Konten dari Pengguna

Berita Terkini: Dampak Sampah Impor dan Pencemaran Laut di Indonesia

Novia Dwi Angesti
Saat ini penulis merupakan mahasiswa prodi akuntansi di Universitas Airlangga
10 Oktober 2024 11:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novia Dwi Angesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Enam karung sampah di satu titik lokasi Pantai Kenjeran Surabaya (sumber: foto pribadi penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Enam karung sampah di satu titik lokasi Pantai Kenjeran Surabaya (sumber: foto pribadi penulis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pencemaran laut telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling kompleks dan berbahaya di dunia. Laut telah menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di dunia, dengan limbah dari masyarakat dan industri terus berakhir di sana tanpa henti. Sampah yang dibuang ke sungai mengalir menuju laut, merusak ekosistem laut dan memicu siklus berbahaya. Ketika ikan yang tercemar ini dikonsumsi oleh manusia, racun dan polutan masuk kembali ke rantai makanan kita, mengancam kesehatan manusia secara langsung.
ADVERTISEMENT
Pencemaran laut bukan hanya merusak kelestarian laut, tetapi juga mengancam kesehatan manusia secara langsung. Namun, dunia tampaknya menutup mata terhadap permasalahan ini. Biaya tinggi untuk pengelolaan sampah menyebabkan negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, mengambil langkah yang lebih murah dengan mengimpor sampah mereka ke negara-negara berkembang. Ironisnya, Indonesia, yang masih bergelut dengan masalah sampah domestik, harus menanggung tambahan beban dari luar negeri. Pada tahun 2018 saja, Indonesia menerima 321.000 ton sampah dari Amerika Serikat.
SAMPAH PLASTIK ADALAH MONSTER BAGI LINGKUNGAN INDONESIA
Dominasi sampah yang berada di laut Indonesia juga berasal dari sampah domestik. Sampah-sampah ini didominasi plastik dengan persentase mencapai 60-80 persen yang terdiri dari sedotan, minuman gelas, dan kantong plastik. Hal ini disebabkan oleh (1) tingkat pengetahuan tentang sampah di Indonesia yang masih rendah, (2) sikap dan pola tingkah laku masyarakat Indonesia yang masih membuang sampah di sepanjang bantaran sungai, dan (3) tidak dikelolanya sampah domestik dengan benar.
ADVERTISEMENT
Adapun dampak dari permasahan ini yaitu:
1. Terkontaminasinya Makhluk Laut
Sebanyak 26% populasi ikan di Indonesia terkontaminasi plastik, menurut data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Ketika ikan-ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, racun plastik dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius, termasuk risiko cacat fisik dan gangguan otak pada bayi bagi ibu hamil yang terpapar.
2. Polusi Mikroplastik pada Air dan Tanah
Polusi plastik tidak hanya terbatas di laut. Melalui siklus air, mikroplastik yang terkontaminasi menguap dan menjadi hujan, mencemari air tanah yang kita gunakan sehari-hari. Akumulasi bahan kimia berbahaya ini dalam tubuh manusia dapat memicu berbagai penyakit kronis dan memperparah krisis air bersih yang sedang kita hadapi.
3. Kerugian Ekonomi bagi Nelayan
ADVERTISEMENT
Nelayan Indonesia adalah salah satu kelompok yang paling merasakan dampak pencemaran laut. Mereka seringkali menangkap lebih banyak sampah plastik daripada ikan. Proses membersihkan sampah dari jaring memakan waktu berjam-jam, mengurangi produktivitas dan pendapatan nelayan. Bahkan, banyak kawasan pantai yang dulunya kaya dengan hasil laut kini beralih menjadi lautan plastik.
Urgensi ini harus cepat diselesaikan. Perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan ini. Pemerintah harus memulai dengan memperketat regulasi dan pengawasan untuk mengatasi impor sampah. Langkah-langkah ini harus diikuti dengan kebijakan yang lebih kostruktif, seperti memulangkan kembali sampah ke negara asal dan meningkatkan biaya untuk pengelolaan sampah. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah harus ditingkatkan. Masyarakat harus diinformasikan tentang dampak negatif dari penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung program daur ulang. Contoh praktis seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan tas belanja yang dapat digunakan kembali, dan mengikuti program daur ulang plastik dapat dilakukan secara berkelanjutan. Perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa lautan, sebagai salah satu sumber daya alam yang vital, dapat pulih dan berkelanjutan di masa depan. Pendidikan lingkungan yang efektif, kampanye sosial media, dan program edukatif dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Dengan demikian, kita dapat menghadapi tantangan global pencemaran laut dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat. Perubahan yang berkelanjutan dan efektif dalam mengelola sampah dapat membantu menjaga kelestarian laut dan kesehatan manusia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Penulis: Novia Dwi Angesti
Institusi: Universitas Airlangga