Konten dari Pengguna

Kepintaran Dibalik Topeng Kenakalan

Novia Fitri Zahroh
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 November 2024 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novia Fitri Zahroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar siswa dan siswi kelas 5 dan 6 di SDN padasuka 4 (Sumber gambar: pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Gambar siswa dan siswi kelas 5 dan 6 di SDN padasuka 4 (Sumber gambar: pribadi).
Peserta didik memiliki kenakalannya masing-masing, dan tentunya kenakalan itu berbeda satu sama lain. Kenakalan peserta didik bukan melambangkan kegagalan dari pendidik. Hanya saja, pendidik belum mampu memahami dan mengetahui karakter dari peserta didik itu sendiri. Mencari perhatian pendidik, menjadi tujuan utama dari kenakalan peserta didik. Tentunya perlu perlakuan lebih bagi peserta didik yang memiliki kenakalan, tetapi perlakuan itu bukan bentakan atau gertakan. Bahkan tak sedikit dibalik topeng kenakalan, terdapat peserta didik yang memiliki kepintaran.
ADVERTISEMENT
Anak lelaki itu bernama Ilham, siswa paling nakal di kelas, bahkan di sekolah itu. Awal mengenalnya, dia sangat mengganggu kegiatan pembelajaran di kelas. Dia selalu menganggu temannya yang sedang belajar. Tentunya timbul marah dan kesal dalam diri pendidik. Beberapa hari dia selalu mengulang kegiatan nakalnya, untuk memancing emosi pendidik. Tetapi kenyataannya, justru bukan kenakalan peserta didik yang menjadi permasalahannya, tetapi kesalahan pendidik yang belum mampu memahami karakter peserta didik.
Kenakalan yang terus berulang, membuat pendidik justru mengincar anak lelaki itu dengan berbagai pertanyaan mengenai pelajaran, dengan harapan ia tak mampu menjawab soal yang diberikan. Tetapi hasil berkata lain, justru ia menjawab soal dengan lantang mengalahkan peringkat satu di kelasnya. Dia juga sanggat tanggap dalam menyerap ilmu baru. Pandangan pendidik, ia adalah anak lelaki yang menyukai pelajaran berhitung. Dan pada akhirnya, pendidik menyadari bahwa kenakalan anak lelaki itu, adalah cara bagi dia untuk mengenal pendidik yang baru dikenalnya.
Gambar siswa dan siswi kelas 5 dan 6 di SDN Padasuka 4 (sumber gambar: pribadi).
Hari-hari berlalu, kini pendidik berteman akrab dengan anak nakalnya itu. Anak lelaki itu selalu memberi warna baru, tentang pembelajaran yang menyenangkan. Anak lelaki yang selalu membantu pendidik untuk mengatur teman-temannya agar tidak nakal di kelas. Anak lelaki yang selalu membantu pendidik untuk mengoreksi jawaban teman-temannya. Anak lelaki yang mengajarin temannya yang kurang paham dalam berhitung. Anak lelaki yang selalu memarahi temannya yang nakal. Anak lelaki yang sangat seru diajak untuk bercerita. Anak lelaki dengan rasa keingin tahuan yang tinggi. Anak lelaki yang selalu bisa diadalkan untuk membantu pendidik. Dan anak lelaki dengan kepintaran yang tertutup topeng kenakalannya.
ADVERTISEMENT
Cerita itu dan anak lelaki nakal itu menyadarkan pendidik, bahwa kenakalan adalah cara peserta didik mencari perhatian. Memang sangat susah bagi pendidik untuk memahami karakteristik masing-masing peserta didik. Tetapi untuk menciptakan kegiatan belajar yang baik, jalan itu harus ditempuh pendidik meski susah dijalani. Karena pada dasarnya, karakteristik peserta didik akan memengaruhi kepribadian, gaya belajar, dan cara pendidik dalam menghadapi peserta didik. Kegagalan dalam mengajar, bukan semata-mata dari kenakalan peserta didik. Pendidik ikut dalam lingkaran kesalahan dari gagalnya pembelajaran di kelas. Karena pada dasarnya, pendidik yang baik pasti akan menghadirkan suasana pembelajaran yang baik.
[Cerita Inspiratif]
Novia Fitri Zahroh
Volunteer Sobat Mengajar di SDN Padasuka 4