Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Astrologi Sebuah Peta Tentang Diri Manusia : Sebuah Pengenalan
24 Februari 2017 9:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Noviana Kusumawardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sering sekali ada pandangan skeptis ketika orang berbicara tentang astrologi. Sebenarnya orang-orang ini juga tidak salah karena sangat jarang orang bisa mengerti secara benar apa itu astrologi , terlebih banyak sekali media yang secara ngawur menulis astrologi sebagai ‘ramalan bintang’, padahal lebih tepatnya sebagai “prakiraan energi melalu konstalasi bintang”.
ADVERTISEMENT
Jadi buat orang-orang yang merasa dirinya intelek dan sangat mengedepankan logika menjadi antipati ketika masuk ke khasanah ini. Ilmu astrologi itu adalah salah satu ilmu tertua di dunia seiring dengan berjalannya dunia ini. Hampir semua kebudayaan mengenal ilmu ini. Pada dasarnya ilmu ini sama prinsipnya yaitu membaca konstalasi bintang sebagai acuan dasarnya (ingat dalam cerita kelahiran Yesus, diceritakan ada 3 orang majus yang mengikuti bintang terang untuk menuju Sang Juru Selamat).
Meskipun nama dan sistem pembacaannya tidak sama persis, hampir semua budaya (Barat, Tibet, Jawa, Cina, Hindu, Arab, dll), memakai fenomena alam khususnya bintang adalah cara para leluhur manusia itu mengenal sesama manusia, alam dan Tuhannya. Mengapa konstalasi bintang itu menjadi media untuk ‘membaca’ fenomena alam dan manusia? Sebenarnya sangat sederhana karena alam semesta ini dan manusia memiliki elemen-elemen yang sama yaitu tanah, air, udara dan api (kita memakai acuan astrologi barat).
ADVERTISEMENT
Makrosomos dan mikrosmos ini selalu bersinergi dalam sebuah maha pola yang mengatur seluruh alam semesta ini. Semua bergerak mengikuti pola semesta dan saling berhubungan, bahkan antara satu inti atom dengan inti atom lainnya selalu berhubungan (spiderweb effect).
Ilmu astrologi sendiri (dari bukti-bukti arkeologi) dimulai dari abad 6000-7000 SM dan dikembangkan oleh bangsa Sumeria dan Babylonia kemudian dikembangkan lagi oleh bangsa Mesir dan Yunani, berbagai ilmuwan juga meyakini sebenarnya jauh dari jaman itu sudah ditemukan sebuah sistem konstalasi bintang (banyak peninggalan megalitikum seperti Stone Head di Inggris juga diyakini sebagai salah satu bentuk ilmu konstalasi bintang).
ADVERTISEMENT
Pada awal-awal Masehi, ilmu astrologi dianggap sebagai sebuah cabang ilmu yang ‘sesat’ oleh gereja katolik, sampai Santa Agustine dari Hippo ( 354-430 M) sedikit memberi ruang gerak bagi perkembangan ilmu ini yaitu dengan orang boleh mempelajarinya tetapi tidah boleh membagikannya kepada orang lain. Ilmu astrologi baru benar-benar berkembang pada jaman pemerintahan Kalifah Al Mansur di Bahgdad sekitar tahun 764 M menaruh minat yang besar kepada ilmu ini dengan memperkerjakan seorang astrologer Yahudi Mashallah untuk mendirikan sekolah astrologi yang pertama di dunia. Sekolah ini menjadi sangat terkenal dan salah seorang astrologer muslim Abu Mas’hur atau lebih dikenal sebagai Albumazar menuliskan buku astrologi yang pertama dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin, yang kemudian hari menjadi pijakan bagi perkembangan ilmu ini di Eropa.
ADVERTISEMENT
Sedangkan astrologi modern mulai dikembangkan mulai tahun 1125 SM oleh pemerintahan Kaisar Frederick II di Spanyol dimana dia memperkerjakan tidak hanya para astrologer Muslim dan Yahudi tetapi juga memperkerjakan Michael Scott, salah satu cenayang Skotlandia yang kemudian menjadi penerjemah buku-buku dari Arab. Alam semesta ini adalah sebuah gerak, demikian juga dengan bintang-bintang dan semua elemen di alam semesta. Jadi misalnya ada pertanyaan “lho kok saya Scorpio berbeda dengan Scorpio yang lain?”. Tentu saja berbeda karena saat diri seseorang lahir dipengaruhi oleh jam lahir dan tahun lahir, dimana setiap detiknya juga terjadi pergeseran gerak planet-planet dan bumi, setiap detik gerak mempengaruhi medan energi sehingga mempengaruhi juga energi dasar setiap mahluk disamping itu juga bagaimana lingkungan seseorang itu bertumbuh tentu saja mempengaruhinya.
ADVERTISEMENT
Terus bagaimana astrologi memiliki kemampuan ‘meramal’? Sekali lagi ini juga gerak energi alam semesta. Seperti halnya badan meteorogi memakai gerak awan untuk ‘meramal’ hujan. Gerak semesta yang berbentuk pola-pola ini sebenarnya begitu mudah ‘dibaca’ karena semua pola ini begitu teraturnya, seperti halnya sesudah hujan besar pastilah akan terang benderang dengan sinar matahari.
Bahkan, kehidupan semua mahluk juga sebuah pola seperti lahir, tumbuh, tua dan mati dan lahir kembali , begitu seterusnya. Gerak pola yang teratur ini memiliki kekuatan yang amat besar untuk ‘mengubah’, jadi ketika manusia ‘melawan’ gerak pola ini pada akhirnya akan berantakan sendiri, maka seperti halnya para leluhur kita melahirkan konsep-konsep keikhlasan menjalani hidup. Maka dengan hanya mengikuti hidup ini seperti air yang mengalir saja, kita akan menari bersama gerak semesta sesungguhnya.
ADVERTISEMENT