Cerita Kumpul Keluarga di Hari yang Fitri

Noviana Zahra Firdausi
Journalist student at Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Noviana Zahra Firdausi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto suasana Lebaran. Source: Pixaby
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto suasana Lebaran. Source: Pixaby
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kamu menyibakkan tirai, menatapi mentari pagi yang bersinar terang. Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua umat muslim, yaitu lebaran idulfitri yang selalu identik dengan mudik ke kampung halaman. Para perantau berbondong-bondong memadati tempat transportasi mulai dari terminal, bandara, stasiun, sampai pelabuhan. Kota-kota besar seperti Jakarta mendadak sepi ditinggal penghuninya.
ADVERTISEMENT
Kali ini, kamu merayakan lebaran di rumah nenek. Di sana, terlihat banyak tamu yang datang. Nenek orang tertua kedua di lingkungan tempat tinggalnya, maka setiap lebaran rumah neneklah yang pertama kali dikunjungi keluarga jauh dan tetamu dari berbagai kalangan. Di ruang tamu, tertata makanan berat dan toples-toples berisi kue. Ada yang dari kiriman tetangga, ada juga buah tangan nenek.
“Sini Ya, makan dulu didalem ada rendang sama opor tuh,” kata Nenek sambil memegang tanganmu.
“Iya-iya Nek, ntar Yaya makan nunggu Afifah dulu,” jawabmu.
Nenek memiliki banyak cucu dan diantara semua cucunya kamu paling dekat dengan yang namanya Afifah, anak dari kakak Ayahmu. Sejak kecil kamu memang lebih dekat dengan keluarga Ibu, karena saat itu kamu tinggal dengan mereka. Makannya, terkadang kamu masih sering merasa sungkan dengan keluarga dari sebelah Ayah. Tahun sudah berganti dan seiring berjalannya waktu kamu pun akhirnya tinggal bersama orangtuamu dan bisa merayakan idulfitri bersama, ini mungkin sudah yang ketiga kalinya. Di rumah Nenek, suasananya jauh berbeda dengan kampung halamanmu. Di sini, kamu merasakan ada sedikit ketegangan yang selama ini jarang kamu rasakan. Mungkin benar kata orang, rumahmu adalah surgamu.
ADVERTISEMENT
Idulfitri berarti kembali ke fitrah, itulah arti sebenarnya. Idulfitri diketahui sering kali dijadikan ajang silaturahim dengan fashion, makanan, dan minuman yang sedikit elegan. Selain itu, momen idulfitri juga dijadikan umat islam sebagai hari berkumpulnya sanak keluarga. Hari dimana semua orang saling berjabat tangan, tersungkur di depan orangtua untuk meminta dan memohon maaf. Namun, di keluargamu semua itu hanyalah gimmick semata.
Hari menjelang siang, orang-orang yang tadinya berdatangan kini beranjak pulang. Afifah, saudaramu, juga sudah tiba di rumah Nenek sejak pukul sembilan tiga puluh pagi tadi. Awalnya kalian sudah menyusun rencana untuk foto-foto dan bikin tiktok tapi akhirnya tidak jadi karena ada kejadian yang tidak terduga. Afifah berkelahi dengan Faqih, Adiknya. Dirinya pun menangis dan mengurung diri di kamar Kakekmu, karena merasa tidak enak kamu pun menghiburnya dengan mengajaknya menonton film di bioskop.
ADVERTISEMENT
Kalian pun akhirnya meninggalkan rumah Nenek yang suasananya sudah berubah menjadi suram akibat adanya perkelahian. Dan saat hendak meninggalkan rumah Nenek, kamu melihat Faqih sedang dinasehati oleh Umi dan Bibi sementara Afifah masih saja terus menangis.
Kamu pun menepuk dirinya pelan sembari mengatakan agar ia harus terus berjalan sampai keluar rumah. Kalian pun akhirnya merayakan idulfitri hanya berdua saja. Sungguh sangat amat dramatis. Dengan sisa kerinduan yang kamu ambil dari kampung halaman yang sengaja disimpan dalam-dalam agar saat tiba waktunya, kerinduan yang kamu bawa akan berbuah manis. Itulah harapanmu pada lebaran di tahun yang akan datang.