Konten dari Pengguna

Merajut Cita Bersama Sobat Mengajar Indonesia Batch 11

Novia Fitri Zahroh
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Juli 2024 6:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novia Fitri Zahroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Kegiatan Sobat Pengajar di SDN Padasuka 4. (sumber gambar: pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Kegiatan Sobat Pengajar di SDN Padasuka 4. (sumber gambar: pribadi)
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah kunci utama dalam menjalani hari-hari kehidupan. Untuk menerjang terjalnya kehidupan, pendidikan menjadi bekal yang amat dibutuhkan oleh semua orang. Dengan bekal pendidikan yang cukup, membuat setiap orang dapat mencerdaskan diri dan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Hal ini tentunya sejalan dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi jalan dalam menciptakan anak-anak hebat yang akan dipersiapkan di masa yang akan datang. Tetapi kenyataanya, masalah pendidikan kini tak kunjung usai.
ADVERTISEMENT
Banyaknya wilayah Indonesia yang tersebar, menjadi sebuah alasan bagi setiap lembaga pemerintahan dengan mudah mengatakan bahwa ketimpangan dalam hal pendidikan sulit dimusnahkan. Bahkan dunia pendidikan menjadi senjata tiap lima tahun sekali, untuk mencari simpati. Belum usai mengatasi permasalahan tersebut, lembaga pemerintah dengan mudahnya membebankan beban administrasi yang begitu rumit bagi para pendidik, yang membuat terciptanya pendidikan yang baik semakin sulit. Jika bukan pemerintah yang disalahkan, lalu siapa yang akan bertanggung jawab, jika kebodohan tersebar di penjuru negeri. Tentunya permasalahan itu dapat diatasi sedikit demi sedikit, jika terciptanya kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan pendidikan.
Adanya permasalahan ketimpangan pendidikan di beberapa daerah Indonesia, membuat beberapa mahasiswa ikut serta dalam memperbaiki permasalahan yang ada. Sobat Mengajar Indonesia merupakan komunitas pengabdian masyarakat yang bergerak dibidang pendidikan dan kesehatan di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Komunitas ini telah berdiri selama 6 tahun, sejak didirikannya pada tanggal 18 Februari 2018. Sobat Mengajar Indonesia melakukan kegitannya di beberapa daerah seperti Lebak, Pandeglang, Lampung, dan Bengkulu. Pada Batch 11 yang diadakan pada tanggal 14 Januari 2024 hingga 12 Februari 2024, Sobat Mengajar Indonesia mengirim beberapa volunteer di daerah Lebak dan juga Pandeglang. Komunitas ini tentunya bergerak dalam bidang pendidikan dengan fokus mengatasi permasalahan Calistung (Baca, Tulis, Berhitung) bagi anak-anak Sekolah Dasar. Karena pada dasarnya, setiap anak khususnya tingkatan Sekolah Dasar harus sudah mendalami tiga kemampuan tersebut, untuk melanjutkan pada tingkatan sekolah selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam meraih pendidikan. Tetapi kenyataanya, ada perbedaan antara pendidikan di perkotaan dan pendidikan di pedesaan. Seperti pendidikan menjadi santapan lezat bagi masyarakat perkotaan, dan pendidikan menjadi agenda rutinan bagi masyarakat pedesaan tanpa mementingkan adanya tujuan. Tentunya hal itulah yang membuat semakian adanya bentang penghalang dalam sistem pendidikan di perkotaan dan pedesaan. Untuk menciptakan pembelajaran yang baik, perlu adanya kerjasama antara pendidik, peserta didik, dan lembaga pendidikan dalam mengatur sistem pendidikan yang tak dapat berdiri sendiri.
Gambar: Halaman SDN Padasuka 4, ketika turun hujan. (sumber gambar: pribadi).
Sistem pendidikan ini tentunya sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan dan sarana pendidikan yang ada. Di pelosok Pandeglang, tepatnya di Kampung Rahong terdapat Sekolah Dasar yang masih jauh dari kata baik. SD Negeri Padasuka 4 adalah Sekolah Dasar yang menampung 40 peserta didik dari tiga desa sekaligus. Sekolah ini memiliki empat bangunan kelas dan satu bangunan kantor guru. Saat hujan tiba, peserta didik hanya dapat menggunakan satu ruang kelas dan satu ruang guru yang telah disekat menjadi empat ruang. Hal ini tentunya dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, karena jarak antar kelas yang berdekatan. Ditambah lagi saat hujan tiba, para pendidik kesulitan dalam menjangkau sekolah, karena jalanan yang penuh tanah merah dan lumpur yang membuat jalanan sulit dilewati. Kesadaran pemerintah sangatlah dibutuhkan dalam hal ini, untuk dapat mengatasi permasalahan pendidikan yang dialami oleh peserta didik dan pendidik yang ada di Kp. Rahong.
ADVERTISEMENT
Sekolah Dasar di sana menerapkan adanya guru pengganti setiap harinya. Dengan alasan yang sederhana, jalanan yang jauh ditempuh, membuat para pendidik terlambat datang ke sekolah. Ketidakefektifan belajar di kelas dan banyaknya beban administrasi bagi para pendidik, membuat pembelajaran sangat terhambat. Hal itu juga yang membuat pengetahuan peserta didik di sekolah itu, tidak sama seperti peserta didik yang ada di sekolah lainnya. Anak-anak juga seakan nyaman dengan dunianya yang selalu dibebaskan dalam tuntutan belajar, bahkan tak sedikit dari mereka yang mengeluh saat adanya pembelajaran setiap harinya yang menghadirkan kebosanan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peserta didik kelas 1 hingga kelas 6 yang masih banyak mengalami kendala dalam bidang Calistung (Baca, Tulis Hitung). Usaha mereka seakan sia-sia, setelah menepuh jarak kurang lebih satu jam dengan berjalan kaki untuk sampai ke sekolahnya, tetapi tidak mendapatkan ilmu pengetahuan. Guru pengganti yang seorang diri seakan prihatin dengan kondisi sekolahnya. Mungkin hal yang mudah bagi guru pengganti untuk keluar dari kampung itu, tapi katanya “hidupnya harus berguna di tempat ia dilahirkan, jika bukan dia mau siapa lagi yang akan peduli” seakan luar biasa niatnya, tetapi tak setimpal dengan apa yang ia dapatkan.
ADVERTISEMENT
Semua orang tentunya tahu, bahwa terciptanya pembelajaran yang baik itu dinilai dari dua sisi, peserta didik dan juga pendidik. Peserta didik selalu mendapat beban akan narasi kegagalan pendidikan, yang mengatakan bahwa kegagalan pendidikan diakibatkan oleh kegagalan peserta didik dalam menyerap ilmu pengetahuan. Satu sisi lainnya, juga ikut menyalahkan bahwa pendidik ikut terlibat dalam kegagalan pendidikan yang ada, meski pada kenyataannya pendidik juga ikut dibebankan dengan banyaknya administrasi yang harus diselesaikan dan pendapatan yang tak setimpal. Pendidik seakan disajikan dua pilihan yang memang harus dijalankan, mengurus administrasi atau mengurus kewajiban mengajar. Tentunya itu hal yang tak mudah dilakukan oleh pendidik, ditambah lagi hak pendidik yang tak setimpal dengan banyaknya kewajiban yang harus dijalankan. Lembaga pemerintahan seharusnya turut andil dalam kegagalan pendidikan, bukan seakan lupa bahwa pendidikan telah gagal dan dibiarkan berkelanjutnya. Jika tak adanya kesadaran, lalu mau sampai kapan pendidikan menjadi hal yang terbelakang.
ADVERTISEMENT