Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Romance dalam Novel Soekarno Kuantar ke Gerbang
16 Juni 2023 16:32 WIB
Tulisan dari NOVIA FITRI ZAHROH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karya sastra adalah hasil rangkaian kata yang dilahirkan oleh pengarang untuk menciptakan ragam seni tulisan. Pengarang melahirkan ragam seni tulisan untuk menumbuhkan gambaran percintaan yang disusuun oleh kata-kata keindahan. Cinta adalah seni keindahan yang dihardirkan oleh Tuhan. Kehadirannya mewarnai kehidupan, dan melahirkan misteri akan cerita datang dan juga menghilang.
ADVERTISEMENT
Lewat karyanya, Ramadan Karta Hadimidja, seorang sastrawan menciptakan kata-kata keindahan untuk menggambarkan akan perjalanan cinta dari sosok Soekarno dan Inggit Ginarsih. Cerita roman itu ditungkan dalam novel yang berjudul Soekarno Kuantar ke Gerbang. Dalam novel ini dijelaskan tentang sosok perempuan tangguh Inggit Ginarsih. Namanya sedikit asing ditelinga masyarakat Indonesia. Memang kenyataannya namanya telah hilang, sebelum pemilik nama itu menginjakkan kakinya menuju gerbang kemerdekaan.
Inggit Ginarsih mulanya adalah ibu kos dari Soekarno, yang sedang melanjutkan sekolahnya di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau sekarang dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Inggit juga merupakan istri dari Haji Sanusi atau kang Ucup yang merupakan petinggi dari Sarekat Islam (SI). Saat itu Soekarno menetap di rumah Inggit yang membuat rumah Inggit selalu ramai akan para mahasiswa yang merupakan teman dari Soekarno. Sosok Soekarno menjadi perhatian bagi teman-temannya, karena kecakapannya berbicara, dan juga kecakapannya dalam menjelaskan pemikiran-pemikiran dengan bahasa yang mudah dipahami.
ADVERTISEMENT
Tiap malam Inggit selalu menemani Soekarno yang sedang belajar dan juga membaca buku-buku. Di lain sisi, Inggit juga khawatir akan suaminya yang selalu pulang larut malam, entah mengurus Sarekat Islam atau berkumpul di billiar, yang menjadi tempat lelaki lanjut usia yang dilanda kebosanan. Mulai saat itu hubungan antara Inggit dan Soekarno semakin dekat, bahkan Soekarno menceritakan akan rumah tangganya dengan Utari, anak dari H.O.S Tjokroaminoto.
Kedekatan mereka membuat Soekarno mengutarakan akan perasaannya dengan Inggit. Inggit pun merasa nyaman akan sosok Soekarno yang selalu menemani dirinya di rumah bahkan ia mendapatkan pemahaman baru karena Soekarno selalu menceritakn segala hal kepada Inggit. Soekarno menginginkan sosok istri yang dapat menjadi sosokibu, kekasihin, dan juga kawan. Semua itu ada dalam diri Inggit Ginarsih. Percintan yang semakin bergejolak membuat mereka melakukan kesalahan dan akhirnya mereka bercerai secara baik-baik dengan pasangannya masing-masing.
Mulai sudah awal percintaan Inggit Ginarsih. Kini impian Soekarno terwujud, ia telah memiliki istri yang bisa dijadikan Ibu, kekasih, dan juga kawan. Perbedaan umur tidak menjadi penghalang bagi percintaan mereka. Inggit lima belas tahun lebih tua dibandingkan Soekarno. Percintaan mereka layaknya Nabi Muhammad dan Siti Khodijah, menjalin cinta kisah dengan perbedaan umur yang membentang. Perjalan kisah mereka sangatlah sama, tetapi memiliki akhir cerita yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Inggit merupakan sosok perempuan tangguh yang selalu menemani Soekarno kemanapun ia pergi. Inggit menemani Soekarno berpidato dari satu tempat ke tempat lainnnya. Bahkan sosok Soekarno yang saat itu menjadi mahasiswa membuat Inggit harus menjadi tulang punggung dari keluarga kecilnya itu. Inggit harus menafkahi dirinya, suaminya, dan juga Omi, anak angkat mereka. Perjuangan itu, ia tempuh dengan menjual roko, menjadi buruh cuci, dan juga menjait kutang dan baju. Bahkan saat Soekarno dipenjarakan di Benceu, ia setiap pagi berkunjung ke tempat itu untuk memastikan suaminya baik-baik saja, meski perjuangan selalu sia-sia karena ia mendapat penolakan dari penjaga Belanda.
Usaha Inggit tak berhenti, ia tetap mengirimkan makanan dan juga koran kepada penjaga Belanda untuk diserahkan kepada suaminya itu. Enam bulan lamanya ia selalu melakukan kegiatan yang sama mengirimkan koran, makanan, dan juga uang kepada suaminya. Bahkan uang itu ia sembunyikan dibalik makanan yang ia buat. Setelah enam bulan lamanya, akhirnya Inggit berhasil menemui Soekarno. Tetapi saat itu pemerintahan Belanda sangat ketat pengamanannya, membuat Soekarno tidak dapat menerima buku-buku bahkan koran dari luar. Inggit tidak kehilangan akal, ia mengirimkan Al-Qur’an dan ia juga memberikan tanda-tanda akan situasi di luar penjara lewat ayat-ayat yang ia tandai.
ADVERTISEMENT
Inggit dengan setia selalu menemani perjuangan Soekarno untuk mencapai kemerdekaan. Bahkan saat Soekarno mendapat tuntutan selama lima tahun, ia tetap melakukan kegiatan rutinnya mengirimkan makanan dan juga uang. Saat krisis ekonomi melanda, ia harus menempuh jarak 10 km dengan jalan kaki untuk mengunjungi suaminya yang dipenjara di Sukamiskin. Soekarno mendapat potongan tahanan selama dua tahun, yang membuat dirinya sudah terbebas dari tahanan. Setelah keluar dari tahanan, Soekarno melanjutkan kegiatan rutinnya, berpidato dari satu tempat ke tempat lainnya. Tak usah ditanya, sosk Inggit selalu setia menemani suaminya itu.
Saat pergi ke Jakarta, Inggit tidak menemani suaminya yang sedang berada di rumah Tamrin. Ketika itu Soekarno ditangkap kembali oleh polisi, akibat tulisannya yang memprovokasi rakyat. Ia kembali dibawa ke dalam penjara Sukamiskin. Iya kembali mengikuti sidang di Landrand, tempat pengadilan, tetapi tempat itu jauh dari kata keadilan. Hasil pengadilan itu memutuskan bahwa Soekarno mendapat hukuman diasingkan di Ende, Florest, sebuah pulau dibagian Timur.
Inggit dengan setia menemani Soekarno ke tempat pengasingan di Ende. Perempuan itu dengan teguh pendiriannya tetap menemani suaminya ke tempat pengasingan. Bahkan ia tak menghiraukan para saudara perempuannya yang melarang dirinya untuk ikut ke tempat pengasingan bersama Soekarno. Berbagai ujian selalu mengahampiri sosok Inggit Ginarsih. Di tempat pengasingan, Inggit juga harus kehilangan ibunya yang meninggal karena penyakit malaria.
ADVERTISEMENT
Inggit menemani Soekarno ke tempat pengasingan di Bengkulu. Tempat pengasingan yang baru itu, membawa badai bagi rumah tangga Soekarno dan juga Inggit. Soekarno memiliki anak angkat baru bernama Fatmawati yang merupakan anak dari Hasan Din. Saat Fatmawati tinggal di rumah mereka, Soekarno selelu membedakan dengana anak lainnya. Hubungan mereka bukan lagi antara ayah dan anak angkat, bahkan hubungan mereka lebih dekat saat Inggit mengantarkan Omi ke Yogyakarta untuk mengantarkan anaknya lanjut ke tingkat sekolah yang lebih tinggi. Sosok perempuan tangguh itu awalnya tak menuduh suaminya berselingkuh dengan anak angkatnya itu. Ia menangkis omongan para tetangga yang mengatakan bahwa suaminya menjalin kasih dengan Fatmawati. ia tak mau mempercayai omongan tetangga, meski benar ceritanya, ia harus mendengarkan itu semua dari mulut suaminya.
ADVERTISEMENT
Terdiam dia, saat suaminya mengatakan bahwa hal itu adalah kebenaran. Soekarno mengatakan bahwa dirinya ingin mempunyai keturunan, dan itu hanya ia dapatkan jika ia menikahi Fatmawati. Inggit tak dapat berkutik, ia mengaanggap bahwa rumahtangganya akan baik-baik saja meski tanpa kehadiran anak kandung. Rumah tangga mereka yang telah dibagun selama 20 tahun, hancur seketika. Sosok inggit tak dapat mengahadirkan keturunan bagi suaminya itu, dikarenakan ia mandul dan juga umurnya yang sudah diangka lanjut usia.
Inggit menentang akan ucapan suaminya yang akan memadu dirinya. Ia berpegang teguh bahwa ia anti akan poligami. Inggit berjanji akan melepaskan suaminya saat ia selesai dari masa pengasingan dan kembali ke Bandung, ia tak ingin namanya jelek karena meninggalkan suminya di tempat pengasingan.
ADVERTISEMENT
Saat pemerintahan Jepang, Soekarno dibebaskan dari masa pengasingan. Ia menempati sebuah rumah yang berada di Jalan Pegangsaan Timur no.56 Jakarta. Tempat itu hanya sebentar Inggit singgahi. Ia menepati ucapannya, dengan berat ia menginjinkan suaminya utnuk menikahi Fatmawati meski harus menempuh jalan perceraian. Tak ada bantahan dari Inggit, perempuan tangguh itu dengan rela melepaskan suaminya. Selesai sudah perjuangan Inggit Ginarsih, sosok perempuan tangguh yang rela mengorbankan serta merelakan harta bendanya untuk berjuangan menggapai kemerdekaan. Meski namanya telah hilang sebelum kemerdekaan datang.