Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Penyembuh Terhebat Adalah Welas Asih
23 Februari 2017 9:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Noviana Kusumawardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan modern ini semakin sering kita menjumpai berbagai bentuk penyakit maupun masalah yang semakin hari semakin aneh saja. Banyak orang menghabiskan harta benda yang tak sedikit jumlahnya untuk mencapai kesembuhan. Meskipun penyakit beragam tetapi sebenarnya ada satu akar dari semua itu adalah KEINGINAN. Mengapa keinginan menjadi penyebabnya? Karena ketika keinginan kita tak terpenuh maka akan timbulah berbagai emosi negative seperti kekecewaan, kemarahan, kesedihan dll. Mungkin akan ada pertanyaan “ bagaimana jika yang kita inginkan itu sudah kita dapatkan dan kita bahagia mendapatkannya? Bagaimana mungkin itu akan menimbulkan penyakit ? memang benar, tampak sekilas bahwa ketika kita mendapatkan yang kita inginkan akan bahagia, tetap tidakkan itu akan memicu hal lain yaitu ketakutan akan kehilangan atau kerakusan? Misalnya kita sangat ingin membeli mobil mahal idaman beranikah kita menaruhnya di tepi jalan tanpa dikunci pintu-pintunya? Jika jawabannya tidak berani, mengapa? Karena kita kawatir mobil kita akan diambil orang bukan? Pada intinya semua ketidaknyamanan yang timbul berawal dari batin yang melekat, entah itu melekat pada benda, manusia, maupun pikiran. Kemelekatan inilah yang menimbulkan penderitaan karena tanpa kita sadari kita berharap segalanya permanen , padahal tak ada satupun yang permanen, baik itu kebahagiaan maupun penderitaan. Kita pernah mengalami penderitaan panas yang demikian terik dan saat itu kita berharap “ ah semoga hujan karena hujan di hari yang panas pastinya sangat menyenangkan”, tak lama kemudian kita mendapatkan hujan, pada awalnya kita senang karena sesaat kita merasa bahagia tetapi kemudian ketika hujan terus menerus tak kunjung berhenti, maka kita pun akan mulai merindukan panas. Sebenarnya dalam kasus udara panas ataupun dingin adalah hal yang bisa tetapi yang menjadi masalah adalah ketika kita berusaha mempertahankan segala sesuatu yang menyenangkan itu secara mati-matian disitulah penderitaan dimulai. Kita berusaha secara keras mempertahankan segala hal yang kita sebut sebagai ‘milikku,’ segala hal yang sangat kita sayangi, apakah itu harta benda, sahabat, anak-anak, istri/ suami, bahkan badan jasmani kita, dan ketika kita harus meninggalkan itu semua, maka kita akan merasakan kesedihan yang mendalam, termasuk kekecewaan yang mendalam. Kekecewaan yang mendalam ini berubah menjadi kesedihan dan pada akhirnya akan berujung pada rasa marah. Nah ketika kita mulai menumpuk baik sadar maupun tidak sadar rasa marah maka itu akan berubah menjadi penyakit. Ketika kita mampu untuk tidak melekat maka batin dan pikiran kita akan menjadi lebih tenang dan tidak lagi dikuasai oleh kekawatiran ataupun kemarahan. Hal yang harus dipahami di sini adalah ketidakmelekatan bukan berarti kita tidak butuh apapun. Tidak ada yang bilang kita tidak butuh harta benda, tidak perlu berhubungan dengan siapapun, tidak perlu badan jasmani kita. Tentu saja kita masih membutuhkannya karena itu semua merupakan kebutuhan mendasar dalam hidup ini. Tapi yang pasti tidak kita butuhkan adalah sifat melekat. Sifat melekat tidak akan memberikan manfaat, justru akan berbahaya. Ketidakmelekatan juga bukan berarti kita menjadi orang yang dingin, tidak berperasaan, atau bersikap netral-netral saja. Justru sebaliknya ketidakmelekatan ini pada akhirnya akan menimbulan rasa cinta kasih yang besar dan berkembang menjadi welas asih agung (bodhicitta) atau keinginan agar orang lain bebas dari penderitaan dan sebab-sebab penderitaan.. Ketika batin kita berkembang memiliki welas asih yang agung maka cakra jantung kita akan membesar di saat itupula secara energy itu akan memompa energy baik ke dalam tubuh maupun jiwa kita. Ketika batin kita tenang dan penuh welas asih maka tubuhpun akan meresponnya. Bagaimana mengembangkan batin welas asih itu? Hal pertama yang harus kita lakukan adalah kita harus berpikir bahwa “ semua mahluk itu berhak untuk bahagia, termasuk diri kita” maka dari situ kita akan memiliki sikap bahwa kita harus memberi welas asih dan memperlakukan semua mahluk seperti kita ingin diperlakukan dan seperti kita ingin diberi welas asih. Selain itu kita harus sering melatih meditasi welas asih. Bagaimana caranya? 1. Duduku tegak, Kendorkan ketegangan di sekitar mata, sekitar rahang dan mulut. Arahkan perhatian kita pada daerah sekitar hati/dada –- suatu daerah di tengah-tengah dada, di sekitar tulang dada dan sekitar tulang rusuk. Tarik napas dan rasakan napas. katakan kepada diri kita: SEMOGA SAYA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN –-2. lalu biarkan muncul dengan alami suatu perasaan kasih yang terhadap diri kita. pusatkan perhatian kita pada napas, pada dada, serta pada pikiran kasih yang muncul, biarkan perasaan tenang dan damai mengalir perlahan dan hadirkan perasaan syukur dalam hidup.3. Ketika perasaan damai mulai muncul tarik napas dan katakan pada diri kita sendiri: SEMOGA ORANG LAIN JUGA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. Secara alami kembangkan irama ini –- menarik napas: SEMOGA SAYA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN, mengeluarkan napas: SEMOGA ORANG LAIN BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN.4. Biarkan energi napas menyegarkan diri kita; tarik napas ke daerah sekitar dada, keluarkan napas dari daerah sekitar dada, lalu bukalah batin kita terhadap energi cinta kasih dari alam semesta. Tarik napas, biarkan diri kita lebih banyak menyerap energi tersebut. Keluarkan napas, hati kita menjadi lebih terbuka dan lebih luas, pancarkan keluar: SEMOGA ORANG LAIN SELALU BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. … …tarik napas yang dalam dan halus ke daerah sekitar dada, biarkan perasaan cinta kasih dan energi napas memenuhi diri kita. Biarkan perasaan cinta kasih masuk semakin dalam dan menguatkan perasaan nyaman tersebut. Biarkan ia memenuhi seluruh tubuh kita, meresap ke dalam tubuh. Keluarkan napas, dengan perlahan dan halus, dari daerah sekitar dada: SEMOGA ORANG LAIN BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. Lakukan itu beberapa kali –- napas masuk yang dalam, tahan sebentar dan keluarkan. … …5. Lalu visualisasikan napas keluar, mula-mula bayangkan dalam pikiran kita sosok ayah dan ibu kita. Bayangkan kedua-duanya sekaligus atau satu per satu — tergantung mana yang paling mudah dilakukan. Bayangkan mereka berada beberapa meter di depan kita, dan pada saat kita mengeluarkan napas, arahkan pikiran-pikiran kasih dan penerimaan kita terhadap mereka dan katakan: SEMOGA MEREKA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN6. Sesudah ayah ibu, bayangkan guru-guru kita, yakni mereka yang telah menolong kita, membimbing kita, mendorong kita dan memberikan petunjuk kepada kita dalam hidup kita. Bersama napas-keluar, dengan sikap perasaan berterima kasih, pikirkan: SEMOGA MEREKA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. … … Bawa ke dalam pikiran kita sekarang, keluarga kita; suami/istri kita, anak-anak, kakak dan adik kita, bisa sekaligus dalam satu kelompok atau satu per satu. Bersama napas-keluar, dengan perasaan kasih sayang, pikirkan: SEMOGA MEREKA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. … …7. bawa ke dalam pikiran kita, teman-teman kita, Bersama napas-keluar, bawa mereka ke dalam pikiran dan berharap semoga mereka dalam keadaan yang baik; Tarik napas ke daerah sekitar dada: SEMOGA SAYA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. Keluarkan napas dari daerah sekitar dada: SEMOGA MEREKA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN.8. Sekarang bawa ke dalam pikiran, bentuk Bumi kita seperti kita melihatnya dari luar angkasa. Arahkan, pikiran-pikiran kita: dan katakana SEMOGA SEMUA MAKHLUK BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. … …9.Lalu bawa ke dalam pikiran kita, suatu bentuk dari kekosongan yang luas dan tak terbatas. Arahkan pikiran kita ke ruang yang tak terbatas itu: SEMOGA SEMUA MAKHLUK BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. Biarkan pikiran kita terbuka luas; biarkan hati kita terbuka seluas-luasnya. Tiada lagi batasan antara tubuh kita dengan alam semesta –- tiada batasan – luas – menembus ruang dan waktu. … …10. Sekarang dengan hati-hati, dengan sedikit lebih memfokus, bawa kembali perhatian kita ke arah daerah di sekitar dada, suatu titik di tengah-tengah dada kita. Tarik napas dengan halus dan dalam serta munculkan pikiran: SEMOGA SAYA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. Tahan sebentar… biarkan pikiran, sebagai perasaan yang kasih tersebut, menyebar ke seluruh tubuh, memberikan energi dan menyegarkan kita. Kemudian dengan perlahan dan halus, keluarkan napas melalui daerah sekitar dada. Lakukan hal yang sama satu atau dua kali – tarik napas yang dalam, tahan sebentar dan keluarkan. … …11. Langkah berikutnya bawa ke dalam pikiran, seseorang yang pernah kita sakiti, baik secara disengaja ataupun tidak, … dan dengan menyebut nama orang itu, katakan: MAAFKANLAH SAYA… Ingat kembali mereka yang pernah kita sakiti… sebut nama mereka dan katakan: MAAFKANLAH SAYA.Berikan perhatian yang dalam pada daerah sekitar dada. Biarkan ia tetap terbuka… dan sekarang bawa ke dalam pikiran kita, seseorang yang pernah menyakiti kita. Sebut nama orang itu dan katakan: SAYA MEMAAFKANMU… Bawa ke dalam pikiran seseorang yang menyakiti kita, sebut nama orang itu dan katakan: SAYA MEMAAFKANMU.12. Sekarang dengan menyebut nama kita sendiri, katakan: SAYA MEMAAFKANMU , saat melakukan itu menyatulah dengan perasaan-perasaan kasih sayang itu. Bawa perasaan-perasaan itu ke dalam hati kita; rangkul mereka dengan lembut… Sekarang dengan hati-hati, kembalilah ke napas –- energi napas masuk ke dalam daerah sekitar dada: SEMOGA SAYA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. Resapi dan penuhi diri kita dengan perasaan tersebut. Kemudian keluarkan napas melalui daerah sekitar dada: SEMOGA ORANG LAIN JUGA BERBAHAGIA DAN LEPAS DARI PENDERITAAN. JIka kita disiplin melakukan itu kita akan memiliki kondisi batin pencerahan yang memiliki banyak sekali manfaat. Salah satunya adalah seseorang yang memiliki batin pencerahan akan mencapai suatu keadaan bahagia yang permanen dimana kondisi ini akan menyembuhkan semua luka batin kita dan mahluk lain , hal ini tentu saja akan membawa tak hanya kedamaian jiwa tetapi juga kesehatan tubuh kita. NamasteUbud, 11 Agustus 2016

ADVERTISEMENT