negara lain, seperti negara-negara Nordik, bisa menempuh pendidikan penuh tanpa biaya, sedangkan di Indonesia tidak? Baru terwujud Wajib Belajar 12 tahun, sedangkan untuk perguruan tinggi, masih menjadi tanggungan pribadi.
ADVERTISEMENT
Padahal, tidak ada yang namanya gratis di dunia ini. Di balik segala macam kebebasan tanggungan pendidikan itu, pajaklah yang menutupi. “Memang anak tidak bayar, tapi yang membayar adalah orang tuanya. Pajak bisa 65-70% dari penghasilan,” ungkap beliau. Orang tua menginvestasikan sebagian besar penghasilan demi menjamin pendidikan anak-anak mereka. Itulah faktanya.

Transformasi Pendidikan dalam Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka yang berlaku saat ini, menjadi transformasi besar-besaran dalam dunia pendidikan Indonesia dengan metode merdeka balajar dan digitalisasinya. Melihat hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, kemampuan baca siswa Indonesia masih rendah serta kemampuan sains dan numerasinya masih di bawah rata-rata. Kemudian disusul dengan kejadian pandemi Covid-19, melahirkan kurikulum adaptif sebagai solusi agar tak tertinggal dari perkembangan global.
ADVERTISEMENT
Kucuran anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD pun terus meningkat setiap tahunnya, yang mana dari APBN 2024 ini mencapai Rp665 triliun. Pengelolaannya dipioritaskan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, sarana dan prasarana terutama di daerah 3T, serta penguatan vokasi dan sertifikasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Deretan target program prioritas dalam angka sudah dinyatakan Nadiem Makariem, Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi.
Target dan alokasi dana untuk program prioritas pendidikan tahun 2024 (Infografis: Dokumentasi Pribadi)
Itu yang menjadi target, bagaimana dengan yang telah terealisasi? Kurikulum Merdeka memiliki platform Merdeka Mengajar agar para guru ini bisa saling berbagi cara kreatif mengajar dan mengikuti pelatihan mandiri. Ada juga Rapor Pendidikan dengan kecerdasan datanya untuk merencanakan kegiatan pendidikan, Asesmen Nasional yang berbasis komputer, Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) dengan koleksi buku-bukunya yang bisa diunduh secara gratis, Portal Webinar Kurikulum Merdeka, serta menyediakan website khusus untuk sosialisasi dan berita online di segala media oleh Kemdikbudristek. Semua sudah berjalan dan naiknya hasil tes PISA tahun 2022 5-6 posisi membuktikan bahwa langkah ini menunjukkan hasil signifikan.
ADVERTISEMENT
Target 1 juta guru untuk diangkat menjadi ASN PPPK telah mencetak rekor baru dengan perekrutan 544 ribu guru. Hingga 2023, pendistribusian laptop menembus 1,25 juta demi mendukung kegiatan belajar mengajar dan manajemen sekolah. Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), infrastruktur pendidikan pun tak henti dibangun. Salah satunya, berdasar data Pusdatin Kemdikbudristek 2022-2023, dari 221.929 satuan pendidikan, sudah lebih dari 85% di setiap jenjangnya memiliki akses internet. Serta di Maret tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga bergerak bersama dengan merenovasi dan rehabilitasi 50 unit sarana dan prasarana sekolah di 18 provinsi.
Di perguruan tinggi, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tak kalah pula aksi nyatanya. Berhasil mengubah kehidupan lebih dari 760 ribu mahasiswa berkat kesempatan dan pengalaman belajar di luar kampus, seperti industri, sekolah, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penumpasan kekerasan dalam pendidikan, intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual (3 Dosa Besar Pendidikan) terus diupayakan maksimal agar hak belajar aman dan nyaman dapat terwujud. Setiap sekolah diwajibkan membentuk Tim Penanganan dan Pencegahan Kekerasan (TPPK), di mana berdasarkan data Dapodik per tanggal 23 Juni 2024, 91,42% sekolah telah membentuknya. Sedangkan untuk jenjang perguruan tinggi, seluruh universitas telah memiliki Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS).
Peran besar orang tula dalam kesuksesan pendidikan anak, tak luput dari perhatian. Program Ibu Penggerak tetap berjalan dan telah meluluskan ribuan ibu dengan bekal ilmu perkembangan pendidikan terkini agar dapat menjadi pendamping anak dan juga menularkannnya kepada lingkungan sekitar.
Inilah ekosistem pendidikan. Tidak hanya sebatas membangun sekolah, menggaji guru, mengajar siswa, lalu selesai. Namun, simpul-simpul setiap pemerannya menjadi inti keberlanjutan yang mencakup segala lini masyarakat.
ADVERTISEMENT

Konsep Gotong Royong dalam Pajak

Tidak mungkin dipungkiri bahwa proses pelaksanaan segala rencana, termasuk pendidikan, membutuhkan modal yang tidak sedikit. Mengingat begitu luasnya wilayah Nusantara dan begitu banyaknya penduduk yang berhak akan pendidikan tersebut, sebagai mana tercantum dalam amanat UUD 1945. Dan pajak adalah salah satu roda penggeraknya.
Pernahkah terpikir bahwa ketika membayar pajak, maka kita tengah berada dalam sebuah upaya gotong royong untuk mencerdasakan kehidupan bangsa? Secara serentak, bersama-sama. Pajak yang dibayarkan bukan semata sebagai pengeluaran, melainkan investasi. Investasi massal yang hasilnya tidak melulu berupa pengembalian uang berlipat, namun generasi yang akan membawa perubahan dengan ilmu yang diemban selama menempuh pendidikan.
Bayangkan bila semua beban biaya pendidikan ditanggung secara individu. Yang bersekolah, itu yang menanggung. Seluruhnya, mulai dari tenaga pengajar, sarana dan prasarana, hingga kebutuhan lain yang tak mungkin hanya berhenti di lingkungan sekolah saja. Tentu biaya yang dikeluarkan akan berlipat karena keringanan dari gotong royong tak dirasakan. Sudut pandang inilah yang memampangkan besarnya manfaat pajak untuk menunjang pendidikan. Investasi dan gotong royong.
ADVERTISEMENT
Meski terkesan ketinggalan zaman, analogi sapu lidi dalam konteks bergoting royong, rasanya masih menjadi yang paling jelas menggambarkan. Bersama pasti akan lebih kuat dan mampu menyelesaikan tugas berat.
Referensi
Infografis Pendididkan 2022/2023 oleh Pusdatin Kemdikbudristek
kemdikbud.go.id
pajak.go.id