Tiga Mahasiswa Kampus Mengajar Kenalkan Majalah Dinding pada Siswa Sekolah Dasar

Novia Herawati
Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Konten dari Pengguna
12 April 2022 11:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novia Herawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa Kampus Mengajar Penempatan SD Negeri Parunggalih sedang foto bersama siswa-siswi SD Negeri Parunggalih, dok: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Kampus Mengajar Penempatan SD Negeri Parunggalih sedang foto bersama siswa-siswi SD Negeri Parunggalih, dok: pribadi
ADVERTISEMENT
Kampus Mengajar merupakan salah satu program dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud).
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kebijakan ini, mahasiswa memiliki hak belajar di luar program studi selama 3 semester. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills sehingga mahasiswa diharapkan lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Kampus mengajar saat ini sudah memasuki angkatan yang ketiga. Yang mana, berfokus pada peningkatan literasi dan numerasi anak Indonesia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) dan dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 72 negara yang disurvei (Novrizaldi, 2021).
Keberlanjutan program Kampus Mengajar menjadi bukti nyata atas keseriusan Kemdikbud untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Fakta rendahnya tingkat literasi Indonesia menjadikan sebagai salah satu agenda prioritas yang harus diselesaikan segera.
ADVERTISEMENT
Melalui Kampus Mengajar, mahasiswa diberikan kesempatan mengabdi selama satu semester di instansi pendidikan Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama dalam melaksanakan pembelajaran yang terdampak akibat pandemi Covid-19.
Dengan adanya kolaborasi lintas program studi dan lintas universitas, mahasiswa diharapkan mampu mencari solusi bersama atas berbagai permasalahan yang ditemukan di sekolah penempatan masing-masing.
Itulah yang dilakukan oleh tiga mahasiswa Kampus Mengajar angkatan 3 yang ditempatkan di SD Negeri Parunggalih, Kabupaten Pemalang. Ketiganya ialah Novia Herawati (Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya), Chandra Alifian Syah (Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Semarang), dan Untung Wibowo (Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang).
Mereka membuat program kerja majalah dinding yang dinamai “Mini Mading”. Melalui program ini, mereka mengenalkan pengetahuan dasar seputar majalah dinding pada jenjang Sekolah Dasar. Mulai dari mengenalkan apa itu majalah dinding hingga fungsinya.
ADVERTISEMENT
Menurut Tompkins dan Hoskinson (1995), majalah dinding atau lebih dikenal dengan mading adalah salah satu jenis media komunikasi yang dipasang di dinding. Dikatakan majalah dinding karena isinya hampir sama seperti isi majalah pada umumnya, yaitu memuat suatu informasi. Namun, yang membedakan adalah majalah ini dipasang atau pada dinding (Zubaidah & Saptono, 2004).
Adapun salah satu fungsi dari mading yaitu sebagai media penyebaran informasi di lingkup tertentu (dalam program ini di lingkup sekolah). Selain itu, dengan adanya mini mading ini, mereka berharap bisa memberikan ruang bagi siswa untuk berekspresi dan berkreasi dalam menunjukkan karya-karya terbaiknya.
“Program kerja mini mading bertujuan untuk memberikan wadah bagi siswa agar bisa kreatif sehingga dapat menunjukkan hasil karya-karyanya, seperti: gambar, puisi, pantun, dan sebagainya” kata Untung Wibowo, salah satu mahasiswa Kampus Mengajar dari Universitas Negeri Semarang yang ditempatkan di SD Negeri Parunggalih.
ADVERTISEMENT
Saat awal pembuatan, tiga mahasiswa Kampus Mengajar ini mengajak siswa-siswi SD Negeri Parunggalih untuk menghias mini mading. Hal ini dapat melatih keterampilan siswa-siswi dalam berkreasi. Selain itu, tampilan mini mading yang berwarna-warni akan membuat siswa tertarik untuk membaca informasi yang ada di mading. Jadi tanpa disadari akan meningkatkan daya minat siswa dalam membaca (literasi).
Mini Mading yang sudah dihias bersama siswa-siswi SD Negeri Parunggalih, dok: pribadi
Setelah selesai menghias, mini mading akan dipasang di dinding ruang kelas masing-masing. Mading pun sudah siap untuk diisi dengan karya-karya hebat dari siswa. Tidak sampai di sini saja, mereka juga mengupayakan agar program Mini Mading dapat berkelanjutan.
Ketiganya mengaku siap dan terbuka setiap saat apabila ada siswa yang bertanya atau sekedar meminta saran untuk isi konten mini mading. Kedepannya, mereka akan mengadakan setiap satu bulan sekali untuk mengedukasi siswa-siswi mengenai bagaimana cara menulis informasi sebagai konten yang akan diletakkan di mini mading.
ADVERTISEMENT
Chandra, mahasiswa yang juga dari Universitas Negeri Semarang ini berharap, adanya program kerja mini mading yang digagas bersama timnya , dapat membuat siswa lebih kreatif dan berani menampilkan hasil karyanya. Selain itu, semoga mini mading juga dapat menjadi salah satu sarana informasi yang berkaitan dengan kegiatan sekolah.
Semangat berkreasi adik-adik SD Negeri Paruggalih. Yuk budayakan literasi dengan hal-hal kecil di sekitar kita!
Salam literasi.